Pengantar
SEBELUM
kita membahas novel From Bandung with
Love karya Dina Mardiana yang diterbitkan oleh Penerbit GagasMedia pada
tahun 2008, marilah mengenal definisi novel dan unsur-unsur yang menyertainya.
Apakah novel itu?
Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memuat lema novel sebagai karangan prosa yang
panjang dan mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di
sekelilingnya secara menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.
Seberapa panjang halaman novel? Tidak ada
batasan mengenai panjang-pendeknya novel, ada yang di bawah 100 halaman, di
atas 100 halaman, di atas 500 halaman, ada juga yang di atas seribu halaman.
Novel
From Bandung with Love sendiri hanya
setebal 94 halaman, lumayan tipis untuk
ukuran sebuah novel. Namun tahukah Anda, novel ini merupakan hasil adaptasi dari
skenario film dengan judul yang sama. Skenario karya Titien Wattimena, dan yang
namanya skenario film tentu sangat panjang, naskah asli/skripnya bisa ratusan
halaman. Lebih tebal dibandingkan ukuran novel ini. Karena itulah, novel karya Dina Mardiana tersebut bisa dibilang
sebagai novel adaptasi.
Apakah
novel adaptasi?
Adaptasi
berasal dari kata serapan untuk istilah asing ‘adaptation’, dan kata dasar adaptation
adalah adapt bermakna menyesuaikan.
Dengan kata lain, novel adaptasi adalah novel hasil penyesuaian atau gubahan
dari karya lain seperti naskah drama atau film yang telah/sedang beredar.
Sebagai
novel adaptasi, tentu ada banyak hal yang harus diubah atau disesuaikan dari
naskah aslinya yang berupa skenario film. Butuh kerja keras bagi Dina Mardiana
sebagai penulisnya untuk merangkum semua agar naskah novelnya bisa ringkas
namun padat sebagai cerita dan tak kehilangan makna. Mengikuti alur skenario
film.
Apakah
skenario itu?
KBBI
mengartikan skenario sebagai rencana lakon sandiwara atau film berupa adegan
demi adegan yang tertulis secara terperinci. Dengan kata turunan menskenariokan yang berarti menyusun
(menulis) dalam bentuk skenario.
Jadi,
apa yang dilakukan Dina Mardiana sebagai penulis adalah menovelkan alias
menyusun (menulis) ulang dalam bentuk novel dari skenario film From Bandung with Love karya Titien
Wattimena.
Lakon
sandiwara atau film sendiri mengandung banyak perbedaan. Sandiwara atau drama
lebih menekankan pada dialog atau percakapan yang dilakonkan, dan latarnya bisa
statis (tidak aktif) karena biasanya berada di atas panggung sandiwara -- yang
langsung ditonton banyak orang di dalam gedung pertunjukan.
Lakon
sandiwara lebih menekankan pada kualitas akting pemain (aktor dan aktrisnya),
properti panggung, musik latar, kostum/busana pemain, tata cahaya, pengadegan,
skenario, efek khusus, dan hal-hal lainnya.
Untuk
lebih jelasnya, dalam buku ajar Bahasaku
Bahasa Indonesia (Erlangga, 1993), dijelaskan arti cerita sandiwara atau
drama.
Cerita
drama atau sandiwara ialah cerita dalam bentuk dialog-dialog atau percakapan
yang dilakonkan. Antara satu percakapan dengan percakapan berikutnya disertai
keterangan gerakan-gerakan yang ditampilkan. Misalnya, seseorang yang
mengucapkan dialog itu sambil berjalan, sambil menepuk bahu, bernada keras,
bersikap marah, dan sebagainya. Gerakan-gerakan yang ditampilkan ini bentuk penulisannya
selalu terletak di dalam kurung. Fungsinya adalah agar ada perbedaan cerita
dialog dengan keterangan gerak yang
perlu dipercakapkan (halaman 41-42).
Karena
kita membahas soal skenario, makna cerita dalam skenario film sama seperti di
atas dengan beberapa perbedaan tambahan sesuai dengan sifat film sendiri yang
fleksibel/lentur dan dinamis.
Pengadegan
dalam film (sesuai rancangan skenario), biasa berada di dalam ruangan (indoor) dan di luar ruangan (outdoor). Penonton jadi tak bosan meski
bukan hasil tontonan secara langsung (live)
sebagaimana drama di dalam gedung pertunjukan.
