APA, sih, asyiknya film zombie? Um,
saya tak tahu karena bukan penggemar film bertema demikian, cuma kebetulan
dapat dari hasil sedot koleksi film yang disimpan anak sobat sampai keponakan
saya dalam komputer jinjingnya. Ada
file film yang tak saya intip isinya
tentang apa, jadi tahu-tahu malah menonton film horor tentang para zombie yang kalap serang orang
sana-sini. Atau saya sudah tahu isinya tentang zombie tetapi tetap sedot untuk ditonton dan dikoleksi dalam netbook Acer saya, alasannya suka atau
penasaran. Yah, lumayanlah untuk diulas dalam blog.
Apa, Sih, Arti Zombie Itu?
Menurut
kamus bahasa Inggris yang saya beli untuk Palung di toko kitab dekat Pasar
Balubur Limbangan seharga 15 ribu rupiah saja, artinya mayat yang dihidupkan kembali dengan ilmu gaib (kamus Lengkap 900 Milyar [yang sayangnya
kurang lengkap], R. Krisdianto, Penerbit Barus, Jakarta). Kalau translate dalam Transtool, sih, artinya
mayat hidup tanpa embel-embel lain.
Baiklah,
jika mengacu pada arti mayat yang dihidupkan kembali dengan ilmu gaib, berarti
istilah zombie -- yang penulisan
dalam bahasa Indonesia menjadi zombi tanpa e -- itu merupakan hal yang sudah
dikenal sangat lama sekali, barangkali sejak zaman dahulu kala. Kala ilmu
klenik masih bersimaharajalela.
Dahulu
kala saya masih kecil dengan status anak SD, tahun ’80-an, pernah menonton film
zombi bertema mayat yang dihidupkan kembali dengan ilmu gaib. Bagi anak kecil
itu terasa seram banget, namun anehnya saya tetap menonton sampai tamat. Sampai
bagian penutup berupa nama-nama asing awak filmnya. Entah buatan Jerman atau
Belanda, namun akibatnya tiap saya baca nama berbau asing demikian di layar
televisi jadi merinding ingat film zombi. Yah, namanya anak kecil, he he,
beroleh pengalaman traumatik akibat film horor.
Alkisah,
ada seorang lelaki yang membunuh seorang lelaki lainnya, entah pembunuh atau
yang dibunuh orang jahat, atau keduanya sama jahat, karena kala mayat tersebut
dibakar di perapian seakan menjadi kutukan. Abu yang tersebar dari cerobong
asap jatuh di area pemakaman. Dan di makam tersebut ada sekelompok anak muda
yang berpesta memutar musik entah rock atau metal, pokoknya kombinasi sebaran
abu mayat yang dibunuh pembunuh plus musik berisik sanggup membangkitkan
mayat-mayat yang dikubur di pemakaman itu.
Mau
ngapain, tuh, mayat orang mati “hidup” lagi? Yah, mau keluyuran jadi zombi, lah. Zombi-zombi dari makam itu bangkit
dengan beragam gaya, kayak lengan nyembul duluan dari makam yang mendadak
terbongkar, atau kepala duluan, atau semua anggota badan duluan.
Dan
mereka berjalan dengan gaya superkaku ala
zombi, lamban pula, menyerang sekelompok anak muda tersebut, menggigit lalu
memakani otak mereka. Seram banget. Dan anak-anak sial tersebut begitu usai
digigit dan otaknya dimakan malah ikut berubah wujud jadi makhluk yang bukan
manusia lagi, jadi mahkluk kategori zombi lapar otak. Mereka keluyuran di kota
dan menyerang penduduknya hingga menzombi pula. Jeng… jeng… jeng…. SELESAI!
Karena
yang akan saya bahas adalah film “Train
to Busan” (Kereta Menuju Busan),
tak usahlah membahas film zombi di atas yang saya lupa judulnya apa. Zombi yang
ini bangkit bukan karena klenik melainkan kebocoran dari pabrik kimia. Gak jelas kimia apa, tak dijelaskan di
film. Lebih pada genre thriller
campur drama mengenai upaya sekelompok manusia dalam mempertahankan diri dari
serangan zombi, lebih tepatnya bertahan untuk hidup dan tak terinfeksi.
