BAGI Palung (8 tahun),
fabel adalah dunia menakjubkan karena ia akan mengenal hal luar-biasa dari yang
biasa dikenal dalam keseharian. Bagaimana binatang bisa bicara dan berlaku
sebagaimana halnya manusia, membentuk narasi yang menyenangkannya.
Karena
itulah ia lebih suka menonton film “Kungfu
Panda”, “Zootopia”, “Ice Age”,
dan yang sejenisnya. Fiksi bagi anak kecil lebih mudah diserap dan bersahabat
jika dilakonkan oleh para binatang. Mereka menjadi peran sentral cerita, tokoh
utama bergerak yang melambungkan fantasi anak.
Anak
adalah pengkhayal murni, mereka lebih mudah tergugah jika diajak berimajinasi
pada hal-hal yang unik. Binatang dengan fabelnya adalah semacam perantara
tepat-guna, apalagi jika dalam bentuk kartun, karena anak bisa mengenal anatomi
bentuk binatang yang beragam. Dari gerakan, cara makan, habitat, pertemanan,
sampai hal-hal lainnya.
Mari
kita bahas “Ice Age”, Palung sudah
menonton yang 1, 2, 3, 4, sampai episode Collision
Course. Boleh dikata itu adalah film favorit kami. Anatomi bentuk gajah
terasa lucu ketimbang yang nyata. Apalagi gajah purba alias mammoth macam Manny dan keluarganya.
Sebagai
anak lelaki ia lebih tertarik pada cerita para binatang, Palung selain diajak
berimajinasi dengan fabel ala film, bisa mengenal lebih banyak ragam jenis
binatang lainnya. Jenis yang masih hidup di zaman purba.
Yang
menarik adalah film “Ice Age” selalu
dimulai dengan adegan si tupai bodoh sebagai biang kerok awal mula terjadinya
kisah. Entah itu penyebab terpisahnya benua gegara masuk ke dalam inti bumi dan
main “treadmill” di sana sehingga
benua satu alami perpecahan yang dipisah lautan, sampai yang terakhir gegara
naik piring terbang dan nabrak asteroid
yang menghantam bumi; hal itu semua gegara sebiji buah kenari favoritnya.
Palung
sangat menikmati fabel demikian, tanpa disadari akan membuatnya berpikir, dan
semoga suatu saat kelak bisa menjadi bekal untuk mengkritisi sesuatu.
Sebagai
anak kecil ia mudah terpukau pada hal yang dianggap baru, namun dari itu Palung
beroleh timbunan koleksi humor yang semoga bisa membuatnya riang menjalani
hidup.
Fabel
dalam bentuk film merupakan animasi menyenangkan, gambar bergerak yang dinamis
diiringi latar musik dan bunyi-bunyi lainnya. Meskipun film, ada pesan moral
yang disampaikan. Pesan yang mudah dimengerti anak tentang nilai-nilai
kehidupan dalam keluarga dan lingkungan sekitar. Hal-hal mana yang baik dan
buruk. Lakon jahat jangan ditiru karena akan beroleh akibat. Dan lain
sebagainya.
Itu
dalam film, sekarang bagaimana dengan buku?
Palung
telah dapat banyak buku sebagai kado miladnya yang ke-8 tahun, dari dua orang
sahabat jauh saya. Jenis pictbook
alias buku gambar terbitan Gurita dan
buku cerita lainnya, termasuk komik.
Saya
bahagia karena para sahabat tahu bagaimana memilihkan yang terbaik bagi anak
meski belum punya anak. Dongeng dalam bentuk gambar dan cerita mengenai fabel
binatang sangat cocok bagi Palung yang baru belajar suka baca.
Itulah
mengapa fabel secara turun-temurun dianggap cocok sebagai media penyampai
cerita, psikologis anak akan merasa dekat dengan hal demikian dan mudah digugah
untuk belajar mengenal nilai-nilai kehidupan.
Jadi,
film dan buku tak bisa dipisahkan dari hidup anak sebagai sarana belajar
sekaligus bermain yang menyenangkan.*
Cipeujeuh, 10 Maret 2018
#Fabel #FilmAnak
#KungfuPanda #PenertbitGurita #Picbook #Dongeng #Palung #Parenting
~Foto hasil capture film pakai GOM Player
Betul, daya imajinasi anak akan mudah cepat berkembang setelah menyimak tayangan tokoh yang diperankan binatang.
BalasHapusMereka rata-rata sangat antusias menyimaknya dan setelahnya kreativitas mereka akan berkembang.
Salam buat adik Palung, kak Rohyati 🙂
Anak-anak adalah penmgkhayal murni, mereka belum terkontaminasi masalah kehidupan, jadi pemikirannya sederhana dan mudah takjub pada hal baru.
HapusMakasih salamnya, Mas Hino. :)
Jangankan Palung Mbak, saya juga suka nonton kartun Panda, lucu seru dan menarik, seperti film kartun si Jarwo.
BalasHapusSalam buat Palung dari sesama penonton film kartun Panda.
Wow, tos denganPalung nantinya, akan saya sampaikan salam Kang Nata sesama penggemar Panda. Asyik banget. Palung pasti senang bahwa Po juga banyak penggemar. Karena kami tak punya TV, jadi hiburan satu-satunya adalah film hasil sedot dari latop anak sahabat. Panda memang sangat menghibur, kala main kungfu ternyata bisa lincah banget sekaligus lucu.
HapusHahahaha, kang Nata rebutan nonton ama anak kecil tuh :D
HapusSaya suka kalimat: anak-anak adalah pengkhayal murni ... betul kak ... saya kadang takjub sama cucu (iya, sudah punya cucu nih saya hahah) yang kalau bicara atau bercerita tentang dunia khayalannya itu menggemaskan sekali :D
BalasHapusIya, anak-anak pengkhayal murni soalnya saya juga gitu kala kanak dulu, hi hi.
HapusNonamuda, sih, anak bungsu jadinya beroleh cucu dari keponakan yang sudah menikah. Ehm, yang namanya cucu pasti gemesin jika berkisah mengenai imajinasinya. Lucu dan murni tanpa beban karena dunia mereka masih terbatas pada lingkungan rumah dan bermain. Alangkah indahnya.
hahaha, jangankan anak-anak, saya juga suka berhayal mba.
BalasHapusCuman emang hayalannya gak seaneh anak kecil sih.
Hayalan saya bisa jadi mamak-mamak superwoman (eh malah lebih parah anehnya ya, hahaha)
Oh ya, saya kepo juga nih ama Palung, dia suka baca dan nulis kayak mamanya gak? :)
Kalau anak saya yang Darrell, suka baca tapi maunya komik.
Dia gak suka baca buku yang isinya tulisan doang.
Tapi, kalau buku yang ada gambarnya, meski buku KIA adiknya juga dilahap baca.
Untungnya sih buku pelajaran sekolahnya gak monoton tulisan aja :)