Penonton
juga bisa dimanjakan dengan kualitas akting pemain dari segi mimik (ekspresi)
wajah), gestur (gerak tubuh) pemain; busana pendukung berikut tata riasnya; efek
khusus; musik pengiring dalam latar pengadegan; latar berikut penyertaan
orang-orang atau pemandangan di sekitarnya; teknologi visual kamera yang
membuat gambar melambat atau melesat cepat, berikut kelembutan pencahayaan dari
dalam atau luar ruangan yang membuat film jadi lebih menarik ditonton; dan
hal-hal lainnya yang berkaitan dengan sinematografi (teknik perfilman, teknik
pembuatan film).
Setelah
mengenal pembahasan mengenai novel, novel adaptasi, dan skenario di atas,
marilah kita beralih pada bahasan lain: mengenai unsur intrinsik novel From
Bandung with Love dalam tokoh dan penokohan. Dua hal tersebut yang dibahas
mengingat betapa panjangnya pembahasan dan data-data yang harus dituangkan
secara mendetail jika harus membahas hal lain dalam unsur intrinsik.
1 Unsur Intrinsik
Yang
dimaksud unsur-unsur intrinsik adalah unsur-unsur pembangun karya sastra yang
dapat ditemukan di dalam teks karya sastra itu sendiri (dalam hal ini novel).
Sedangkan
yang dimaksud analisis intrinsik adalah mencoba memahami suatu karya sastra
berdasarkan informasi-informasi yang dapat ditemukan di dalam karya sastra itu,
atau secara eksplisit terdapat dalam karya sastra.
Hal
ini didasarkan pada pandangan bahwa suatu karya sastra menciptakan dunianya
sendiri yang berbeda dari dunia nyata. Segala sesuatu yang terdapat dalam dunia
karya sastra merupakan fiksi yang tidak berhubungan dengan dunia nyata. Karena
menciptakan dunianya sendiri, karya sastra tentu dapat dipahami berdasarkan apa
yang ada atau secara eksplisit tertulis dalam teks tersebut.
Pada
umumnya para ahli sepakat bahwa unsur intrinsik terdiri dari:
a. Tokoh
dan penokohan/perwatakan tokoh
b. Tema
dan amanat
c. Latar
d. Alur
e. Sudut
pandang/gaya penceritaaan
Berikut
ini akan dijelaskan secara ringkas unsur-unsur tersebut:
1.1 Tokoh
Yang
dimaksud dengan tokoh adalah individu ciptaan/rekaan pengarang yang mengalami
peristiwa-peristiwa atau lakuan dalam berbagai peristiwa cerita. Pada umumnya
tokoh berwujud manusia, dapat pula berwujud binatang atau benda yang
diinsankan.
Berdasarkan
fungsi tokoh dalam cerita, tokoh dapat dibedakan menjadi dua yaitu tokoh
sentral dan tokoh bawahan. Tokoh sentral adalah tokoh yang banyak mengalami
peristiwa dalam cerita.
Tokoh
sentral dibedakan menjadi dua, yaitu:
a.
Tokoh sentral protagonis, adalah tokoh yang membawakan perwatakan positif atau
menyampaikan nilai-nilai positif.
b.
Tokoh sentral antagonis, adalah tokoh yang membawakan perwatakan yang
bertentangan dengan protagonis atau menyampaikan nilai-nilai negatif.
Tokoh bawahan adalah tokoh-tokoh yang
mendukung atau membantu tokoh sentral. Tokoh bawahan dibedakan menjadi tiga,
yaitu:
1.
Tokoh andalan, adalah tokoh bawahan yang menjadi kepercayaan tokoh sentral
(protagonis atau antagonis).
2.
Tokoh tambahan, adalah tokoh yang sedikit sekali memegang peran dalam peristiwa
cerita.
3.
Tokoh lataran, adalah tokoh yang menjadi bagian atau berfungsi sebagai latar
cerita saja.
Berdasarkan
cara menampikan perwatakannya, tokoh dalam cerita dapat dibedakan menjadi dua:
1.Tokoh
datar/sederhana/pipih. Yaitu tokoh yang diungkapkan atau disoroti dari satu
segi watak saja. Tokoh ini bersifat statis, wataknya sedikit sekali berubah,
atau bahkan tidak berubah sama sekali (misalnya tokoh kartun, kancil, film
animasi).
2.
Tokoh bulat/komplek/bundar. Yaitu tokoh yang seluruh segi wataknya diungkapkan.
Tokoh ini sangat dinamis, banyak mengalami perubahan watak.
1.2
Penokohan
Yang
dimaksud penokohan adalah penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh. Ada
beberapa metode penyajian watak tokoh, yaitu:
a. Metode
analitis/langsung/diskursif. Yaitu penyajian watak tokoh dengan cara memaparkan
watak tokoh secara langsung.
b. Metode
dramatik/taklangsung/ragaan. Yaitu penyajian watak tokoh melalui pemikiran,
percakapan, dan lakuan tokoh yang disajikan pengarang. Bahkan dapat pula dari
penampilan fisiknya serta dari gambaran lingkungan atau tempat tokoh.
c. Metode
kontekstual. Yaitu penyajian watak tokoh melalui gaya bahasa yang dipakai
pengarang.
