ADA pepatah populer yang
layak kita kritisi, “Life begins at 40.”.
Benarkah hidup kita [akan/telah] bermula pada usia 40-an? Baiklah, karena
penulis telah menginjak usia demikian dan ingin berbagi sedikit
asam-garam kehidupan kala menjalani usia yang dimitoskan sebagai beginning alias permulaan. Permulaan
yang dilakoni bergantung bagaimana sudut pandang.
Persoalan
usia menyangkut siklus waktu perjalanan hidup yang telah kita tempuh. Ada yang hepi-hepi saja dan tak alami banyak
riak, ada yang sebaliknya harus “berselancar” di pasang-surut ombak hidup. Dan
penulis termasuk yang berselancar demikian.
Jadi,
permulaan macam mana pula yang telah penulis alami?
1. Rambut menipis dan
perubahan warna pigmen
Entah
karena faktor kurang gizi atau stres, tanpa disadari ketebalan rambut berkurang
selain pigmen warna rambut yang memudar dari hitam di beberapa bagian helainya
berubah memutih alias menjelma uban. Kita tak bisa menghindar dari siklus
perubahan fisik demikian.
Upaya
terbaik pun coba dilakukan, ada yang minum vitamin atau obat dan kosmetika
perawatan rambut agar kembali sehat dan tebal, ada pula yang mengecat rambut
pakai pewarna (baiknya jangan hitam bagi muslim). Apa pun itu, yang penting
perubahan fisik tak memengaruhi aspek psikis dengan cara menyiasatinya (agar
tetap merasa muda).
2. Tulang rapuh dan mendadak
gout
dan beragam masalah kesehatan lainnya
Jalan
nanjak bikin punggung dan kaki mendadak berasa pegal berat. Telapak kaki di
bagian jempol mendadak tertekuk kaku mendekati
jari lain berikut rasa nyeri menjalar di bagian telapak kaki sampai, yang
parah, ke betis.
Kedua
hal tersebut JANGAN dianggap remeh. Itu alarm dari tubuh sendiri bahwa ada
penurunan fungsi anggota atau organ dalam tubuh karena aktivitas fisik sampai
pengaruh zat luar (dari makanan, misalnya) yang menggangu.
Bagi
perempuan, jangan abaikan minum susu dan makanan mengandung kalsium lainnya.
Tulang rapuh yang patah bisa fatal akibatnya, selain itu sulit diperbaiki
karena faktor usia bisa mengakibatkan tiadanya regenerasi sel yang rusak. Dan gout yang saya alami karena salah posisi
duduk kala mencuci. Terlalu lama duduk di dingklik dengan kaki berselonjor
tanpa disadari akan membebani bagian telapak kaki yang “tegang” karena
aktivitas tersebut.
Teman
saya yang alami gout juga bilang itu
akibat asam urat. Hem, jadi, asam urat bisa mengakibatkan salah urat? Tampaknya
saya harus banyak googling artikel
kesehatan agar lebih paham mana yang mitos dan kebenaran. Saya bukan penyantap
sembarang makan atau junk food, juga
bukan insan rakus yang leluasa makan makanan “mewah”, namun bisa jadi
bertambahnya usia memaksa saya untuk cek medis menyeluruh.
Dari
pengukuran kadar asam urat, kolesterol, kadar gula darah, dll. Di laboratorium
puskesmas kecamatan juga bisa, kok, dan lebih murah bagi yang tak punya KIS
(kartu Indonesia sehat) atau BPJS.
3. Mata mulai lamur
Pengaruh
pekerjaan (penulis lepas) yang kerap berhadapan dengan komputer membuat kinerja
mata menurun akibat paparan radiasi layar komputer. Cahaya terus-menerus dari
layar membuat mata terbiasa dengan cahaya tersebut sehingga melamurkan objek
(tulisan) lain yang tidak bercahaya -- seperti di kemasan produk dengan tulisan
kecil bahkan tulisan anak saya yang pakai potlot.
