ALGORITMA atau
bakunya algoritme menurut KBBI 3 semacam kata benda, prosedur sistematis untuk memecahkan masalah
matematis dalam langkah-langkah terbatas; sedang dalam istilah manajemen adalah urutan logis pengambilan keputusan
untuk pemecahan masalah. Prosedur sistematis atau urutan logis bagi pemecahan
masalah tersebut masuk dalam ranah interaksi sosial. Menyangkut prinsip agar
diri sendiri nyaman karena wilayah privasi tak diusik pihak tak berkepentingan.
Wikipedia menerangkan algoritme adalah
prosedur langkah-demi langkah untuk penghitungan, pemrosesan data, dan
penalaran otomatis dalam ilmu matematika dan komputer. Dengan kata lain,
semacam metode efektif yang diekspresikan sebagai rangkaian terbatas dari
instruksi-instruksi yang telah didefinisikan untuk menghitung sebuah fungsi.
Dari kondisi awal (yang mungkin kosong), instruksi menjelaskan sebuah komputasi
yang bila dieksekusi (diproses lewat sejumlah urutan kondisi terbatas dan
terdefinisi dengan baik), pada akhirnya menghasilkan “keluaran” dan berhenti di
kondisi akhir.
Dalam
status seorang teman dumay yang juga
tayang di beranda saya, Ruri Ummu Zayyan membahas masalah algoritma yang
dilakukan pihak Facebook.
Menurutnya,
Facebook yang memutuskan status siapa
yang tayang di beranda kita, dan status kita tayang di beranda siapa. Konon,
itu bergantung pada edge rank atau
apalah namanya. Status orang yang sering kita like atau komen bakalan sering muncul di beranda, karena Facebook menganggap mereka teman akrab
lalu dimasukkan ke dalam lingkaran kita.
Setelah membaca paparan teman dumay
itu, intinya ia bilang algoritma berperan dalam memasukkan status kita untuk
tayang, namun bergantung pada Facebook
juga. Karena tak semua status teman selingkaran tayang di beranda kita.
Barangkali berkaitan dengan kesamaan minat atau persamaan lainnya.
Disadari
atau tidak, algoritma yang merupakan bagian dari bahasa matematika atau
manajemen pun berperan serta dalam menentukan interaksi kita dengan sesiapa. Facebook kian memperkecil lingkaran
pertemanan dengan aturan yang dtetapkan agar para penggunanya nyaman karena ada
perbaikan dalam pelayanan.
Hal
itu diterangkan dalam halaman Standar Komunitas yang dibuat tim Facebook. Bertujuan menemukan
keseimbangan antara memberikan orang-orang tempat mengekspresikan diri mereka
sekaligus mendukung sebuah lingkungan yang nyaman dan aman bagi setiap
orang. Karena setiap hari orang di
seluruh dunia berbagi kiriman di Facebook
yang menambah nilai bagi kehidupan kita, namun terkadang orang membagikan
kiriman yang dapat mengganggu atau menyakiti anggota komunitas lainnya.
Poin
utama standar komunitas: 1) menjaga pengguna tetap aman, 2) mendorong perilaku
saling menghormati, 3) mengakui keragaman budaya, dan 4) memberi kita alat-alat
untuk mengendalikan apa yang ingin dilihat. Standar tersebut dibuat agar para Facebooker merasa termotivasi dan
diberdayakan untuk memperlakukan satu sama lain dengan penuh empati dan rasa
hormat.
Maka
Facebook membuat opsi/pilihan
pengaturan untuk pertemanan dan perpesanan bagi yang menghendakinya.
Saya, sih tidak karena ingin status siapa
saja tayang di beranda saya dan status saya pun tayang di beranda siapa saja,
yang masuk dalam lingkaran atau bukan. Sebagai seorang penulis lepas, saya
butuh perluasan lingkaran agar karya sendiri eksis.
Bagi
saya algoritma memberi kemudahan jika kita memang menginginkannya sebagai
bagian dari prinsip hidup. Terserah jika jejaring yang saya ikuti untuk
memudahkan interaksi sosial dengan siapa saja membuat semacam algoritma demi
kenyamanan bersama. Itu juga semacam kontrol sosial agar pelaku jejaring
mematuhi pranata yang ada.
Masih
banyak pengguna layanan jejaring sosial yang seenaknya sehingga merugikan
algoritma orang lain. Kita tentu tak nyaman baca status yang isinya caci-maki,
omong-kosong, provokasi, sampai konten pornografi tayang di beranda. Maka,
tanpa disadari, kita butuh algoritma.