Film
ini ditranslasikan secara manual oleh Fathur, selesainya di Makassar, 12
September 2016, pukul 20:59 WITA. Film Korea, sayang tak jelas pemainnya siapa saja karena semua teks pemeran dan
awak film, sampai judulnya, pakai huruf bahasa Korea. Harus googling padahal, karena suatu hal, tak
bisa ngenet di rumah kala itu. Nontonnya Oktober 2016.
BACA JUGA: A Moment to Remember: Ada Penghapus di Kepalaku!
BACA JUGA: A Moment to Remember: Ada Penghapus di Kepalaku!
Film
ini disedot dari laptop ASUS Ai Ghina
penggemar film horor sampai thriller,
sekaligus pencinta drakor alias drama Korea nan romantis. Barangkali doi bercita-cita bisa mengunjungi Korea
juga. Mari kita doakan semoga cita-cita manisnya terkabul. Aamiin….
Asal
tahu saja, semua film yang pernah dikoleksi saya kebanyakan dapat dari hasil
sedot koleksi Ai anak sulung Ipah sobat saya. Enak, ya, main sedot itu, tinggal
copy-paste atau send to flashdisk saya. Kalau unduh sendiri langsung dari sumbernya
suka bingung, kesasar di situs yang ribet cara unduhnya atau bohongan koleksi
film karena kebanyakan memampangkan iklan judi online dan hal porno. Pusing, yeuh!
Alasan
lainnya, main sedot film secara langsung dari sumbernya (laptop atau NB) itu
lebih cepat, makan hitungan menit, dapat banyak lagi. Tak tahulah Ai dapat dari
mana, unduh sendiri atau sedot koleksi teman kuliahnya di Bandung?
Saya
pernah unduh film dan berulang gagal. Kerapnya mengunduh di Narudemi,
ambil yang mudah diunduh dan lebih cepat dari pilihan format lainnya, meski
kualitas gambarnya gak bagus. Bukan
.mkv, .flv, atau .mp4. .3gp saja, hehe. Yah, kualitasnya kayak film bajakan, tuh.
Yang penting bisa ditonton meski rada gaje,
gak jelas.
Kok,
malah melantur? Oke, kita bahas film “Train
to Busan”. Semoga bermanfaat dan mengundang hasrat untuk menontonnya juga.
Di sini ada segi humanisme yang dibidik. Hubungan antarmanusia sebelum dan
sesudah menghadapi serangan zombi. Meski kala menontonnya untuk pertama kali
bikin merinding campur lemas-tegang, plus main jerit segala sampai Ai
mengernyit kaget ada orang teriak di dekat kupingnya. He he, maaf, gak sengaja, spontan banget!
Cerita
film dimulai dengan latar jalan masuk pabrik di Jin Yang yang dimasuki oleh
mobil pikap biru tua, dikemudikan seorang lelaki. Di gerbang pemeriksaan, mobil
dihentikan sebentar oleh petugas jaga untuk disemprot antihama. Sopir mengomel
karena bosan dapat perlakuan itu seperti yang sudah-sudah karena sebelumnya tak
pernah demikian. Petugas bilang ada kebocoran di pabrik. Mobil dipersilakan
jalan. Di perjalanan, sopir meneruskan dumelannya sampai diinterupsi dering
ponsel.
Ada
benarnya anjuran jangan mengemudi sambil menerima atau menelefon karena akan
membawa musibah besar, bagi umat manusia kali ini. Sopir mencoba meraih ponsel
sambil menyetir. Kala gagal, ia mengalihkan perhatian dari depan dengan akibat
mobil berguncang seperti telah menabrak sesuatu. Dan benar saja, kala
menghentikan mobilnya lalu keluar, ia telah menabrak seekor rusa yang
menyeberang sembarangan.
Dasar
sopir tak tanggung jawab, bukannya ngurus
mayat rusa itu agar tak tergeletak sembarangan di jalan yang sepi, malah
langsung ngaleos alias ngacir tanpa dosa, toh yang ditabraknya cuma rusa.
Lalu
apa yang terjadi pada rusa malang itu? Mati? Iya, tapi ngedadak getar-getar kejang gak
jelas lalu bangkit kembali. Hidup? Gak,
jadi zombi! Iya, rusa pun bisa menzombi karena dalam film itu lagi ada
kebocoran zat kimia. Dan rusa-mati terinfeksi saking kuat dan berbahayanya zat
kimia tersebut. Mungkin nama zat kimianya Jelangkung 16.0, hehe.
