PEMBUNUHAN adalah
hasil kerja yang dilakukan seorang pembunuh demi memuaskan ego diri, atau
hasrat untuk menuntaskan dendam dan kebencian yang menggumpal karena nyeri
jiwani akut tak tertahankan.
JUDUL BUKU : Shiver
PENULIS :
Lisa Jackson
PENERJEMAH : Ken Ndaru
PENYUNTING : Hilmi Akmal
PENYELARAS AKSARA : Gita Romadhona
PENERBIT :
Voila Books (Penerbit Hikmah)
CETAKAN :
1, Juli 2007
TEBAL :
622 Halaman
HARGA :
Rp35.000,00 (Beli di TB Widya)
ISBN :
978-979-115-001-9
Alasan
semacam itu kerap menjadi pembenaran bagi insan tertentu yang dilukai fisik dan
psikisnya secara parah oleh orang terdekat. Tidak hanya trauma saja yang
didapat, neurosis serta fanatisme buta pun akan mendorong korban kekerasan
demikian untuk menyalurkan hasrat membunuhnya dengan alasan-alasan tertentu
yang dibenarkan.
Insan
tersebut akan menjadi sosok paling berbahaya, apalagi jika dibarengi dengan
kecerdasan intelektual tanpa keseimbangan kecerdasan pengelolaan emosi. Bahkan
agama menjadi landasan pembenaran sebagai fanatisme buta demi melakukan
pembunuhan tanpa merasa berdosa -- karena ia menganggap dirinya sebagai
perpanjangan Tangan Tuhan.
Demikianlah,
Lisa Jackson mengurai jalan cerita apik sekaligus menegangkan dalam novel
tentang pembunuhan berantai yang dilakukan seorang maniak sakit jiwa. Dan rumah
sakit jiwa adalah latar belakang utama yang menjadikan kisahan bermula karena
ada benang merah antara kematian ibu Abby di masa silam dengan pembunuhan
berantai sekarang.
Pembunuh
itu rupanya pernah berada di rumah sakit jiwa dan sangat dekat dengan ibu Abby.
Khayali akutnya membuat ia balas dendam pada orang-orang yang diincar.
Membicarakan
pembunuhan dalam kisah fiksi butuh kepiawaian agar apa yang dideskripsikan bisa
sampai pada pembaca. Pun bagaimana mengurai tokoh dan penokohan secara hidup
dan meyakinkan. Kilas balik yang terselip dalam novel Shiver membantu pembaca untuk sedikit demi sedikit memahami
mengapanya harus terjadi, meski tidak paham apa selanjutnya yang akan terjadi.
Narasi
teka-teki adalah daya pikat cerita lewat tokoh-tokoh bergeraknya. Abby Chastain
sebagai tokoh utama yang diincar pembunuh, karena sangat mirip mendiang ibunya
(yang tewas bunuh diri di rumah sakit jiwa dengan terjun dari jendela kamarnya);
mengalami semacam trauma psikis sehingga lupa kejadian sebenarnya. namun tetap
dihantui oleh ingatan samar yang hilang-timbul lewat mimpi buruk.
Agar
lepas dari mimpi buruk tersebut, ia berniat menjual pondoknya di tengah hutan
dan pindah ke daerah lain yang jauh dari semua kenangan silam. Masalah timbul
ketika terjadi pembunuhan pada mantan suaminya sehingga sebagai mantan istri ia
masuk dalam daftar tersangka yang dicurigai. Lalu kehadiran detektif polisi
Reuben Montoya ikut andil dalam hidup Abby, plus guliran cerita.
Yang
menarik dari cara Lisa Jackson dalam menarasikan cerita ada pada deskripsinya
yang deskriptif. Ia memakai bahasa diaan (orang ketiga tunggal) untuk
memudahkan para tokoh berperan dalam cerita sebagai tokoh utama dan dukungan.
Pilihan tersebut memudahkan pembaca untuk memasuki alur cerita dan terlibat di
dalamnya. Bahkan ikut merasakan nuansa psikologis dalam balutan ketegangan
jiwa.
Lelaki
itu menyelinap di antara papan-papan yang rusak dan memandangi bangunan tempat
semua yang lampau pernah terjadi. Aliran darahnya mendadak dipenuhi tenaga
ketika dia berjalan menembus sesemakan yang lebat. (Halaman 31)
Menulis
cerita detektif tanpa terjebak pada hal-hal yang tak masuk akal sepertinya
sulit. Akan ada upaya untuk tergelincir demi memudahkan jalan cerita sehingga
narasi dan pengadegan jadi tak menarik lagi. Namun Shiver dari awal sampai akhir tidaklah demikian. Terlihat betapa
Lisa Jackson piawai. Memaksa pembaca dengan suka cita untuk terlibat dalam
cerita karena penasaran, alur yang mengalir lancar diiringi ketegangan membuat
pembaca berdebar.
