SAYA sedih ketika suami membuat masalah yang memengaruhi keuangan keluarga kami. Seenaknya tanpa meminta pertimbangan istri, izin dulu pada bosnya untuk urus kebun selama sepekan padahal kerjaan proyek bikin rumah sedang berlangsung dan sibuk. Alasan suami menjengkelkan saya, dan barangkali bikin dia malah beroleh tambahan “diliburkan” paksa dari bosnya, 1 pekan lebih tidak kerja setelah izin sepekan. Entah hari lainnya soalnya sampai sekarang tiada kabar mengenai pekerjaan padahal proyek belum selesai.
Sungguh
saya khawatir dia dipecat, tidak dapat kepercayaan lagi karena kerap berulah
minta izin. Urus kebun di Cikareo, urus asam dari kebun Pak Wawan di Batukakapa
karena Pak Wawan minta disegerakan dipanen, lalu kemarin izin urus kebun di
Ciarus tanpa bilang dulu pada saya. Itu tindakan tidak etis yang bisa
mengurangi nilai diri, mengakibatkan kesusahan pada anak dan istri.
Baiklah,
saya marah pada suami. Zaman sekarang cari kerja itu susah, lalu bagaimana jika
tenaganya tidak dipakai lagi karena tidak punya kompetensi yang diinginkan para
bos mana pun. Tidak ada lagi tukang yang mau menjadikannya sebagai asisten
alias laden karena kinerjanya ada cela. Semestinya mampu membaca situasi,
jangan meninggalkan pekerjaan untuk alasan tidak darurat apalagi sampai
berhari-hari.
Sungguh
saya malu karena tindakan suami sakarepna
itu seakan ada yang tidak beres dalam komunikasi kami. Saya hanya tahu suami
kerja, menjalani rutinitas yang sama setiap hari karena tanggung jawab. Tapi suami
kerap tidak mendiskusikan hal yang berkaitan dengan uang atau pekerjaan. Juga
tidak bilang kalau ada yang tidak beres atau ganjalan.
Saya
tidak tahu mengapa suami sampai memutuskan minta izin beberapa hari meski saya
tegur karena khawatir. Dia ngotot butuh waktu lama karena tanggung tidak akan
cukup waktu urus kebun. Saya tanyakan apakah karena ditanya oleh pemilik kebun
jadi gitu, malah dibantah. Kekhawatiran saya pada akhirnya terbukti. Intuisi
istri kuat karena berkaitan dengan sikap.
Jika
suami berbohong dengan bilang tidak ada yang menyuruhnya, mungkinkah
terpengaruh omongan orang lain yang ingin menggarap kebun itu, jadi tidak enak
dan membuat keputusan nyesek?
BACA JUGA: Cara Belajar yang Efektif untuk Anak Usia Dini
BACA JUGA: Cara Belajar yang Efektif untuk Anak Usia Dini
Sudah
10 tahun lebih saya hidup bersama suami, paham bahwa dia masih bersikap dan
bersifat kurang dewasa jika menyangkut profesionalisme karena kurangnya wawasan
dan pemahaman interaksi. Hal demikian bisa membuat saya frustrasi.
Ya,
saya risau karena rezeki kami tidaklah berlebihan, bisa cukup sesuai standar
kami atau malah terkadang pas-pasan. Sesuatu di mata orang lain bisa dianggap
kurang karena tiada perubahan peningkatan taraf hidup, semisal mampu beli
barang yang bagi kami mahal.
Saya
risau karena rasanya telah membuat kesalahan dalam pengelolaan penghasilan
suami. kami tidak punya utang kredit barang atau hal lainnya, tidak juga utang
ke warung karena pola hidup kami asal bisa makan. Lebih ke sandang dan pangan.
sandang itu hanya untuk biaya sekolah anak. Risau karena ada hal darurat di
luar perkiraan saya. Uang upah suami telah habis sebelumnya untuk listrik, air,
gas, beras, huut (dedak untuk pakan ayam), dan hal lainnya. Tabungan di bank
sedikit dan itu dari honor job content placement blog saya.
Baiklah,
saya telah membuat kesalahan dengan pengeluaran kami. Pola hidup sederhana tetapi
kurang matang dalam alokasi dana. Sudah sisihkan uang sekian di dompet untuk
hal darurat. Akan tetapi, jika suami tidak kerja terpaksa diambillah. Makanya
saya sedih karena merasa gagal mengatur uang, apalagi setelah baca artikel
teman sesama anggota WAG Fun for Blogwalking. Mbak Izzatun Nisa cerita soal
pengalamannya yang ceroboh kelola uang zaman masih kerja, lalu membagikan
infografis yang diperolehnya dari akun Instagram keuangan. Infografis itu
bermanfaat sekali unjtuk diaplikasikan saya meski nilainya berbeda.