Opening title
berakhir. Adegan berpindah pada seorang eksekutif muda perusahaan operasional
pabrik zat kimia tersebut. Sibuk meyakinkan klien pemegang saham yang hendak
menarik asetnya dari perusahaan terkait masalah dalam pabrik yang turut
mengguncang pasar saham. Ia sendiri pusing melihat berita di internet yang
mengabarkan jutaan ikan mengambang mati akibat keracunan zat kimia yang bocor
dari pabriknya.
Berkeputusan
menjual seluruh saham ke bursa efek karena harus mengantisipasi hal tak
terduga, memerintahkan hal itu pada manajernya yang ragu. Ia yang workaholic (gila kerja) tak kenal ragu
dalam mengambil suatu keputusan penting. Perkawinannya berantakan akibat sifatnya
yang egois alias selfish dalam
mengejar ambisinya sampai tak peduli pada hal lain.
Di
parkiran apartemennya, ia ditelefon mantan istri di Busan, mengomel karena ia
tidak menghadiri pementasan putri mereka di sekolah dasar. Ia beralasan sibuk.
Karena kesalahan itulah ia terpaksa mengantarkan Soo An, putrinya untuk ke
Busan.
Subuh
gelap mereka bermobil ke stasiun. Dan melihat kebakaran hebat melanda kota. Di
Stasiun Pusat, kala fajar merekah, mereka berangkat dengan kereta menuju Busan,
tanpa menyadari ada seorang korban yang digigit zombi menyusup ke dalam kereta
yang bergerak. Saat itu stasiun pusat ternyata sudah diserang zombi.
Di
gerbong kosong, gadis muda itu mendadak kejang-jejang hebat. Seorang awak
kereta yang memergokinya berniat menolong namun malah digigit gadis itu.
Perempuan
muda tersebut tentu panik, berusaha melepaskan diri dari terkaman gadis yang
tak diketahuinya adalah zombi. Ia masuk gerbong lain yang penuh penumpang dan
mendadak jatuh kejang-kejang. Dan gadis zombi yang menggigitnya balik menyerang
penumpang malang lainnya. Berdua mereka meneror penghuni kereta, menjadi
penyebar virus berbahaya yang telah mematikan sisi manusiawi hingga menjelma
zombi.
Alhasil,
kepanikan menyebar, dari satu gerbong ke gerbong lain. Dan tokoh kita.
eksekutif muda itu, dengan anaknya terjebak dalam huru-hara kereta.
Bisakah
mereka menyelamatkan diri?
Saya
ingin mengupas sisi menarik dari film “Train
to Busan”. Sisi manusiawi yang ditampilkan. Tolong menolong antarsesama
seakan menjadi barang langka di kota, dikalahkan egoisme diri yang berlebihan.
Dan eksekutif muda itu pun termasuk salah satu pelaku egosentris, berkebalikan
dengan anak perempuannya yang berhati hangat dan peduli pada sesama.
Namun
masih ada beberapa persona yang memiliki kepedulian tinggi untuk
tolong-menolong. Pasutri yang istrinya hamil besar, anak-anak SMU yang hendak
tanding bisbol, dua bersaudara perempuan paruh baya, gembel yang lolos dari
huru-hara kota dengan menyusup di toilet gerbong kereta. Berikut masinis yang
tak tahu apa-apa.
Mereka
yang selamat adalah peran sentral dalam cerita, baik sebagai tokoh utama atau
pendukung. Jangan abaikan beberapa tokoh antagonis lainnya. Seorang pejabat
sombong yang super-duper selfish
sampai memprovokasi penghuni gerbong untuk mengabaikan penyelamatan karena
takut terinfeksi.
Tokoh
yang nyebelin itu pada akhirnya malah
kualat jadi zombi yang terinfeksi setelah beberapa upaya menyelamatkan diri dengan
cara licik telah dilakukannya, mengorbankan orang lain untuk digigit duluan.
Ada
banyak adegan menegangkan sekaligus menyadarkan kita akan watak dasar manusia
yang berperilaku tak manusiawi. Filmnya bagus banget! Adegannya juga suspens abis.
Spektakuler, malah!
BACA JUGA: “Solomon’s Perjury”: Ketika Kasus Bunuh Diri Mengungkap Kebenaran yang Tersembunyi
BACA JUGA: “Solomon’s Perjury”: Ketika Kasus Bunuh Diri Mengungkap Kebenaran yang Tersembunyi
Bikin
kita deg-deg plas melihat upaya penyelamatan diri kala dikepung zombi. Zombinya
juga tak peduli pada diri sendiri, badan yang ancur abis demi mengejar target hidup untuk digigit.
