Cerita
renyah adalah cerita ringan yang mudah dicerna pembaca, dan disampaikan dalam
pilihan bahasa yang segar pula. Dengan demikian pembaca mudah memahami isi
cerita tanpa perlu berkerut-kening memikirkannya. Tinggal dinikmati secara mengalir
sesuai dengan jalan cerita yang bergulir.
DATA BUKU : Bukan Pangeran Kodok
PENULIS :
Shabrina Ws, Riawani Elyta, Sari Yulianti, dkk.
PENERBIT :
Sheila (Imprint Penerbit ANDI)
CETAKAN :
I, 2013
TEBAL :
vi + 226 Halaman
ISBN :
978-979-29-2136-6
HARGA :
Hadiah Kuis Buku di Facebook
BUKAN
PANGERAN KODOK masuk
ranah cerita yang dipaparkan di atas. Renyah namun memiliki kelebihan karena
disampaikan secara bernas pula. Be a
Writer (BAW) benar-benar serius menggarap isi sehingga dari kurasi Shabrina
Ws terpilihlah 15 cerpen kategori teenlit
yang menghibur sekaligus mendidik
dari anggota group kepenulisan asuhan Leyla Hana tersebut.
Mereka
benar-benar paham bagaimana menulis cerita, memperlakukan bahasa, dan membuat
tegangan aneka twist ending yang
beragam. Balutan Islami menyertai kumcer yang ditujukan untuk remaja. Ada
nuansa riang khas dunia remaja, sekaligus muram karena mereka melakoni hal yang
tidak sama di Nusantara ini.
15
cerpenis yang terpilih berikut karyanya benar-benar pilihan yang disaring
secara ketat, dan memiliki jam terbang cukup tinggi sehingga pembaca akan
benar-benar diajak melanglangi dunia imajinasi mereka seakan nyata. Tanpa
melupakan nilai-nilai kehidupan pula.
“Jejaring
Romansa” karya Keenan Naura memaparkan adonan dunia remaja, pacaran,
antipacaran karena berupaya mengusung nilai Islami, sampai hacker yang membajak akun jejaring sosial tokoh utama sebagai upaya
balas dendam salah tempat.
Keenan
tahu bagaimana menyusun dialog khas remaja yang segar namun ia membingkainya
dalam narasi yang berbobot sehingga pengadegannya menyadarkan kita akan nuansa twist. Ada kejutan yang manis di akhir
cerita.
Namun
kejutan di akhir cerita tak selalu manis, Nila Kaltia membuat twist ending yang tragis. Tokoh akuan,
sang stalker yang membayang tokoh
diaan ternyata virus maut HIV yang telah menginfeksi Celeste, remaja Papua 17
tahun yang menjadi korban perkosaan dari penyebar virus HIV. Gadis bermasa
depan cemerlang itu seakan harus menyongsong kesuraman hidupnya sendirian
sebagai ”Cenderawasih Patah Sayap”, namun
ia berupaya tetap tegar.
Nila
meramu cerita dengan balutan bahasa yang indah berikut lokalitas budaya Papua.
Mitos mengenai Raja Ampat bukan sekadar pelengkap melainkan penguat.
Konon, dahulu kala, hiduplah
seorang wanita yang menemukan tujuh butir telur. Empat butir di antaranya
menetas menjadi empat orang pangeran yang kemudian berpisah dan memerintah
sebagai raja di empat tempat yang berbeda: Waigeo, Salawati,
Misool Timur, dan Misool Barat. Itulah
konon daerah tersebut dinamakan Raja Ampat. Tiga telur yang lain menjelma
seorang putri, sebuah batu, dan hantu.
Rupa
hantu ditafsirkan Nila sebagai penyakit masa kini yang senantiasa mengintai:
virus HIV yang akan bermetamorfosis sebagai AIDS!
Remaja
pun bisa mengalami peristiwa konyol karena mereka labil dalam menafsirkan
perasaan dan hubungan berbeda jenis kelamin. Dilambungkan asa karena kebaikan
seseorang yang dikagumi, dan semua tak lebih dari “Cinta Salah Tempat”.
Linda
Satibi menggambarkan dunia Fe yang riang harus jungkir-balik akibat cinta
bertepuk sebelah tangan alias cinta sepihak. Optimismenya bahwa ia akan bisa
menggebet sang gebetan mendadak blaaar
buyar karena subjek cinta sepihaknya akan menikahi perempuan lain.
