Minggu, 02 Desember 2018

Nyai Jablay, Paling Dicari!




CANTIK dan seksi adalah senjata mematikan kaum hawa, apalagi jika disalahgunakan untuk hal-hal tak semestinya. Ya, cantik dan seksi bisa merupakan sumber anugerah sekaligus petaka!

Mungkin ini berlaku untuk Nyai Jablay yang hidupnya seakan dipilih simpang-siur. Simpang siur dalam pemberitaan seisi kampung mengenai dirinya. Ia hanyalah seorang perempuan muda yang telah menginjak usia kepala empat. Sosoknya seakan baru kepala tiga karena menjaga penampilan dari segi dandan dan pakaian. Melahirkan empat anak yang kini sudah besar, satu perempuan dan tiga lelaki, tak mengubah bentuk tubuh dan wajah, seolah alam bermurah hati atas nasib sial yang menimpanya.

Ia tahu bagaimana cara merawat diri hinga tetap sintal namun berpinggang ramping. Leher jenjang dan hidung bangir. Rambut sebahu di-rebonding. Hanya saja, wajah cantiknya yang semula kuning langsat dirusak pemutih wajah hingga belang-belang putih kemerahan karena kulit arinya terkikis kosmetik -- yang ia kira bisa tambah mempercantik.

Ia hanya ibu rumah tangga biasa, istri lelaki biasa. Namun ia telah memilih alur “luar biasa” sehingga nama baik diri dan keluarganya tercemar. Nyai Birin adalah nama yang semula disandangnya, nama suaminya Sobirin. Sudah umum di kampung nama istri akan disandingkan dengan nama panggilan suami. Dan sekarang, orang kampung yang usil menyandangkan nama Jablay di belakangnya, mengesampingkan nama suaminya. Stigma yang berarti jarang dibelai melekat erat seiring polahnya yang masih saja liar di mata orang. Menggoda lelaki mana saja yang dimauinya.

Sobirin, entah ada apa dengannya sehingga seakan membiarkan istri menguar skandal. Ada yang menganggap Sobirin gila membiarkan Nyai Jablay main gila dengan sekian bujang sampai suami orang. Beberapa nama lelaki telah ketahuan. Beberapa di antaranya adalah suami-suami yang ditinggal istri jadi TKI, ada juga yang istrinya di rumah namun sang suami mungkin bosan jadi cari selingan pada Nyai Jablay.

Nyai Jablay tanpa pelet pun mampu membuat lelaki lemah iman tergila-gila atau jatuh cinta pada tubuh dan wajahnya. Ia tahu bagaimana cara bicara dan bersikap pada lawan jenisnya. Barangkali ia lebih memiliki keahlian dalam hal kamasutra dibanding para istri yang standar dalam bercinta pada suaminya.

Apakah Sobirin tidak sayang istrinya atau turut mengaryakan karena kesulitan uang? Apakah Sobirin yang lumayan ganteng dan masih gagah dalam usianya yang pertengahan kepala empat sudah tak berfungsi lagi sebagai lelaki sehingga membuat istri frustrasi? Apakah Sobirin kalah perbawa di mata istri karena sebelumnya pernah main gila dengan perempuan lain juga? Apakah mereka tidak lagi saling cinta -- salah satu atau keduanya -- sehingga terikat dalam perkawinan hambar?

Atau, apakah Nyai Jablay energinya berlebih dalam hal ranjang dan Sobirin tak bisa memuaskan? Apakah Nyai Jablay memang sangat-sangat kesulitan uang karena terlilit utang karena gaya hidupnya yang boros dan tidak bisa pegang uang, sehingga tak punya pilihan selain mengaryakan diri karena enggan kerja kasar sedang suami tak bisa diandalkan? Yah, Sobirin hanya buruh tani dan bangunan yang kini jualan es krim keliling di kota bareng kakak sulungnya. Penghasilan Sobirin pas-pasan bahkan kurang untuk menghidupi keluarga.