Jangan
remehkan bahasa dalam novel ini, bahasa yang nyastra dengan rima yang terjaga serta mengalun berat membuat
pembaca terbawa untuk merasakan emosi para tokoh dalam novelnya. Dibutuhkan
kerja keras dari penerjemah dan penyuntingnya, sehingga novel berbahasa Inggris
ini kala diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia tetap punya warna jiwa khas Lisa.
Tentang Pembunuhan dan
Siapakah Pelakunya?
Pembunuhan
berantai adalah kejahatan serius yang menakutkan, karena pelakunya cenderung
sadis serta tanpa ragu memperlakukan korban seakan mainan tak berdaya. Ia
beroleh kepuasan dan rasa kuasa tingkat dewa.
“Aku
tahu pasti kau sudah bangun,” kata orang itu, suaranya halus seperti kaca
diminyaki. “Bagus. Aku ingin kau tahu apa yang sedang terjadi.” (Halaman 586)
Dalam
tataran ini, biasanya pembunuh berantai membuat semacam pola khas untuk
menunjukkan laku perbuatannya, pola dari segi ilmu forensik kriminalogi merujuk
bagaimana kejiwaan pelaku. Ada ego superioritas bahwa ia ahli dalam hal detail,
sekaligus menutupi jejak kejahatannya sehingga sulit dilacak. Begitu rapi dan
terencana.
Bahkan
pembaca kerap terkecoh dengan gaya bertutur Lisa, cuma bisa menebak-nebak siapa
dan yang mana, sampai pada jelang-jelang bab akhir pelaku diungkapkan berikut
alasannya mengapa jadi demikian.
Shiver
yang jika diindonesiakan berarti ‘serpihan’ adalah semacam narasi luka jiwa seorang
anak yang dewasanya menjelma maniak sakit jiwa. Lalu ia mengumpulkan semua
serpihan luka itu sebagai alasan balas dendam pada para korban yang disangka
banyak orang tak berkaitan, padahal ada benang merah yang menautkan.
Detektif
Reuben Montoya dan Abby Chastain sibuk menduga-duga, serta berupaya
mengumpulkan serpihan petunjuk dari teka-teki pembunuhan misterius itu. Lalu di
tempat semuanya bermulalah, terungkap bagaimana dan mengapa. Namun ada jiwa
yang terancam, kakak perempuan Abby yang diculik pembunuh dan Abby sendiri.
Bisakah
Montoya menyelamatkan mereka?
Setiap Pola dan Cara Ada
Jejaknya
Kasus
pembunuhan berantai pertama yang ditangani Detektif Montoya terasa sangat
membingungkan karena seakan tak berkaitan, sepasang korban lelaki (mantan suami
Abby) dan perempuan muda (mahasiswi universitas) yang tewas di suatu tempat
terpencil semula disangka pasangan selingkuh dan hasil perbuatan balas dendam
Bahkan
Abby dicurigai sebagai pelaku, sampai Montoya sadar bahwa pembunuh pun
mengincar Abby setelah beberapa rangkaian kasus pembunuhan berantai lagi yang
tetap tak diketahui siapa pelakunya.
Petunjuk
pun terasa sumir, pelaku sangat cerdik
dan licin. Namun pada akhirnya Lisa berpihak pada korban, pelaku jadi ceroboh
dan lemah sehingga Montoya dan para korban yang masih hidup melakukan
perlawanan.
Apa
boleh buat, setiap pengarang berhak untuk menentukan kapan dan bagaimana cara
mengakhiri riwayat tokohnya. Novel tebal itu tak membuat pembaca bosan, narasi
Lisa tak bertele-tele, alur cerita bergulir cepat, bahasa yang apik dan enak
dicerna, dialog yang lugas, juga deskripsi latar yang detail dengan pemaparan
bagaimana aroma udara, rasa takut yang mencekam, keringat, darah, air mata,
urin, dan serbuk mesiu. Semuanya bercampur sebagai formula kisah thriller.
Dialog
dan monolog, tell dan think, analisis kejiwaan, deskripsi,
balutan ketegangan, lakuan tokoh, penjabaran suasana, kilas balik yang
berulang, laku kerja polisi dan orang radio, serta romansa; diramu Lisa dengan
cara khas novelis kelas dunia bekerja sehingga menghasilkan karya best seller.
Kita
bisa tiru bagaimana cara menulis yang baik pada Lisa Jackson. Ia total dan
konsisten fokus sehingga tak mengecewakan pembaca.
Cipeujeuh, 28 November 2018
#Resensi #Novel #Thrilller #Shiver
#LisaJackson #VoilaBooks #PenerbitHikmah #Bestseller #Detektif #ReubenMontoya
#2007
~Foto hasil jepretan ponsel ANDROMAX
PRIME
Penasaran akhirnya. Pelakunya siapa.
BalasHapusKalau baca resensi orang itu memang suka makin penasaran. Ujungnya kaya apa... dan akhirnya pingin beli juga bukunya hahaha
Pas remaja dulu saya suka baca cerota befini, sekarang udah punya anak dua kok jadi merinding ya... Tapi tetap sih masih penasaran banget sm ceritanya��
BalasHapusDuuh, gimana nasib Abby yang menjadi sasaran nih, Mbak? Penasarannn.