Berapa Harusnya Istri Buruh Bangunan Mengatur Cash Flow?
Upah
suami tidak besar dan dibayar harian sesuai hari dan jam kerjanya. Bisa kerja 6
atau 7 hari dalam sepekan. Biasanya dibayar per 10 hari setelah masa kerja.
Satu bulan bisa 24 hari masa kerja, dan jika ingin beroleh 30 hari masa kerja
dengan 3 kali penerimaan gaji bisa sebulan lebih masanya.
Katakanlah
bulan Juli dia kerja full sebulan dengan libur pada setiap Jumat, jadi hanya
beroleh 24 hari upah kerja. Untuk 30 hari ada sambungannya di bulan Agustus.
Upah laden untuk 1 hari kerja secara standar adalah 70 ribu rupiah dari pukul 7
pagi sampai 4 atau setengah 5 sore. Karena dibayar per 10 hari maka setiap
bulan tidak pasti akan dapat berapa sebab ada masa harus berhenti dulu jika
bahan belum datang atau ada hal lainnya.
Cash flow berarti arus kas, aliran uang yang masuk dan keluar. Cash flow
kami mestinya pakai patokan bisa 10 hari, bisa 6 hari, bergantung siapa yang
punya proyeknya. Cash flow yang baik adalah gaji dipotong
sekian persen untuk beberapa pos utama berupa:
1.
Sosial 5%
2.
Dana darurat 10%
3.
Biaya hidup 40%
4.
Tabungan 30%
5.
Gaya hidup 15%
Jika
cash flow 10 harian, maka pengaturan saya mestinya begini:
GAJI % 70.000 x 10 =700.000
1.
Sosial 5% 35.000
2.
Dana Darurat 10% 70.000
3.
Biaya hidup 40% 280.000
4.
Tabungan 30% 210.000
5.
Gaya hidup 15% 105.000
Total
700.000
Saya
sedih dan menyesal telat tahu info penting mengenai cara kelola uang yang baik
dan benar, tidak memakai patokan pemisahan persentase. Saya hanya langsung
alokasikan untuk beli sembako dan tagihan, berikut beras dan gas. Tidak
memisahkan untuk tabungan secara khusus, apalagi sosial dan dana darurat.
Segalanya bercampur jadi satu.
Bingung Cara Mengatur Pos Keuangan?
Iya,
saya bingung cara mengatur pos di atas. Seharusnya sudah saya lakukan kala
suami masih kerja dan beroleh penghasilan tetapnya karena rutin kerja dengan
rajin.
Itu
untuk 10 hari atau lebih, harus diupayakan ada sisa. Jika pos sosial untuk
sumbangan tetangga hajatan maupun keperluan lain hanya 5%, berarti saya cuma
bisa beri amplop 1 kali pada 1 hajatan saja. Sisanya untuk disimpan agar bisa
diakumulasikan hal lain. Jadi jika 10 hari mendatang ada hajatan lagi saya cuma
bisa hadir pada 1 saja, jika tidak ada hajatan berarti aman tersimpan untuk
masa mendatang dan keperluan lain. Tapi biasanya tiap bulan ada iuran ronda dan
kematian, atau iuran mendadak jika ada yang terlkena musibah jadi kami ikut
menyumbang. Kadang saya gunakan uang pribadi dari honor menulis untuk sedekah.
Membuat
anggaran dana darurat itu penting. Kita tidak tahu hal apa yang akan terjadi.
Apakah mendadak harus gunakan dana darurat untuk kebutuhan anak atau sekadar
beli lampu yang mati? Atau untuk beli token listrik 450 kwh seharga 20 ribu
untuk 1 bulan lebih, bayar air, maupun berobat? 10% dari total upah 10 hari berarti hanya
70.ribu rupiah saja, senilai upah kerja suami 1 hari.
Lalu
yang terberat bagi saya adalah anggaran biaya hidup, bagaimana cara
memisahkannya sesuai pos kebutuhan tersendiri? Beras saja 1 kg seharga 10 ribu
di toko kampung, Suami biasa membeli 5 atau 10 kg beras dan tidak jelas kami
menghabiskannya untuk berapa hari karena saya biasa menggunakan 3 cangkir kecil
untuk menakar beras.