Selain
itu otot mata mudah lelah akibat kontraksi terus-menerus untuk menyesuaikan
kejelasan objek dengan cahaya yang jatuh, Kalau sudah demikian, saya sadar
harus memeriksakan mata ke dokter dan mulai pakai kacamata plus.
Lelah
rasanya jika baca tulisan dengan ukuran huruf kecil. Bahkan saya tak bisa baca
tulisan yang dulunya terbaca, sekarang ukuran hurufnya sangat menyiksa saking
tak bisa dibaca. Kayak di bungkus kemasan produk makanan, bumbu, obat, dll.
Jadi
ingat tulisan Steve Teo, fotografer Singapura di majalah Intisari kala ia menginjak usia 40-an, mulai alami penurunan daya
penglihatan padahal pekerjaannya mengharuskan ia tajam memindai objek dengan
matanya untuk dibidik kamera.
4. Elastisitas kulit yang perlahan
namun pasti mengendur
Saya
tidak menyadarinya, namun kala becermin sadar ada perubahan besar pada wajah
saya. Dimulai dengan adanya lipatan dagu padahal saya bukan orang gemuk. Tinggi
150 cm dan berat 45 kg. Cukup seimbang, bukan?
Kurus mungil.
Namun
tinggi dan berat ideal sekalipun harus takluk pada siklus waktu yang telah
memamah elastisitas (kekenyalan) kulit. Wajahlah yang menarik perhatian untuk
kita sadari dibanding anggota badan lainnya.
Dan
untuk itu, saya menyerah karena bukan pemakai botox atau alat bantu perawatan kulit lainnya. Pergi ke salon atau
dokter ahli kulit (dermatologis) agar kulit kinclong
pun tidak mungkin. Mahal, cing.
Sebenarnya
jika kita mau repot dikit, ada perawatan alami cara rumahan yang bisa kita
lakukan demi mempertahankan kehalusan dan kekenyalan kulit wajah atau anggota
badan lainnya. Kita bisa googling di
internet soal masker wajah dan luluran. Itu lebih aman, murah, dan praktis
daripada harus pakai produk pabrikan, atau ke salon.
Namun
soal mengatasi lipatan di dagu?
5. Siklus haid yang tidak
teratur
Berhubung
saya masih rutin minum pil sebagai pilihan cara KB (setelah 5 tahun IUD dan 1
kali suntik KB untuk 3 bulan saja), saya sempat waswas kala telat dapat haid padahal
telah minum pil bagian putih sampai habis (sebagai penanda akan adanya siklus
haid setelah yang kuning habis) dan lanjut ke strip baru.
Saya
putuskan berhenti sementara sambil menunggu beberapa waktu sampai ternyata dapat lagi padahal saya telah telanjur
beli test pack. Pernah juga saya
segera beli test pack dan uji hamil di rumah karena telat dapat selama sebulan,
hasilnya negatif. Itu terjadi dalam jangka waktu 2 bulan berturut-turut.
Artinya
apa?
Hem,
penjelasan logisnya adalah saya telah menjadi bagian dari perempuan yang sedang
menjalani siklus jelang-jelang menopause. Lalu pada usia berapa menopausenya
terjadi? Entah kapan, ya, saya juga tidak tahu. Bisa pada usia 45, bisa lebih.
Dan perubahan siklus haid itu cuma sekadar alarm dari tubuh.
Tubuh
tahu banget bagaimana cara
memperingatkan kita agar siap.
Tiada
pilihan lagi, saya pun harus siap dengan googling
lebih banyak tentang menopause dan cara menjalani hidup secara enjoy meski usia dah meno, he he.
6. Emosi naik-turun
Jika
mood sebenarnya biasa-biasa saja
namun mendadak kita mudah sewot pada suatu hal yang terasa super-duper nyebelin,
alias mudah sensi karena tensi tinggi; itu harus diwaspadai sebagai adanya
hipertensi alias tekanan darah tinggi.
Bisa
jadi pengaruh makanan yang biasa dikonsumsi (makanya harus diet garam dan
gugurihan lainnya), atau juga penumpukan zat-zat sisa makanan yang telah
diserap dan mengendap.