Klise?
Tidak juga. Itu memang kisah klise yang bisa dialami siapa saja, termasuk saya
juga kala remaja, kok, he he. Yang terpenting, Linda sebagai pencerita mengemas
ceritanya dengan renyah namun tak klise. Ada twist Chekov’s gun yang
ditembakkan pada saat tak terduga, namun tokoh utama tak terus menggalau.
Melampiaskan patah hatinya pada hal positif. Apa itu? Baca saja kumcer Bukan Pangeran Kodok agar tahu bagaimana
beragamnya pilihan hidup yang gadis remaja masa sekarang ambil.
Namun
Bukan Pangeran Kodok tidak melulu
mengajak pembaca melihat dunia remaja dalam satu kacamata, ada banyak ragam
kehidupan lain yang dialami remaja. Termasuk salah pilih jalan sehingga nyawa
direnggut anorexia nervosa, Riawani
Elyta memaparkan tragedi itu dalam “Dia yang Kembali Tersenyum”, sebagai
pengingat bagi remaja agar tak dibutakan cinta dan tampilan luar semata
sehingga menzalimi tubuh dan jiwa.
Ada
banyak remaja yang tidak tahu mengenai bahayanya cara hidup demikian, ambisi
mereka mengalahkan rasionalitas. Pengarang tak berpretensi mengubah manusia
dengan cara menggurui, tugas pengarang cuma memaparkan cerita yang menggugah
relung kesadaran manusia.
Permasalahan
utama remaja memang kebanyakan soal cinta, dan rata-rata penulis kumcer ini
mengemas tema cinta dengan beragam lakuan. Arul Chandrana memaparkan
tumpah-ruahnya kemarahan seorang remaja cowok
karena sahabat cewek pacaran dengan cowok lain (“Kita dan Rasa yang
Diam-diam”). Lucu sekali cara Arul menarasikannya, berikut twist tak terduga.
Twist ending
adalah senjata utama pengarang agar pembaca penasaran sekaligus tak bosan.
Elemen kejutan penunjang psikologi cerita untuk menggiring pembaca
menyelesaikan bacaannya. Itu dilakukan Vita Sophia Dhini dengan tokoh Abe yang
bisa karate dalam mengharap cinta tak mesti terwujud sekarang (“Just Friend”). Binta Almamba mengharuskan “Bukan Arjuna” pergi demi
menggapai cita yang lebih baik, meninggalkan seorang gadis angkuh menyesali
diri. “Lima Ratus Kilometer” rela ditempuh seorang gadis demi menemui pacar
mayanya, dan ternyata, lagi-lagi Chekov’s
gun dimainkan Dhewi Bayu Larasati. Sebaliknya Sari Yulianti bermain dengan twist jenis discovery dalam “Little
Heartbeat for Little Friend”. Telanjur GR yang berbuah penyesalan karena
rambut harus jadi korban.
Teenlit
adalah bacaan yang dikhususkan untuk remaja belasan tahun, dan sifat menghibur
sekaligus mendidik bisa menuntun remaja untuk mengenal ada banyak ragam
kehidupan di luar sana. Membantu remaja untuk menemukan arah dalam pengenalan
jati dirinya, sekaligus tak salah langkah.
Terlalu
banyak gadis remaja yang alami hamil di luar nikah akibat kebablasan dalam
pacaran. “Metamorfosis Cinta” menokohkan pelaku tersebut layak mendapat empati
ketimbang hujatan. Nda Syahdu memaparkan itu dengan muram.
Karena
itu, banyak ayah yang bertipe over
protected terhadap anak gadisnya dengan pertimbangan lebih baik mencegah
daripada telanjur berbuat salah. Santi Artanti dalam “Kutunggu Kau di Sini”
menjelaskan mengapa Pak Rustam ayah aku-tokoh berprinsip demikian.
“Memiliki
anak perempuan itu bagaikan memegang telur di ujung tanduk. Kalau terlalu kuat
dipegang, ia bisa tertusuk tanduk. Kalau dilepaskan, ia bisa jatuh, pyaaar… pecah!”
Bagi
seorang anak, figur ayah tetap pahlawan tak tergantikan meski telah tiada.
Tragisme semacam itu dipaparkan Nyi Penengah Dewanti dalam “Tongkat Bambu
Kuning Ayah” dengan getir. Seorang ayah yang ditinggal kabur istrinya tetap
bekerja keras demi tiga orang anak-anaknya. Dan anak-anak tetap mencintai
kenangan akan ayah, menolak serumah dengan ibu mereka yang mendadak datang dari
kota membawa segala kemewahan asing.