Kaget
lihat zombi melompat dari ketinggian gedung atau kereta, bahkan helikopter yang
lewat di jalan raya, mereka tak peduli tulang patah atau berdarah-darah, toh masih “hidup” meski ubah-wujud. Jadi
kejar terus yang hidup agar sama!
Adegan
spektakuler lainnya adalah saat kereta bertabrakan di stasiun lain, ada lokomotif
yang terbakar, terus para zombi yang terjebak di dalam kereta memecahkan kaca,
serempak keluar padahal beberapa tokoh protagonis yang selamat berupaya saling
menolong agar bisa menuju lokomotif di jalur rel lain yang hendak berangkat ke
Busan.
Banyak
sekali pengorbanan yang bisa menohok dan mempermalukan kita yang selfish. Tokoh suami perempuan hamil,
demi sang istri rela menjadi tameng untuk menahan para zombi di pintu
antarlorong kereta. Ketika digigit, ia menyuriuh istrinya untuk menyelamatkan
diri bersama tokoh lain. Duh, sedihnya.
Sepasang
remaja putra dan putri, setelah sekian adegan menegangkan telah dilakoni, yang
perempuan digigit zombi gegara didorong pejabat jahat ke arah zombi yang
mengejarnya di pintu masuk kereta. Padahal pejabat tersebut tak perlu
melakukannya, ia hanya tinggal kerja sama dengan mereka untuk menutup pintu
luar agar sama terlindungi.
Egoisme
diri yang brutal tersebut berdampak merugikan pihak lain yang lebih lemah dan
tak berdosa. Pelaku egoisme-brutal tersebut barangkali lebih buruk daripada
zombi sendiri karena jiwanya telah lama menzombi sebelum ia menjelma dalam
wujud zombi beneran. Jadi ingat lagu
“Zombie” yang dibawakan group The Cranberries
di tahun ’90-an.
Dan
lelaki gembel dengan kaki pincang akibat terluka dalam upaya pelolosan diri
sebelumnya di kota, jiwanya tidaklah segembel penampilannya. Rela mengorbankan
diri agar Soo An dan perempuan hamil bisa meloloskan diri dari dua rangkaian
kereta di jalur bersisian yang mengepung mereka.
Ada
banyak zombi kalap yang hendak lolos dengan memecahkan kaca jendela kereta, dan
pada saat bersamaan kedua rangkaian gerbong tersebut sama-sama hendak ambruk
menimpa mereka yang terjebak di tengah-tengahnya. Menciptakan gemuruh besar,
berikut ledakan kebakaran yang berbahaya.
Dalam
film “The World War Z” yang
dibintangi Brad Pitt, para zombi bereaksi terhadap bunyi, mereka akan kalap
menuju sumber bunyi yang keras sekali. “Train
to Busan” pun demikian. Namun yang membedakan adalah zombi dalam “Train to Busan” tak bisa melihat kala gelap
waktu kereta lewat terowongan.
Begitu
lokomotif bergerak, para zombi serempak kalap mengejar. Wow, mereka semua berlarian sampai mengorbankan badan. Salah
seorang berhasil memegang sandaran besi di belakang lokomotif, dan badannya
diseret lokomotif seakan kebas sakit. Badannya jadi titik pusat utama para
zombi agar zombi lain berpegangan padanya demi menarik lokomotif itu.
Lagi-lagi
itu adegan spektakuler!
Dari
beberapa zombi jadi puluhan sampai hitungan tak terkira, berlarian kalap
mengejar lokomotif karena nyaring bunyinya sumber gairah mereka. Lagi-lagi itu
mengingatkan adegan dalam film “The World
War Z”. Para zombi yang jumlahnya jutaan kalap merayap naik sampai
bertumpuk-tumpuk, membentuk “tangga zombi” agar bisa memanjati tembok pemisah
antara permukiman penduduk Palestina dengan orang Yahudi sana. Karena terusik
lagu “perdamaian” Arab-Israel. Apa semacam propaganda terselubung sineas
Hollywood sana?
Seru
banget menonton “Train to Busan”.