BalasHapusDeskripsi novel misteri seperti ini memang menjadi penguat cerita. Aku pun koleksi novel sejenis ini yang udah baca sampai dua tiga kali saking suka dengan cara penulisannya yang detil namun tetap menegangkan jadi nggak bakal bosen deh bacanya
BalasHapusAku takut kalau baca buku atau novel tentang pembunuhan makanya buku di rumah lebih banyak buku tentang psikologi atau chicken soup for the soul :)
BalasHapusAduh aku merinding.... Honestly buku terkait pembunuhan dan detektif yang pernah aku baca itu cuma komik Conan dan Kindaici. Gampang terbayang aku tu soalnya....
BalasHapusMenarik banget mba, jadi sangat menarik karena baca review ini hehehe.
BalasHapusSaya paling suka bacaan kayak gini, bikin penasaran dan gak mau berhenti sampai selesai.
Minusnya, saya bisa lupa waktu kalau baca buku gini.
Secara, saya kalau baca buku menarik, semacam masuk ke dalam alur cerita, ikut deg-degan dan terbayang2 sampai lama.
Sama kayak nonton film, saya kudu selesaikan 1 film baru puas.
Kalau enggak ya kebayang2 mulu, jadi gak tenang bahkan kebawa mimpi.
Btw, salut ya ama penerjemah buku luar.
Kadang, kalau asal terjemahin malah feel dari jalan cerita nya malah hilang.
Tapi, di buku ini tetap ada dan tetap melekat ciri khas penulisnya :)
Wah ke mana aja aku sampai terlewat buku ini? Reviewnya oke banget nih dan aku memang penggemar novel thriller dan detektif. Berburu ke toko buku ah nanti, wajib baca nih sepertinya
BalasHapusAku suka novel terjemahan tapi kalo bukan Gramedia kok menurutku bahasanya ga cair ya. Hehehehe. Kapan2 ah ta coba beli novel ini.
BalasHapusSudah lama nggak baca novel, duh ke mana aja nih, dan baca reviw novel shiver membuat saya rindu dengan bacaan sejenis, novel thriler,yang bikin tegang hehe
BalasHapusSudah lama gak baca2 novel kayak gini.. zaman SD sering baca novel pembunuhan karya Agatha Christie . By
BalasHapusDuh kangen baca novel yang bikin kita ga berhenti bacanya saking menariknya. Ini bukunya udah lama ya?
BalasHapusAku baca judulnya langsung begidik, pembunuhan hahaha
BalasHapuspadahal sering nonton drakor pembunuhan. Tapi kalau liat aku masih aman, kalo baca pasti bayangin mba seru tapi ini ya kisahnya
Rada merinding2 gitu ya kalau thrillernya menyangkut orang dengan kecenderungan sakit jiwa gini. Aku belum pernah baca karya Lisa Jackson ini mba. Boleh juga nih sekali2 nyobain baca.
BalasHapusSaya nonton film yang ada adegan2 pembunuhannya tuh ngeri2 sedap. Begitu pun dengan baca buku. Meskipun cuma dr bacaan, ngebayanginnya aja udah ngilu. Hehe.
BalasHapusCerita detektif ini mengingatkan saya saat kuliah dulu dengan mata kuliah kriminologi. Mempelajari bagaimana bentuk wajah dan kepribadian seorang yang berpotensi menjadi penjahat, tidak serta Merta hanya tekanan ekonomi. Bagaimana mengusutnya secara hukum
BalasHapusBaca novel thriller memang mengasyikan. Pintar-pintarnya penulis untuk meramu misteri. Biar ga gampang tertebak siapa dan alasan pelaku melakukan kejahatan.
BalasHapusWah kok ya kebetulan banget saya juga lagi nonton drama Korea bertema gangguan kejiwaan. Ceritanya tentang tokoh yang pecah kepribadian jadi delapan. Gak tau kenapa cerita-cerita yang ada unsur psikologinya saya suka banget.
BalasHapusWah aku jadi deg-degan bacanya kak novelnya menegangkan banget ya dari kata katanya aja udah bikin merinding, terus terang aku paling takut baca tentang pembunuhan
BalasHapusjadi penasaran teh sama bukunya pengen baca pengen tahu endingnya kayak apa dna penasaran siapa itu dalang dibalik semua itu. tapi bayanginnya serem juga sih, apalagi kalau ada dialog yang soal darah-darahnya kemungkinan saya auto skip itu dialognya, seram hahha
BalasHapusBerpihak kepada korban, tak mengecewakan pembaca ... berarti pbaca sudah bisa menebak siapa pembunuhnya dengan mudah dan nanti ketahuan lalu ditangkap, ya, Mbak?
BalasHapusWaduuh novel thriller in isangat mencengkam.. bahkan ketika saya baru membaca resensinya saja.. sepertinya pembuat ceritanya memang pandai membawa dan mempermainkan perasaan orang orang.. hiburan tersendiri ya..
BalasHapus