Dalam
drakor (drama Korea) “Because this is My
First Life” yang jalan ceritanya bagus banget
dan cenderung bertutur dalam gaya sastra, tokoh Nam Se Hee menjadikan algoritma
sebagai syarat pertama kala bekerja di perusahaan startup sahabatnya, baginya perusahaan tidak bisa mematahkan
prinsip algoritma hidupnya.
Apa algoritma Nam Se Hee? Rumah, kucing dan kesendiriannya!
Maksudnya?
Ia bekerja di kantor itu dan harus
dapat gaji yang sesuai agar bisa membayar cicilan rumah. Ia juga harus mengurus
kucing dengan memberi makan jadi menolak lembur jika si kucing akan
terbengkalai. Terakhir, ia selalu butuh saat-saat untuk sendirian dan tak ingin
diusik sesiapa, tidak juga sahabatnya yang bos dari tempat kerjanya, apalagi
perempuan.
Tentu
kita punya prinsip algoritma tersendiri. Namun bisa jadi kita tak akan
menyebutnya sebagai algoritma karena diksi tersebut seakan kurang populer, kita
menyebutnya sebagai apa saja yang sesuai dengan pemahaman.
Karena
kita hidup di era digital, bahasa kaum programer bertebaran. Algoritma
hanya sebagian kecil dari banyaknya tebaran bahasa kekinian.***
Cipeujeuh, 16 Januari 2018
~ Rohyati Sofjan adalah
pencinta bahasa Indonesia sejak dahulu kala masih baca majalah Intisari lawas gegara rubrik “Inilah
Bahasa Indonesia yang Benar” asuhan J.S. Badudu. Sampai kejeblos di milis guyubbahasa Forum Bahasa Media Massa (FBMM),
sekadar belajar bahasa sekaligus tahu fenomena bahasa apa
yang lagi menghebohkan masyarakat kala masih kerja di Bandung. Sekarang masih
melanjutkan kepo-nya di rumah saja
dengan cara mengintai Facebook dan
sekian situs berita. Gabung di WAG Klinik Bahasa yang anggotanya kebanyakan para
pakar bahasa, termasuk Ivan Lanin dan Uksu Suhardi.
#Bahasa #Linguistik #Algoritma
#MasyarakatDigital #MediaSosial
~Gambar hasil paint sendiri
Iya Sosmed sekarang pake algoritma, google, IG feed, FB. Tapi dulu waktu kuliah, algoritma adalah pelajaran yang saya sebelin. Hahhaha...
BalasHapusHi hi, ternyata banyak yang sebal juga pada algoritma sekarang ini, karena membuat lingkaran pertemanan berkurang sehingga seakan jadi kurang populer. Padahal mestinya ada keseimbangan bahwa kita berbagi dan yang dibagikan pun mau menerimanya. Jika tidak? Yah, pasang proteksi dirilah. Termasuk membuat jarak.
HapusPernah baca juga.. Apa yg tampil di wall facebook kita adalah apa yg sering kita kepoin di facebook. Ini juga yg mempermudah penargetan iklan fb berdasarkan kecenderungan org tersebut melihat apa di fb
BalasHapusBetul, Mas. Sebenarnya algoritma juga memudahkan target market bagi para pemasang iklan. Sasaran pasar yang dibidik bisa lebih tersampaikan karena mengikuti algoritma pengguna Facebook.
HapusAlgoritma ini bikin kita kudu kerja keras biar adil ya, banyak banget orang yang ngeluh, medsosnya punya banyak teman dan follower, tapi hanya sedikit yang like komen statusnya.
BalasHapusLah gimana mau like status, sedang dia aja jarang interaksi dengan orang lain, maunya di like komen aja, ga mau balas like komen hehehehe
Btw kejawab deh, mengapa semua tulisan mba bagus banget EYD dan pengaturannya, ternyata karena masih setia ama bacaan-bacaan tempo lawas yang belum terjangkiti virus kekinian yang bikin bahasa Indonesia jadi kacau yaa :)
Algoritma sekarang mah harus ada interaksi karena merupakan semacam seleksi. Jadi kalau tak pernah like atau ngobrol artinya tidak diinginkan pemilik akun dalam pembacaan Algoritma Facebook.Yah, makanya saya selalu berupaya dekat dengan beberapa akun yang disuka karena bermanfaat dengan nge-like atau komen agar tak kehilangan jejak. Cuma bagaimana jika saya tak pernah di-like apa akan nongol di berandanya? He he.