Deg-deg plas dikemas tidak dalam adegan murahan. Efek spesial sineas Korea yang
canggih dipertontonkan pada kita.
Jika
kita suka mikir, alias cenderung
memandang dengan kacamata filosofis, mari kita umpamakan kereta dengan alat
perjalanan hidup kita. Kita berkereta untuk menuju stasiun tujuan tertentu.
Dan
dalam satu gerbong perjalanan, kerap bersua dengan orang-orang yang tidak
berkesesuaian. Namun percayalah, akan ada pihak yang sehaluan dengan kita,
entah dari gerbong yang sama atau berbeda.
“Train to Busan” menohok sisi kemanusiaan
kita!
Selesai di Cipeujeuh, 30
Desember 2017 setelah naskahnya diantep
lama
#TrainToBusan #Review #Zombie #FilmBagus
#FilmKorea #SisiManusiawi #BoxOffice
~Foto hasil capture dari filmnya pakai GOM Player~
~Poster film dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Train_to_Busan
Halo, kak Rohyati.
BalasHapusSelamat malam, kak ...
Ini blog baru kakak ya , keren tampilannya dan responsive 👍
Lalu tentang ukuran huruf yang digunakan sudah pas, tidak kebesaran juga tidak kekecilan ukurannya.
Nyaman dibaca.
Tentang film Train to Busan, saya penasaran pengin lihat rusa jadi zombie.
Sepanjang nonton film zombie, baru kali ini ada rusa jadi zombie.
Halo juga Mas Hino,
HapusSelamat siang da bacanya kala siang, he he. makasih atas dukungan Mas tentang blog ini dan berkenan singgah. Untuk membenahinya hingga ukuran huruf pas itu tidak mudah maklum saya awam soal ilmu SEO.
Iya, baru kali ini ada hewan yang menzombi dan herbivora pula. Ada film zombi lain yang hewannya jenis ganas namun saya tak berani nonton, ha ha.
Selamat nonton "Train to Busan", ya, Mas. seru, loh.
Oh ya, saya mau istirahat barang seminggu atau lebih dengan tak isi paket data dulu. Kelenger edit blog sampai berulang kali itu, he he.Nuhun sudah mampir.
Saya sudah nonton Train to Bussan ini, kebetulan saya suka filem-filem bertema zombie termasuk serial The Walking Dead yang fenomenal itu hahaha. Kalau mau yang lebih seru, yang zombienya guanas poll coba nonton filem yang dimainkan sama pacar saya, Brad Pitt qiqiqiq ;)) WORLD WAR Z. Silahkan tahan nafas! :D
BalasHapus"World War Z" memang negangin banget dan superganas zombinya. Sudah nonton namun filmnya keburu dihapus jadi tak sempat diulas. Emang benar negangin banget, he he. Cuma di sana ada segi positifnya tentang harapan untuk terbebas dari sasaran pengindraan zombi yang menyerang orang sehat.
HapusMakasih sudah mampir, nanti saya BW balik. :)
Tahan napas dulu baru terhubung dengan internet lagi setelah ada acara mati lampu plus mendadak koneksi hotspot terputus melulu. Senang dapat tamu pembaca. :)
Belom pernah nonton mba. Spt banyak review bilang ini film keren..
BalasHapusYa, keren dan bergerak cepat aksinya. Mari tonton. :)
HapusSudah nonton film ini, dan lumayan bagus, meski saya tetep cinta mati ama zombi nya Brad Pitt hahaha.
BalasHapusMungkin juga karena saya pecinta film barat kali ya, jadi film2 action selain barat rasanya kurang greget gitu.
Tapi sekurang gregetnya, tetep saja saya jerit-jerit ketakutan nontonnya haha
Iya, zombi di "World War Z" itu ganas. Mana aksi Brad juga menegangkan. Kabur-kaburan dari serangan para zombi bareng istri dan anak-anaknya.Film zombi bikin yang nonton jejeritan, hi hi.
HapusSaya cukup sering liat film ini di list film-film korea yang saya suka cari buat ditonton.
BalasHapusTapi ntah kenapa blom jadi-jadi liatnya
Termasuk film favorit yang suka diulang ulang di tonton. Filmnya menarik dan mengesankan
BalasHapusFilm yang bercerita tentang sisi kemanusiaan plus ke ego-an manusia ya mbak bagus sih ceritanya menarik dan sangat menginspiratif jadi ikut deg2an juga baca reviewnya hehehe
BalasHapusBerkali sudah train to bussan ditampilkan di tipi dan tak bosan ditonton karena memang visual nya sangat menarik dan ide cerita juga bagus .
