Minggu, 02 Desember 2018

Memahami Penulisan Tawa




JANGAN heran jika ada insan tunarungu macam saya yang bingung bagaimana cara menuliskan suara tawa yang tepat, sehingga harus bertanya pada para pakar bahasa di tempat nongkrong asyiknya: WAG (WhatsApp Group) KLINIK BAHASA (KB).


Dalam KBBI, dijelaskan bahwa tawa adalah kata benda untuk ungkapan rasa gembira, senang, geli, dan sebagainya dengan mengeluarkan suara (pelan, sedang, keras) melalui alat ucap. Dan karena sudah puluhan tahun saya kehilanganfungsi pendengaran, maka lupa sama sekali dengan pembunyiannya.

Saya tahu bahwa tawa memiliki ragam bentuk bunyi ha, he, hi, ho. Namun saya tidak tahu apakah tawa memiliki semacam intonasi (lagu kalimat) sehingga dalam penulisan pun harus mengikuti kaidah sesuai intonasinya.

Maka, pertanyaan yang saya ajukan di Klinik Bahasa sebenarnya hal wajar, barangkali terasa janggal bagi yang berpendengaran normal. Syukurnya teman-teman menanggapi dengan diskusi asyik yang panjang, jelas, sampai merembet pada masalah onomatope (kata tiruan bunyi), misal kokok merupakan tiruan bunyi ayam, cicit merupakan tiruan bunyi tikus.

Saya tidak tahu apakah kaidah tawa dalam tulisan mengikuti kaidah penyuaraan, sesuatu yang berlaku secara pada umumnya atau kebiasaan sesuai lingkungan dan adat istiadat kesukuan. Karena itu, apakah penulisan ragam tawa dipisah atau disatukan?


Tahap tawa pertama anak saya kala bayi adalah terkekeh dengan he, lalu berkembang mengenal terkikik dengan hi, sampai tertawa dengan ha. Apakah tawa pun mengenal tahap-tahap sesuai kemajuan dalam penguasaan bahasa? Atau tawa adalah laku bahasa spontan dari sananya?

Saya mengenal banyak ragam penulisan tawa. Apakah itu ditulis terpisah, disatukan, pakai tanda hubung, sampai beberapa titik di akhir huruf. Yang jelas itu membingungkan karena cara penulisan tawa dalam beragam bacaan tak seragam.

Maka, apakah yang tepat adalah ha ha ha, hahaha, ha-ha-ha, atau ha... ha... ha...? Begitu pun dengan hi dan he atau ho.



Hasan Aspahani, salah seorang anggota WAG Klinik Bahasa, menyarankan saya untuk mencari lema ha di KBBI. Dalam KBBI lema ha juga bermakna suara orang tertawa lepas. Lalu, jika ha untuk suara tawa di KBBI tidak ada contohnya, apakah yang baku adalah penulisan ha ha (ha yang terpisah)?

Penulisan  ha (satu kali) adalah kata seru yang bermakna girang, mengejek, lega, atau terkejut selain suara tawa. Namun, jika tertawa lepas dibunyikan secara beruntun karena merasa lucu teramat sangat, apakah akan menjadi ha ha ha  yang panjang sesuai ujaran, dan ada  semacam jeda  penyuaraan  atau
pernapasan sehingga menjadi terpisah-pisah?

Hal itulah yang menjadi tanda tanya besar bagi saya bisa mendengarkan. Ya, saya kerap melihat orang tertawa namun tak tahu bagaimana pembunyian jelasnya. Sama seperti dor dor dor, apakah ada sedikit jeda atau tidak.

Supwan (Yusup Irawan), penulis buku Fonetik Bunyi, melalui WAG Klinik Bahasa mengemukakan pendapatnya, “Onomatope dengan huruf memang tidak mudah.” Baginya tertawa standar yang umum punya fungsi komunikatif.

Ya, tawa memang berfungsi komunikatif. Mengekspresikan rasa senang dan geli dengan rentetan bunyi ha, hi, he, atau ho. Lalu, apakah ada semacam jeda dalam pembunyiannya sehingga ditulis terpisah, semisal jadi ha ha?

Jika pada akhirnya ada anggota WAG Klinik Bahasa yang memilih bentuk penulisan sesuai selera pribadi, digabung atau dipisah atau dengan tanda hubung; ini selera personal sebagaimana pemilihan ragam tawa yang dilakukan masyarakat umum, pun penulisannya.


Saya sendiri lebih memilih penulisan yang baku untuk dipraktikkan dalam penulisan, semisal ha untuk tawa dalam KBBI, jadi ha ha  atau ha ha ha -- bergantung panjang pendeknya nada tawa. Begitu juga untuk penulisan pada he dan hi atau ho; akan he he, hi hi, ho ho dan bentuk panjangnya

Tawa memang memiliki kebebasan dalam hal penyuaraan sampai  penulisan. Kita pun mengenal ragam tawa terbahak-bahak atau  ngakak, terkikik-kikik atau ngikik, terkekeh-kekeh atau ngekehBahkan ada cara tulis tawa gaya baru, wkwkwk.

