EYD (ejaan yang
disempurnakan) telah beroleh perubahan istilah baru menjadi EBI (ejaan bahasa
Indonesia) pada tanggal 30 November 2015. Meskipun demikian, apa pun
penamaaanya, tabik untuk Cikgu Anna Farida, pengasuh ruang belajar bahasa
Indonesia di group IIDN (Ibu-ibu Doyan Nulis) dengan hastag #IngatEYD (dan juga kini #IngatEBI) yang isinya tetap
relevan sampai sekarang.
Buku
digital (ebook) Bercanda dengan EYD yang dipajang di situsnya www.annafarida.com,
bisa kita unduh secara gratis alias cuma-cuma. Jadi, bagi siapa saja yang ingin
memahami bagaimana cara menulis yang baik itu bisa belajar di sini.
Saya
tak tahu apa alasan beliau menyediakan unduhan ebook gratis di situsnya yang jelas tak gratis karena domain com. Ada 3 ebook gratis yang dipajang di sana. Situs tersebut berisi daftar
buku terbit karyanya. Mungkin beliau ingin sedekah ilmu. Apalagi Bercanda dengan EYD merupakan hasil
diskusi mengenai bahasa dan kebahasaan bareng ibu-ibu yang tergabung di group
IIDN.
Penyampaian
yang dilakukan Cikgu Anna pada ibu-ibu kala membahas soal bahasa disajikan
dengan ringan, santai, namun serius. Banyak bercandanya namun itu tak mengapa
karena kaum ibu biasanya malas dengan ulasan pakar bahasa yang sok serius dan
tanpa ha ha-hi hi.
Secara
pribadi saya kenal Cikgu sekira tahun 2014 lalu di dumay. Kadang juga SMS-an
kala saya terpaksa terhenti dari dumay karena sarana (komputer dan modem) rusak
dan prasarana (sinyal) jelek. Cikgu itu orangnya terbuka dan enak diajak
ngomong. Candaannya yang tak garing menunjukkan bagaimana beliau itu. Seorang
yang ramah, periang, supel, dan memahami ilmu psikologi.
Tak
heran, saya mengidolakan beliau soalnya ada nilai tambah: sama-sama cinta
bahasa Indonesia!
Kecintaan
yang saya maksud adalah bagaimana beliau mengupas bahasa Indonesia dan fenomena
berbahasa masyarakat yang sedang tren pada para ibu yang sedang belajar menulis
di group IIDN. Itu sangat membantu sekali!
Saya
kagum karena ilmu Cikgu jauh melampaui saya. Jelas beliau pun merupakan penulis
favorit saya karena tulisannya enak disampaikan namun dalam pembahasan yang
serius sekaligus bernas.
Buku
terakhir yang baru saya baca adalah Single
Mom Berbagi Cerita. Itu Anna Farida banget! Merangkum kisah para ibu single dengan gaya bertutur yang enak
sekaligus apik dan filosofis.
Niat
Cikgu Anna Farida betapa mulia, berupaya menebarkan rasa cinta pada bahasa
Indonesia dan cara mempelajarinya agar kita bisa menulis secara tepat dalam
pilihan kata sampai tanda baca.
Bahwa
bahasa Indonesia pada dasarnya sebagai bahasa persatuan kita bukanlah bahasa cemen atau nyeremin.
Cikgu
Anna merangkum hasil diskusi di kelas #IngatEYD group IIDN bersama para ibu
yang beragam namun memiliki kesamaan minat, doyan menulis dan serius ingin jadi
penulis.
Rumpi
bahasa bareng para ibu itu heboh dan lucu namun bermanfaat dan menambah ilmu.
Sebagai guru yang memahami pendidikan psikologi, Cikgu Anna tahu bagaimana
menggiring para ibu untuk memahami dasar menulis yang baik: penguasaan bahasa
dan cara berbahasa sekaligus peletakan tanda baca.
Obrolan
ringan sekaligus santun pun menjadi hal yang mengasyikkan. Membahas pengenalan
bahasa atau istilah kekinian secara seru dan bercanda sehingga ibu-ibu merasa
nyaman belajarnya. Betapa terasa beda jika belajar langsung pada pakar bahasa
yang sudah sangat berpengalaman namun menyampaikan hasil pengajaran secara
kaku.
Kecenderungan
para ibu untuk rumpa-rumpi-rempong seakan beroleh saluran agar tambah pintar
berkat kelas #IngatEYD asuhan Cikgu Anna Farida.
Ebook
setebal 301 halaman ini cukup lengkap mengupas tren berbahasa yang terjadi
dalam kurun waktu tahun 2012 sampai 2015. Banyak sekali hal yang bikin heboh
para ibu untuk membahasnya berkat Cikgu.
Meski
itu sudah lama dan sekarang tahun 2018, isi rumpian para ibu dengan panduan
Cikgu Anna Farida masih relevan sampai sekarang.