HapusBarangkali karena saya steril, Mbak Rey. Jadi bisanya pakai bahasa dari apa yang dibaca. Lalu kalau baca yang kacau penyampaiannya, saya jadi bingung.
Oh, ya ampuuunnnn kakak, baca ini saya jadi sadar bahwa di beranda Facebook saya pun selalu muncul yang itu-itu saja, ternyata karena dialgoritma sama Facebook. Rugiiii karena tentu status kita pun demikian padahal kan mungkin status itu bermanfaat untuk lebih banyak orang atau membutuhkan lebih banyak orang semisalnya status #Urgent Butuh Darah. Hehe.
BalasHapusBegitullah, lingkaran dalam FB ekslusif. Jadi coba buka halaman teman kita, lalu pada setiap akun yang memeng penting coba klik suka dan komen agar bisa terhubung lagi dengan algoritma kita. Namun semoga saja mereka tak unfollow agar status bisa sampai.
HapusAlgoritma dibuat untuk kenyamanan berkomunitas. Jadi saya terima saja perubahannya. Hihihi. Tapi perilaku bermedsos saya relatif ajek, sih.
BalasHapusIya, demi hal itulah maka pengguna media sosial harus tahu batasan agar tidak kena batunya. Yang runyam adalah algritma Instagram sekarang kian ketat tetapi membingungkan dan ada semacam bug sehingga terjadi kekacauan di awal Agustus kemarin. Ada yang tidak bisa melihat pos teman lain padahal tidak bermasalah dengan jaringan. Sepertinya kita juga harus berhati-hati agar kegiatan tidak berlebihan atau membuat pihak lain lakuan kegiatan berlebihan seperti boom like.
HapusSaya termasuk awam soal algoritma. Hanya yang saya tau, kuncinya adalah interaksi. Ketika ada interaksi, entah itu like, komen, dsb, maka setiap postingan feed, story akan muncul di akun Ig kita. Nah, cuma uniknya, ada yang ga pernah ngelike, komen, atau ngeliat story, tapi hanya sekedar mengintip akun kita, maka akun tersebut selalu muncul setiap postingan terbaru di Ig kita hehe...
BalasHapusDalam menggunakan Facebook, saya memilih mana yang hendak saya lihat. Ada yang terpaksa saya set supaya tak lewat di beranda saya karena bisa meracuni.
BalasHapusJadi kenapa kita ga bisa melihat status dari semua orang yang berteman dengan kita, itu karena algoritma.
BalasHapusalgoritma itu biar kadang tidak disukai, tapi membuat segala sesuatu menjadi lebih konsisten dan terarah.. berbeda dengan manusia yang memang sulit untuk konsisten karena memiliki keinginan dan perasaan yang dapat berubah dengan cepat dan tidak konsisten
BalasHapusSetiap sosmed kayaknya beda2 algoritmanya ya, yang paling saya suka sih algoritmanya Twitter ketauan siapa yg follow, siapa yg kita sukai dll
BalasHapusSaya suka sekali bagaimana cara Teh Rohjati menggambarkan algoritma--sesuatu yang rumit dan bahasa pemrograman--dengan mengumpamakannya sebagai salah satu tokoh di drama Korea This is My First Life. Tepatnya tokoh yang dimainkan Lee Min-ki. Pas baca bagian itu rasanya kayak.... jedeeerrr.... waw out of the box banget. Hahahaha. Dan dengan pengibaratan itu sebuah algoritma menjadi sesuatu yang mudah dipahami dan nyantol di kepala. Mentor saya dulu pernah bilang, tugas penulis adalah membuat pembaca paham sesuatu yang paling sulit dipahami sekalipun. Entah bagaimana caranya. Teh Rohjati sudah berhasil bikin paham sesuatu yang rumit yakni algoritma. Bahkan mungkin, justru lebih mudah memahami algoritma ketimbangan orang yang menulis status relationship di medsosnya sebagai: it's complicated. 😁😂
BalasHapusbetul sekali teh sekarang semua sosmed yang satu group dengan facebook, algoritmanya lagi diupgrade, ya kita sebagai user hanya pasrah dan pasti mereka sudah punya hitung-hitungan juga sih dengan coding-coding yang mereka rancang saat ini, lagi pula mereka kasih opsi kita untuk setting sendiri, jadi tinggal nikmatin dan pilih mana aja yang kita inginkan, mari bersosmed dengan bijak dan gunakan sebaik mungkin, itu aja yang harus kita lakukan ya teh
BalasHapusAlgoritma versiku me time dan ruang sendiri ya bun 😂😊🙏
BalasHapus