Wkwkwk itu sangat membingungkan saya; apakah ada tawa gaya  bebas yang berbunyi seperti bebek: wek wek wek? Mengapa ada manusia memilih bunyi tawa dari suara khas binatang? Apakah tak mengapa menyuarakan tawa demikian di muka umum: menirukan bebek meleter? Ataukah bentuk tawa wkwkwk hanya lazim dalam percakapan secara tulisan di media sosial?

Saya baru saja mengetahui bahwa rupanya wkwkwk berasal dari  wk singkatan dari gue (w) ketawa (k). Semacam bahasa gaul yang banyak dipakai dalam percakapan di media sosial. Jadi, pada mulanya hanyalah istilah untuk chat dari wk saja, maka berkembang jadi wkwk dempet yang banyak. Demi alasan apa, coba?


Wkwkwk adalah pernyataan ‘gue ketawa yang beruntun’ telah berkembang karena penafsiran bisa melebar pada makna lain, dikiranya jenis tawa baru khas milenial yang lebih canggih. Hal itu dikarenakan si pemakai tidak tahu muasal dan tujuan wk



Harus disadari bahwa  di sekitar kita banyak sahibul hikayat yang  tidak diketahui apa maksudnya. Hal itu memungkinkan para pelatah menyebarkannya ke mana-mana dalam menyuarakan tawa (tertulis) lewat gawainya. Bebas merdeka sesuai ekspresi tawa: jhahaha, wakakaka, gkgkgk, ahahaha, dan sebagainya.


Demikianlah tawa, dan bagi yang terperangkap dalam dunia sunyi, bunyi tawa adalah misteri.**

Rohyati Sofjan, narablog peminat bahasa di
https://rohyatisofjan2018.blogspot.comMukim di Balubur  Limbangan, Garut. Karyanya banyak tersebar di media massa cetak dan daring sejak tahun 1999. Antologi buku terbarunya ODE TO ROY, Kisah para Pembaca Balada Si Roy (Epigraf, 2018).

~Dimuat di koran Rakyat Sultra, 30 Oktober 2018
#Bahasa #Linguistik #Fonologi #Tawa #Tunarungu #KlinikBahasa 
#Guyubabahasa #ForumBahasaMediaMassa #FBMM #Hahaha #Wkwkwk #HasanAspahani #YusupIrawan #FonetikBunyi #RakyatSultra #2018
~Foto kiriman dari Mutiara Aryani di Batusangkar, hasil tangkapan layar 
ponselnya. Hatur nuhun, Tiara.






10 komentar:

  1. hahahaha, mau nulis wkwkwkwkwkwk lagi mbaaa :D

    Ya ampuuunn, baru baca tulisan ini dan sumpah saya ngakak eh tertawa lepas banget jadinya.

    Kalau saya sudah lama sellau menuliskan kata wkwkwkwk itu mba, sejak pertama kali kenal medsos deh kayaknya.
    Lupa, dari mana saya tahu dan baca tulisan wkwkwkwkwk itu.

    Tapi yang jelas, akhir-akhir ini, saya sering rekam suara saya pas lagi IG story, dan memang saya kadang eh lebih sering ketawa tertahan dengan bunyi wkwkwkwkwwkkwkwwkwk itu.

    Lebih tepatny sih kikikikik, tapi ada semacam bunyi wkwkwkwkwk, ada 'w' nya.

    Mungkin pengertiannya ketawa tertahan kayaknya ya, saya kalau ngomong kadang lupa volume soalnya, selalu melengking hahaha.
    Makanya ketawa juga suka membahana, jadinya saya sering melatih ketawa tertahan yang jadinya wkwkwkwk itu, buka wek wek wek mba, tepat sekali dengan bacaan dari wkwkwkwwk itu hahahaaha.

    Jiahahaha juga ada, muahahaha kadang saya ketawa gak sadar seperti itu, tapi saya seringnya sih kalau bukan kikikikik, wkwkwkwwk, atau hehehehe

    BalasHapus
  2. Harus hati-hati pun, Mbak Jangan sampai kita nulis cara ketawa yang gak pas dalam lingkungan atau orang yang kita hadapi. Karena ada juga yang bisa tersinggung, misalnya dengan bunyi wkwkwk, tidak semua orang bisa terima ternyata.

    Btw, suka sama tulisannya. Bagus. Mbak. Terus menulis, ya.