Tekanan
darah saya kala diukur terakhir kali mencapai 120. Itu masih batas cukup aman
daripada angka selanjutnya.
Jadi,
kesimpulannya, usia adalah anugerah meski bertambah. Kita telah alami banyak
hal dan pertambahan jangka hidup demikian cuma nilai yang menentukan bagaimana
cara kita menyikapinya. Dengan penuh syukur tentunya.*
Cipeujeuh, 10 Maret 2018
~ Rohyati Sofjan adalah narablog
cum ibu satu anak usia 8 tahun yang
tetap merasa muda berkat anaknya yang masih kecil.
#Usia42 #2018 #Perempuan
#MasalahKesehatan #Menopause
~Gambar hasil paint sendiri~
Kalau siklus haid saya sudah alami dari SMA akibat obesitas hahaha. Kaki kena neuropati gegara diabetes. Mata pun demikian. Sekarang hanya bisa olahraga, jaga pola makan, banyak makan wortel dan telur (hihihi), serta minum cukup air putih. Usia menjelang 40 memang harus banyak yang diperhatikan -_- tidak bisa semasabodoh dulu.
BalasHapusSenang Mbak Tuteh menyikapinya secara positif dan menjaga pola hidup. Memang itu yang terpenting, berapa pun usianya. Semoga tetap sehat, Mbak. Dengan pola hidup yang terjaga dan sadar diri maka akan tetap produktif.
HapusMinum air putih hal paling murah namun penting. Saya juga harus gitu. :)
Iya, Kak. Terimakasih artikelnya ini keren :)
HapusTerima kasih juga sudah bertandang, semoga tak bosan. :)
HapusTubuh itu bisa diibaratkan dengan stamina mesin kendaraan ya, kak.
BalasHapusSemakin lama fungsinya semakin menurun.
Dan proses menua itu memang alami dan pasti dialami kita semua jika diberi usia panjang oleh Yang Di Atas.
Mahalnya harga perawatan skincare, diganti saja dengan pemilihan jenis konsumsi nabati secara rutin.
Coba perhatikan kulit para biksu, kak .. kulit mereka terlihat segar meski sudah berumur.
Kurasa pengaruh dari pola vegetarian yang mereka jalani.
Betul, Mas Hino. Mesin pun harus tetap dijaga baik-baik, beginilah tubuh dan usia sejalan beriringan.
HapusSaya tak pakai skincare sejak menikah. Kala lajang mah kerap karena bekerja. Makasih sarannya, Mas. Makanan adalah hal yang utama dalam hidup.
Oh ya, saya baru tahu rahasia para biksu demikian. Memang heran karena mereka terlihat kinclong. Padahal jadi vegetarian itu tidak mudah, butuh disiplin padahal manfaatnya besar.
Masuk di Usia ini sepertinya kita harus lebih rajin lagi untuk menjalankan Perintah dan larangan Agama.
BalasHapusKalau menurut saya umur 30 adalah masa puncak kekuatan fisik kita, setelah itu fisik kita pelan2 melemah,
Tubuh sudah mulai memberikan warning, sehingga kita was2... dengan dekatnya kita kepada Agama, mudah2an rasa was2 dan emosi kita bisa terkendali.
Saya suka nonton akhyar tivi, mbak tayangannya membuat kita dekat dengan Agama.Sehingga kita tahu apa yang harus kita siapkan dengan umur yang sudah diberikan Oleh Allah SWT.
Ya, Kang Nata. Terima kasih nasihatnya. Usia puncak telah lewat, dan penurunan ini sebagai peringatan agar tak melulu fokus pada urusan dunia. Ada bekal yang harus dipersiapkan dengan amalan ibadah dan menjauhi larangan Allah.
HapusNuhun, Kang.
Bagus Akang senang nonton acara keagamaan demikian, bisa mengingatkan hati agar tetap dekat pada Allah dan tak khilaf. :) Kalau saya mah cuma bisa belajar agama lewat buku atau bacaan mana saja. Ada folder file nasihat adab dan akhlak islami di komputer saya. :)