Sudah jamak adanya di kampung, bagi kaum lelaki pekerjaan kasar di kampung adalah hal yang kadang sukar diperoleh karena bersifat musiman. Mereka bukan malas, hanya karena tiada pilihan. Dan pilihan terbaik adalah mengembara ke kota untuk cari nafkah di sana. Karena itulah, banyak lelaki kampung yang menyebar ke berbagai kota agar bisa menafkahi diri dan keluarga.

 Sobirin hanya kadang-kadang saja kerja di kota, sebelumnya ia memburuh tani di sawah dan kebun orang. Kadang juga jadi laden alias asisten tukang untuk bikin rumah. Mungkin upaya Sobirin dianggap tidak memuaskan Nyai Jablay karena hidup mereka tidak ada kemajuan, mereka masih tinggal di rumah panggung sederhana minim perabotan. Sobirin bukanlah anak orang kaya begitu pun Nyai Jablay, jadi mereka tak bisa mengandalkan warisan dari orang tua yang juga sama miskinnya.





Namun, apakah miskin alasan utama bagi Nyai Jablay sehingga ia menjelma bondon kampung yang paling digunjingkan sekaligus ditakuti kaum istri karena reputasinya sebagai penggoda suami orang bisa membuat rumah tangga kisruh atau bubar?

Toh, masih banyak orang kampung yang miskin namun istrinya tidak bikin ulah macam-macam. Semuanya berpulang pada kepribadian masing-masing.

Dulu, sebelum tersiar kabar kejablayan secara terang-terangan, Nyai Jablay pernah jadi TKI ilegal. Tanpa paspor dan persyaratan semestinya untuk jadi TKI legal, langsung berangkat ke luar negeri. Entah ia ditipu atau tidak tahu. Ia bilang kerja membabu di Malaysia, tak mau lagi di sana karena sulit makan dan dilarang keluar. Majikannya pelit dan kejam. Jadi ia kabur.

Namun ada seorang wadah gosip, penampung sekaligus penyiar gosip, yang ngotot bilang Nyai Jablay ternyata kerja di Singapura lalu menyeberang ke Batam dan tinggal di sana selama tiga bulan tanpa mengabari keluarganya, entah kerja apa. Ia hanya dengar kabar simpang-siur tersebut dari orang lain yang dianggapnya paling tahu hidup Nyai Jablay. Si Wadah Gosip sewot karena menduga mantan suaminya pun pernah menggunakan jasa Nyai Jablay kala ditinggal dirinya kerja jadi TKI legal di Saudi.



Si Wadah Gosip kisruh karena tak bisa membuktikan perselingkuhan mantan suaminya dengan Nyai Jablay. Hanya beberapa nama perempuan di kampung ini dan kampung lain yang ia tahu bikin skandal dengan sang mantan. Namun barangkali Si Wadah Gosip puas karena Nyai Jablay kepergok lagi gituan di saung orang bareng suami sepupunya sehingga dilabrak dan menghebohkan sebagian warga kampung.

“Sekarang Nyai Jablay sudah berhari-hari tidak ada di rumah,” Si Wadah Gosip menyebarkan kabar yang kemarin-kemarin diterimanya. Ia telah menikah lagi, malah memilih jadi istri kedua dari suami orang, status mudah sekaligus sukar. Hidup jadi absurd. Nasib mantan TKI yang rumah tangganya berantakan.

“Memangnya ke mana?” tanya kawan bicaranya, Mereka barusan membahas soal Nyai Jablay. Pembicaraan yang merembet dari semula mereka membicarakan soal pengalaman Si Wadah Gosip kala membabu di Saudi selama bertahun-tahun, malah membicarakan soal Nyai Jablay yang pernah jadi TKI meski sebentar.

“Tidak tahu. Dua orang anak lelakinya yang masih serumah dikasih makan ibunya Husin. Husin yang bilang.” Husin adalah tetangga satu RT mereka, keponakan Nyai Jablay. Profesinya sopir sekaligus kernet truk muatan barang Pak RW yang juragan.

“Sobirin di mana?”

“Sobirin tidak tahu. Dagang es di kota.”

“Kasihan!” Namun patutkah ia kasihan pada Nyai Jablay yang juga pernah coba menggoda suaminya dan syukurnya dihindari. Ia ibu rumah tangga biasa yang khawatir keharmonisan keluarganya diobrak-abrik seorang Nyai Jablay.