Bahkan,
saya saja malah banyak tidak tahunya, he he. Mari kita unduh agar tahu lebih
banyak dan belajar sama-sama.
Saya
ini bukan orang baru dalam kepenulisan namun tetap harus senantiasa disegarkan
ingatan dan pemahaman dalam hal berbahasa dan cara penulisan. Maklum, faktor U (usia)
bisa membuat saya cepat lupa akibat penurunan daya ingat. Juga faktor K alias
kebiasaan kerap membuat saya bingung dan butuh rujukan.
Faktor
K terjadi kala saya ragu akan sesuatu, bagaimaa cara menulis yang tepat gegara
saya banyak baca hal yang salah penyampaiannya dari penulis lain. Seperti antre
atau antri, mana yang tepat? Yah, buka KBBI alias Kamus Besar Bahasa Indonesia
memang bagus sebagai rujukan, namun jika kita baca buku digital Cikgu akan
terasa beda, atmosfer diskusinya hidup dan mudah melekat di benak hingga
merasuk dalam bawah sadar sebagai kebiasaan, tidak lagi dibingungkan rujukan
yang salah.
Bercanda dengan EYD membahas
soal cara penulisan, kata baku, tanda baca, pemahaman bahasa, perbedaan kata
depan dan imbuhan, pun kata yang sedang ramai digunakan alias kekinian.
Tidak
hanya itu saja, Cikgu kerap mengajak para ibu untuk belajar membuat kalimat.
Bermain dengan bunyi atau apa saja. Jadi, tidak hanya penghafalan semata
pelajarannya melainkan mengajak para ibu doyan rumpi itu untuk aktif terlibat
dalam diskusi sekaligus praktik menulis.
Asyik
banget.
Jika
Anda kepo ingin ikut belajar bareng Cikgu, silakan unduh ebook-nya.
Meski
EYD telah berubah jadi EBI itu hanya penamaan. Dari yang disempurnakan telah
bermetamorfosis jadi Bahasa Indonesia.
Bahasa
Indonesia pada dasarnya dinamis berkat dinamika masyarakat sendiri.
Cipeujeuh, 4 Mei 2018
#AnnaFarida #IIDN #IngatEYD
#IngatEBi #BercandaDenganEYD #BahasaIndonesia #BukuDigital #EbookGratis
~Foto sampul buku Bercanda dengan EYD dari situs
www.annafarida.com
~Foto buku Happy Mom Berbagi Cerita hasil jepretan
kamera ponsel ANDROMAX PRIME
Jadi penasaran ingin lihat perubahan dari EYD menjadi EBI.
BalasHapusBaik ya kqk Anna Farida itu sudah berkenan membagikan Ebook secara cuma-cuma.
Silakan diunduh agar tata bahasa tulisan Mas kian mantap. Itu saja sudah dibawakan dengan bingkai bahasa yang nyastra dan berima, mengalun berat namun sudut pandang sebagai tulisan feature unik. Tak verbal. Cuma perlu dipoles tata penulisannya agar lebih ike lagi.
HapusSemoga amalan Cikgu Anna jadi ladang amal jariah bagi beliau. Zaman sekarang yang cuma-cuma itu terasa jarang. :)
kok saya baru tahu kalau EYD jadi EBI, ebi kan udang kering, hehehe.... ohya Mbak Cikgu itu nama panggilan untuk guru di Negara tetangga yach, ?
BalasHapusHi hi hi, Kang Nata mah kebanyakan jalan-jalan jadi lupa ada EBI parkir manis menggantikan EYD. EBI satu ini mah emang gak bisa dimakan, hi hi.
HapusKalau ebi yang ikan mah enak sebagai bahan campuran masakan, ya, Kang. Apalagi untuk pempek Palembang. Aah, jadi lapar, pengen makan pempek.
Tidak tahu siapa yang memulakan penyebutan Cikgu kepada Bu Anna Farida, namun saya ikutan habis terasa enak. Cikgu artinya encik guru, merupakan bahasa melayu, rasanya di Pulau Sumatra juga hal demikian lazim dipakai?
Itulah sebabnya saya sejak awal membaca postingan di blog ini selalu merasa kaya raya akan diksi, pilihan-pilihan katanya luar biasa, penulisannya sangaaaattt baik! Terimakasih informasi soal e-book itu juga hehehe. Salam Akak :*
BalasHapusHarapan saya apa yang dibagikan di blog bisa bermanfaat lepada pembaca yang bertandang. Terima kasih, Nonamuda. Pilihan kata yang baik adalah suatu keharusan bagi kita sebagai penulis. Silakan diunduh bukunya. Ada obrolan saya juga di sana. Biasa, mamah-mamah hobi nimbrung pada topik yang diminatinya, eh, malah turut didokumentasikan. Salam, Nonamuda Tuteh.
Hapus