BalasHapusDalam keseharian kita mba, kadang naik kereta bikin geleng-geleng kepala. Gimana gak, orang yang gak hamil karang duduk di kursi buat ibu hamil atau berkebutuhan khusus. Ada ibu yang berdiri sambil gendong anak gak ada yang peduli.
Mh.. kadang mikir juga, seandainya terjadi kejadian kayak di film train to bussan ini saya yakin, orang yang selfish duduk di kursi orang lain adalah pemeran antagonis tersebut.
Yang tega mengorbankan orang lain demi keselamatan dirinya sendiri.
Aku udah nonton train to busan dari awal smpe episode terakhir ini mbak. beneran bikin senam jantung. salah satu film keren yang pernah ku tonton sih, menggambarkan satu negara yang porak poranda akibat zombie :(
BalasHapusNyaman sekali baca artikel Teh Rohyati ini ya, taat pisan dengan PUEBI dan KBBI ya. Btw saya kebetulan gak suka genre horor ala zombi-zombian Teh, cm Train to Busan ini saya nonton karena ada Ahjussi Gong Yoo hihihi
BalasHapusEuleuh saya jadi merasa kesindir. Hehehe
BalasHapusSaya pun banyak draft yang tidak diselesaikan.
Btw soal film ini saya terakhir nonton bareng Fahmi waktu ada tayang di tv pas liburan tahun baru sebelum pandemi. Itu anak saya sampai hafal jalan ceritanya.
Wah iyaaa inii film membekas bangett di ingatan. Baguss emang bahkan sblm dulu Gong Yoo terkenal karena Goblin
BalasHapussaya udah nonton nih, Train to Busan. Bagian paling mengharukan adalah perpisahan suami dengan istrinya yang sedang hamil. Itu saya sempat nangis. Heuheuheu.
BalasHapuswah teteh udah lihat film ini ya, saya belum teh, penasaran pengen nonton tapi serem hehehe sendirian mah nontonnya
BalasHapusFilm dengan premis yang terbilang sederhana, setting yang unik lantaran dominan di kereta, tapi secara keseluruhan dikemas apik dan dramatik. Setiap menit jalan ceritanya saya hanyut dengan sensasi tegang, mencekam dan berakhir haru. Mengulang kata Mbak Rohyati di blog ini "menohok sisi kemanusiaan kita". Train to Busan, salah satu film perjalanan yang wajib ada di daftar list penikmat film. Dijamin tidak mengecewakan.
BalasHapusWah saya suka banget teh dengan film ini, gara-gara train to busan ini suami jadi nge fans sama korea movies, biasa mah nggak bakalan mau nonton
BalasHapusAku nonton ini cuma di bagian awal aja eh. Nggak sampai selesai. Takut duluan aku
BalasHapusternyata dari film ini jadi terlihat sifat aslinya manusia, yang maunya hanya mementingkan diri sendiri tanpa memikirkan orang lain.. namun ada juga sisi baiknya yang cenderung mau peduliu dengan kesusahan orang lain ya..
BalasHapusfilm korea horor pertama yg ditonton! emang gak sehoror hantu atau apalah itu, malah yg bikin paling inget sama film ini bisa bikin mewek dia pas adegan ibu hamil sm suaminya itu, drama horor yg bisa bgt ngadonnya jadi film campur aduk begini. semoga Indonesia bisa film kayak begini ya mbak ya, yg fresh dan agak masuk akal ceritanya hehe
BalasHapusFilm Zombie gitu memang menyeramkan sih. Saya sampai sekarang gak terlalu berani nonton yang berbau horor. Film Train to Busan ini sempet hits juga,kawan-kawan banyak yang nonton bahkan sampe pergi ke Busan cobain trainnya.
BalasHapusNah klo Korea genre ini saya demen teteh, dan pernah nonton juga Train to Bussan. Keren yaa cerita & akting pemainnya
BalasHapusKalau film ini, sering nonton waktu di asrama. kebetulan menjadi tontonan paling menarik. sampai dikelas pakai proyektor malah jadi bioskop
BalasHapusini salah satu film serem yg aku berani nonton karena penasaran hehe :) kereeen emang ceritanya msh teringat
BalasHapus