Orangtua
adalah penopang utama hidup anak, bukan sekadar aksentuasi semata. Bukan Pangeran Kodok selalu menyertakan
figur orangtua dalam ceritanya. Entah tunggal atau utuh. Sebagai pengingat
bagaimana pentingnya peran orangtua dalam hidup remaja pula. Karena pentingnya,
seorang gadis remaja dengan akalnya berupaya membantu ayahnya untuk menemukan
siapa pencuri cabai di ladang mereka.
Syila
Fatar dengan “Gadis Simpul” secara orisinal bertutur bahwa ikut kepanduan
(Pramuka) ternyata banyak gunanya. Selain beroleh pengalaman juga keahlian yang
kelak bisa membantunya untuk menangkap maling. Namun, karena teenlit, ada juga romansanya yang dirasa
pahit setelah sang maling terungkap.
Potensi
diri sebagai gadis remaja harus terus diasah dengan beragam cara. Ade Anita
dengan “My Name is Dewi” berupaya
mengasah pembaca untuk percaya diri dalam menggali potensi. Meski dalam
melakukan hal sederhana yang dianggap mudah -- yang tak semudah perkiraan. Moto
Ade layak diterapkan: Never give up. We
have choose our dream until it becomes reality.
Ada
yang suka dongeng? “Bukan Pangeran Kodok” bukanlah dongeng mengenai sang
pangeran yang diubahwujud jadi kodok oleh penyihir jahat entah mana. Shabrina
Ws cuma terinspirasi oleh kodok yang masuk ke dapur lantas gila-gilaan
mengimajinasikannya secara rada absurd dengan tokoh rekaannya.
Bagaimana
seekor kodok yang kesasar bisa mengubah seorang gadis perisau karena tak punya
pacar untuk lebih berprestasi dan cinta lingkungan. Jadi pencinta kodok, gitu.
Itu
menjadi cerita penutup bagi kumcer Bukan
Pangeran Kodok. Sebuah kumcer yang layak dikoleksi karena menyajikan cerita
secara renyah sekaligus bernas. Kelebihan kumcer dalam bentuk antologi bersama
adalah beragamnya kisahan dan gaya bertutur pengarang yang membawa cetakan
dasar masing-masing.(*)
Cipeujeuh, 22 Januari 2018
#ResensiBuku
#BukanPangeranKodok #PenerbitSheila #Kumcer #BeAWriter
#Foto sampul buku dari
penerbit
wah asiknya dapet hadiah kuis.. hehe..
BalasHapuskalau dipasaran harganya brp ya mba? saya lama banget nih udah gak baca buku kayak begini. sekarang lebih seringnya baca-baca buku parenting. hehe..
Alhamdulillah, Mbak Thya. Soal harga, saya sendiri tak tahu, karena buku lama. Akhir tahun 2013 terbitnya dan pertengahan tahun 2014 dapatnya. Entah apakah di pasaran amsih ada. Silakan cek di Google, barangkali ada yang jual itu.
HapusKalau saya, sih, tak akan jual buku hadiah, hi hi. Suka dan jadi kenangan. Lagian untuk Palung nantinya.
wkwkwkw, kok lucu ya mba ceritanya hhaha
BalasHapusZaman sekarang banyak buku antologi yang keren-keren ya, ceritanya juga beneran kata mba, renyah banget hahaha.
Baru baca sekilas reviewnya saya sudah mau ngakak aja, jadi pengen baca semuanya.
Itu pangeran kodok ngapain pula nyasar di dapur, gak takut kena api apa hahaha. ada-ada saja imajinasi pengarangnya ya :D
Kayaknya saya pas banget nih baca bacaan ringan gini, gak butuh waktu lama untuk selesaikan, hahaha
Syukurlah ada yang terhibur dengan cara penyampaian saya. Padahal kalau baca bukunya lebih dobel terhiburnya. Hu hu. Sayang banget mereka tak bikin antologi keren lagi, para anggota grup Baw, soalnya sudah bubar. Namun ada banyak penulisnya yang sudah maju banget serta punya buku solo.