Menurut
Jakob Sumardjo dan Saini K.M., ada lima cara menyajikan watak tokoh, yaitu:
a. Melalui
apa yang dibuatnya, tindakan-tindakannya, terutama bagaimana ia bersikap dalam
situasi kritis.
b.
Melalui ucapan-ucapannya. Dari ucapan kita dapat mengetahui apakah tokoh tersebut
orang tua, orang berpendidikan, wanita atau pria, kasar atau halus.
c. Melalui
penggambaran fisik tokoh.
d. Melalui
pikiran-pikirannya
e. Melalui
penerangan langsung.
(Dari
makalah Unsur-unsur Intrinsik Prosa
Cerita, disusun oleh Agustinus Suyoto, S.Pd)
Berdasarkan
uraian makalah di atas, saya hendak memandu tokoh dan penokohan dalam novel From Bandung with Love saja. Dua hal
yang unik dan saling berkaitan.
2 Tokoh
From Bandung with Love
memuat beberapa tokoh yang bisa kita bedakan dalam beberapa kategori sesuai
uraian dalam makalah Agustinus Suyoto, S.Pd.
1.
Vega, cewek cantik berusia 23 tahun yang bekerja sebagai penyiar di
stasiun radio Fortune FM, Bandung, memandu acara mingguan From Bandung with Love yang banyak diminati pendengarnya karena menampung
kisah curhatan pendengar yang
terlibat masalah cinta dan perselingkuhan.
Selain
bekerja sampingan sebagai penyiar di radio, Vega yang masih kuliah merangkap copy writer freelance di kantor
periklanan Dolphin Advertising, Jalan Riau, Bandung. Dua pekerjaan sampingan
(karena ia masih kuliah), membuat Vega terlibat dalam jalinan cerita yang
membuat hidupnya harus nengenal sesal karena telah salah langkah. Sebagai tokoh
sentral, Vega pada mulanya mengambil peran protagonis, lalu terjerumus sebagai
antagonis. Dua peran yang menarik, karena kita tak selamanya bisa baik dan
tanpa cela. Hanya kesadaran untuk berubah baik yang membuat kita bisa kembali
melakonkan protagonis.
2.
Dion, pacar Vega. Adalah tokoh
sentral protagonis yang teguh memegang kesetiaan pada pacarnya. Sampai pada
akhirnya Vega telah melukainya dengan pengkhianatan. Hubungan asmara mereka pun
retak.
3.
Ryan, tokoh sentral antagonis, rekan
kerja Vega di Dolphin Advertising, playboy
ganteng dan membuat Vega kepincut untuk menjadikan Ryan objek penelitiannya
tentang setia karena sifat Ryan sendiri yang mudah memikat lawan jenisnya.
Sayangnya Vega terjerumus untuk selingkuh dengan Ryan.
Cipeujeuh, 2016
* Maaf, sampai di sini saja.
Sebenarnya ini bagian kerjaan ghost
writer saya untuk bantu anak tetangga ngerjain tugas makalah dari
sekolahnya di Madrasah Aliyah. Sengaja di bagian sulit dulu, dan lanjutannya
terserah ia. Ia yang pilih bahas novel ini karena tipis.
Jadi segini. Tak bisa saya
lanjutkan bahas PENOKOHAN karena novelnya belum dikembalikan sampai sekarang.
Lagi-lagi tiap dipinjam buku sama anak-anak sekolahan, mereka suka “lupa”
mengembalikan. Sampai saya juga lupa siapa yang pinjam dan buku apa, atau kelimpungan
kala butuh bukunya untuk keperluan kerjaan nulis. Koleksi buku saya berkurang,
ha ha.
#Makalah #Novel #FromBandungWithLove
#DinaMardiana #Bandung #GagasMedia #AdaptasiSkenarioFilm #TitienWattimena
~Sumber foto dari https://www.goodreads.com/book/show/6581804-from-bandung-with-love~
.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah singgah, silakan tinggalkan jejak komentar sebagai tanda persahabatan agar saya bisa lakukan kunjungan balik. Komentar sebaiknya relevan dengan isi tulisan. Nama komentator tidak langsung mengarah ke URL pos blog agar tidak menambah beban jumlah link pemilik blog ini. Jangan sertakan link hidup dan mati, apalagi iklan karena termasuk spam.Terima kasih banyak. Salam. @rohyatisofjan