    BalasHapus
  3. Ini ulasan yang sangat menarik, sekarang mengkespresikan tawa memang jadi lebih luas dan memiliki banyak makna, pakem yang digunakan juga lebih luas.. apakah suatu saat nanti wkwkwk akan masuk dalam KBBI dan menjadi bahasa baku? entahlah, Bahasa Indonesia memang banyak menerima input dari luar tapi entah sejauh mana.. tulisan yang bagus dan sangat menarik.. ditunggu tulisan berikutnya..

    BalasHapus
  4. Ya ampun teh. Urusan ketawa aja bisa jadi tulisan panjang dan lebar yaa. Keren. Selalu kagum dengan sosok teh Rohyati, bisa berbagi pelajaran dgn cara uniknya 🤗

    BalasHapus
  5. Wah keren banget loh ini tulisannya Teh Rohyati. Sesuatu yang baru dan jarang ada yang membahas juga.

    Aku justru baru tau asal muasal wkwkwk yg sering aku pakai. Biasanya kalau lagi berkomunikasi dengan teman atau yang sudah akrab. Kalau sama orang tua atau belum terlalu kenal, aku lebih suka pakai hahaha biar gak salah mengartikan dikira ada sedikit ejekan padahal tidak.

    Trus sejak zaman pakai BBM aku suka nulis ketawa dengan xoxoxo, xixixi...kadang sekarang masih pengen pakai buat sesuatu yg lucu menggemaskan

    Temanku malah nulis ketawa itu dengan fufufu, mengikuti komik Jepang yang biasanya diartikan tertawa imut. Kan cewek2 di komik Jepang atau manga itu memang digambarkannya imut2, dan kebetulan temanku memang imut kayak tokoh manga. Jadi menurutku dia cocok aja ketawa pakai fufufu

    Ada lagi temanku yang cara nulis ketawanya wokwokwok.mungkin karena kalau dia lagi tertawa mulutmya memang membulat sih seperti membentuk huruf O

    Duh ternyata seru juga ya bahas tentang cara penulisan tawa. Terima kasih Teh Rohyati. Segar banget tulisannya. Aku suka .

    BalasHapus
  6. Entah kenapa saya dari dulu lebih sering menuliskan kata wkwkwkwk untuk ekspresi tawa dibandingkan kata hahahaha, habis baca ini jadai mikir ulang harusnya kasih tulisan apa buat ekperesi tawa tersebut??

    BalasHapus
  7. Pembahasan yang sangat menarik. Saya pernah baca artikel cara menuliskan tawa di berbagai negara. Kalau di Korea misalnya, mereka pakai ㅋㅋㅋㅋ abjad ㅋ dibaca kha. Jadi kalau tertawa dibaca khakhakhakha. Sejak ada perkembangan teknologi ponsel, menuliskan tawa jadi wkwkwkwk.

    BalasHapus
  8. saya kalau tertawa dengan hahahahahaha tanpa spasi kalau harus menulisnya dalam sebuah chat, jarang sekali menulis ketawa dengan wakakaka, berasa aneh gitu teh, ah gara-gara baca tulisan ini saya jadi memikirkan rasa ketawa yang biasa saya lakukan jadi senyum-senyum sendiri, terus baru ngeh juga jangan-jangan kalau pas lagi ketawa bareng orang lain, ketawa saya mengganggu, jaid panjang niy gara-gara baca tulisan teteh soal ketawa hehehe (ini saya tulis hehehe kalau ketawanya tipis-tipis alias tidak terbahak-bahak). Big hug teteh semoga sehat selalu dan menulis tulisan yang selalu membuat saya banyak merenung dengan tulisan teteh, semangat

    BalasHapus
  9. Kalau saya ketawa saat ngobrol atau nonton tv tetap hahaha, tapi kalau pas nulis tulisan ketawanya beragam tergantung topiknya seperti wkwkwk, hehehe, hihini, haha juga termasuk :D

    BalasHapus
  10. Menarik banget, Teh. Nggak kepikiran soal penulisan dan pembunyian tawa. Saya biasa nulis hahaha atau hehehe aja. Selalu semangat untuk sharing hal-hal yang out of the box ya, Teh.

    BalasHapus

Terima kasih sudah singgah, silakan tinggalkan jejak komentar sebagai tanda persahabatan agar saya bisa lakukan kunjungan balik. Komentar sebaiknya relevan dengan isi tulisan. Nama komentator tidak langsung mengarah ke URL pos blog agar tidak menambah beban jumlah link pemilik blog ini. Jangan sertakan link hidup dan mati, apalagi iklan karena termasuk spam.Terima kasih banyak. Salam. @rohyatisofjan

Disabilitas Mengelola Komunitas

Arti disabilitas adalah keterbatasan aktivitas dan partisipasi akibat  ketidakmampuan mental atau fisik. Hal itu bisa menjadi stigma dalam m...