HapusKodoknya nginspirasi. Mbak Rey juga bisa tulis apa saja. Kalau kodok di dekat rumah saya hobi konser sambil berjajar di jalan setapak. Haduh, ngapain mejeng di tengah jalan gitu, tak takut terinjak kala malam. Jadilah saya harus ekstra siaga dengan senter kalau hendak ke warung malam-malam, maklum rumah di tengah kebun.
Bukunya asyik buat yang lagi bete.
Jadi kepengen baca juga. Pastilah keren, penulisnya juga senior semua. Itu group di FB atau WA Mbak?
BalasHapusBaW itu grup FB, sayang sudah bubar padahal bagus juga pengelolaannya. Sekarang sulit cari grup FB yang dinamis, mungkin beralih ke WA. Padahal saya malas ikut grup WA banyak-banyak, nanti bikin ponsel sibuk.
HapusPenulisnya keren dan sekarang nama-nama ity sudah senior serta produktif berkarya. Pokoknya matang berkat mengasah diri. Semoga Mbak Ida bisa baca bukunya, ya. Harusnya buku itu masih ada di pasaran. Entah toko daring (dalam jaringan/online).
Antologi yang membawa saya jauh masuk kembali ke kenangan tahun 2010 2011 nih. Masa saat suka ikut nulis cerpen dibukukan meski indi, dan jualan sendiri. Hehehe...
BalasHapusSekarang sudah lebih nyaman di blog. Nyerpen nya sesekali saja jadinya
dari ceritanya bukunya bagus ya, mbak leyla sama mbak riawani mentor nulis keren emang nih, aku juga pernah ikut pelatihan onlinenya
BalasHapusBernas itu artinya apa ya mba? aku kurang paham soal buku dan tulis menulis.. tapi memang cerita romansa masa remaja sangat berkesan ya.. akupun sudah usia tidak muda lagi, masih suka cerpen romansa remaja
BalasHapusThis must give you a different point of you and another perspective of the story. I would love to read it this book myself
BalasHapusKumpulan cerita begini bikin bacaan seru deh ya mbak, banyak ide cerita, karakter, dan yg pasti pembawaan penulisnya dalam menyampaikan kisah. Saya jadi penasaran mau baca langsung
BalasHapusAku dulu suka baca ginian, sekarang agak krndor yaa. Nanti mau cari juga ah. Btw, BAW masih ada saja. Kirain sudah out kaya komunitas2 lain. Selamat dan sukses deh
BalasHapusWaah saya kenal hampir semua penulisnya. Semuanya penulis yang masih aktif sampai sekarang dan memang keren-keren tulisannya.
BalasHapushey, itu Mbak Leyla Hana yang sekarang aktif ngeblog? Wah, coba Mbak Leyla bikin antologi kek gini untuk para blogger.
BalasHapusWAh kalo penulis BAW mah kece semua. Dulu aku juga gabung tapi sebagai penggembira, hehee. Selama ini juga udah sering baca karya penulis yang ada di buku ini
BalasHapusSaya pernah bertemu dengan mbak Shabrina WS di workshop penulis buku bacaan anak, ikut imut dan humble banget. Langganan menang lomba cerpen beliau ya, jadi tahulah kapasitasnya menjadi kurator dalam pemilihan kumpulan cerpen dalam buku ini. Jadi penasaran sama isinya.
BalasHapusSaya juga sudah pernah baca buku ini
BalasHapusSedikit ringan dibanding bacaan saya lainnya yang tebal tebal
Wah asyik nih saya kayaknya ga pernah bikin cerpen lagi sejak smp duh dah lama banget ya. Baca ini jd pengen nyoba..
BalasHapuswah jadi nostalgia dengan BAW. Sekarang saya sendiri udah gak pernah nulis cerpen lagi. Udah gak sanggup mengkhayal nih.
BalasHapuspenulis-penulis BAW semun=anya keren-keren, tulisannya bagus-bagus, jadi saya yakin antologi ini juga pasti menghibur banget :)
BalasHapusAku sering memilih buku yang aku baca, kak...
BalasHapusSoalnya kalau baca suka ga bisa berhenti.
Nah...agak kesulitan sebenarnya ketika membaca antologi.
Tapi,
mungkin beda kalau antologi itu berupa kumcer yaa..
Wah kumcer ya ternyata, kukira cerita anak dari covernya. Hehe. Agak imajinatif juga ya ceritanya
BalasHapusWah jadi pengin nyari buku antologinya, penasaran sama isinya. sudut pandang banyak penulis dari sebuah karya antologi.
BalasHapus