Perempuan  beranak satu yang masih kecil itu kalah cantik dan seksi daripada Nyai Jablay yang beberapa tahun lebih tua darinya. Ia pernah menginterogasi suaminya setelah mendengar laporan sahabat beda RT yang kuatir suaminya digoda Nyai Jablay. Suami si sahabat termasuk lelaki tidak betah di rumah dan doyan nongkrong di gardu ronda dekat bengkel motor bersama kaum lelaki lain yang sehobi, atau pergi-pergi tanpa bilang istri.

“Bapak pernah sekali digodanya, dia melambai ke Bapak agar mendekat tapi Bapak menjauh ke arah lain.” Suaminya meyakinkan sang istri yang curiga agar percaya bahwa ia tak terlibat main-main dengan Nyai Jablay. Ia tipikal lelaki rumahan yang tidak suka nongkrong-nongkrong sembarangan kecuali saat sedang bertugas ronda di gardu ronda.

Itu hanya salah satu contoh drama rumah tangga yang ikut terpengaruh Nyai Jablay. Istri harus menanyai sekaligus memperingatkan suami sebelum terlambat karena telah terlibat. Nyai Jablay telah membuat para istri mencurigai suami. Nyai Jablay telah membuat para istri tertentu jadi ketakutan seakan wabah yang harus dihindari.

Tak ada yang tahu Nyai Jablay raib ke mana. Kabar jahat tentu cepat menyebar dengan sekian asumsi yang wallahu alam. Entah kabur dengan lelaki lain karena muak pada Sobirin. Atau sembunyi di rumah anak perempuannya yang telah menikah di kota lain, bisa juga di tempat anak sulungnya, karena dikejar-kejar para penagih utang yang bejibun. Atau cuma sekadar memperturutkan kehendak hati untuk pergi tak bilang-bilang karena marah seusai bertengkar dengan seseorang -- yang entah anggota keluarga suaminya atau istri orang. Atau ia memang cari kerja baik-baik namun cara berangkatnya tidak baik karena tanpa pamit.

Nyai Jablay yang muda, cantik dan sintal janganlah bernasib lebih tragis lagi. Para istri tidak akan peduli pada nasib bondon kampung yang raib entah ke mana. Mereka lebih peduli pada ketenteraman rumah tangga sendiri. Mereka khawatir pada jenis jablay lain. Gadis, janda, atau istri orang. Yang gatal dan ngaco kelakuan jiwa. Para istri harus waspada!
Para penagih utang? Mungkin mereka siaga untuk “menangkap” Nyai Jablay.***
Cipeujeuh, 12 September 2017

#Cerpen #Faktual #Jablay #2018
~Foto dari Faisal ER

2 komentar:

  1. Mbaaa, ini kisah nyata ya, btw yang kayak begini sering terjadi loh.
    Kecantikan malah jadi semacam kutukan bagi sebagian wanita.
    Banyak banget orang2 cantik semasa mudanya bikin envy.
    Setelah nikah malah hidupnya penuh dengan cobaan hanya karena kecantikannya.

    Sebagian orang pengen cantik mati-matian, mereka lupa, kecantikan justru jadi cobaan bagi wanita :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyalah, ternyata hal demikian lumrah di mana-mana. Sayang memang. Padahal cantik mestinya bisa diarahkan untuk hal yang positif.

      Hapus

Terima kasih sudah singgah, silakan tinggalkan jejak komentar sebagai tanda persahabatan agar saya bisa lakukan kunjungan balik. Komentar sebaiknya relevan dengan isi tulisan. Nama komentator tidak langsung mengarah ke URL pos blog agar tidak menambah beban jumlah link pemilik blog ini. Jangan sertakan link hidup dan mati, apalagi iklan karena termasuk spam.Terima kasih banyak. Salam. @rohyatisofjan

Disabilitas Mengelola Komunitas

Arti disabilitas adalah keterbatasan aktivitas dan partisipasi akibat  ketidakmampuan mental atau fisik. Hal itu bisa menjadi stigma dalam m...