280
ribu rupiah itu harus dibagi untuk beras, bahan dapur, mandi, mencuci, lalu apa
lagi? Bagaimana dengan gas dan jajan anak? Di sinilah saya bimbang. Uang saku
Palung ke sekolah biasa 2 ribu atau 3 ribu rupiah, di rumah jajan 3 ribu atau 2
ribu rupiah. Sehari untuknya 4 atau 5 ribu rupiah. Sepertinya biaya hidup kami
harus disesuaikan dengan kemampuan finansial. Mungkin kalau bisa belanja 10
ribu di warung dekat rumah tidak masalah karena ada sisa, sulitnya jika suami
ingin rokok dan kopi atau saya ingin jajan.
Sepertinya
pos yang sulit diprediksi adalah biaya hidup. Kebutuhan naik-turun sesuai
bagaimana kami menjalani hari. Saya tidak tega jika keluarga kami tidak bisa
menyeduh teh manis, atau membeli susu untuk Palung. Susu itu penting, haruskah
ambil dari anggaran gaya hidup?
Menabung
butuh kesabaran dan ketelatenan, sayangnya saya kerap tidak telaten dalam
menabung. Jika setiap gajian kami bisa menyisihkan 210 ribu dalam waktu 20 kali
gajian bisa sisihkan uang 4.200.000, itu bisa dibelikan laptop baru. Sedihnya
masa kerja suami jelas tidak akan bisa mencapai target itu karena akan ada masa
untuk berhenti dulu jika proyek selesai atau menunggu bagian lain untuk
mengecor dan membuat rangka bangunan.
Baiklah,
ke depan jika suami bekerja lagi saya harus bertekad langsung menabungkan
uangnya ke tempat aman, agar tiada godaan untuk menggunakannya meski sekadar
belanja ke toserba kecamatan. Sayang jika suami bekerja keras tetapi hasil
menguap karena saya tidak bisa menahan diri dari perilaku wajar yang ternyata
dilarang.
Lupakan
belanja roti dan selai atau keju di toserba, atau sekadar mie instan maupun
spageti kemasan untuk Palung. Itu bukan untuk kami! Gaya hidip wajar membeli
bahan pangan untuk keseharian harus ditiadakan dan mulai gaya hidup hemat
sekaligus sederhana demi tujuan jangka panjang ke depan. Belanja ke toserba itu
hanya bisa dilakukan sebagai bonus dari sekian persen honor menulis saya atau job
blog.
Anggaran
gaya hidup hanya 15% atau setengahn dari tabungan itu bisa untuk beli pulsa,
setiap bulan biasa habis 2 kali untuk paket puas 20 ribu. Berarti 46 ribu
sebulannya untuk ponsel Andromax Prime yang biasa dijadikan hotspot. Atau 53
ribu jika harus isi ponsel Andromax B dengan paket data 10 giga dari voucher
seharga 30 ribu. Mungkin sisa anggaran gaya hidup bisa digunakan untuk jajan
anak dan saya, maupun ayahnya yang ingin rokok dan kopi.
Lupakan
turun gunung ke kota kecamatan untuk belanja di pasar maupun toserba, gunakan
saja uang saya untuk itu. Tentu tidak boleh semuanya dan harus berupaya keras
menabung dari penghasilan pribadi demi masa depan.
Saya
tahu berat untuk hidip sebagai keluarga buruh bangunan, kami tidak punya
sesuatu yang disebut harta benda berharga. Hidup hanya demi menjalani rutinitas
harian, bukan berarti hanya diam.
Rezeki dari Asam
Ketika
suami harus memanen asam di kebun Pak Wawan dan mengangkut berkarung-karung ke
rumah untuk kemudian diambil empunya kebun, suami beroleh izin untuk memanen
sisanya agar bisa dijual sendiri. Alhamdulillah dapar 500 ribu lebih. Bersihnya
diberikan pada saya 450 ribu setelah dipotong upah untuk tetangga yang bantu
mengupas kulit asam.
Uang
segitu besar artinya untuk beli beras, dan kebutuhan harian. Sayangnya saya
gagal menerapkan arus keluar masuk uang karena lagi-lagi biaya campur aduk.
Suami tetap tidak kerja juga, saya senewen dan tiga kali jajan seblak 3 ribu rupiah. Harus beli
gas, pulsa, sembako, dan jajan anak. Belum lagi rokok dan kopi. Sehari 2 kali
merokok dan ngopi bisa habis 5 ribu
rupiah. Itu sedikit demi sedikit lama-lama jadi bukit… boros!
Jadinya
pencatatan yang saya lakukan gagal diterapkan jika tidak adanya pemasukan
rutin. Uang seakan masuk untuk pada akhirnya keluar. Lagi-lagi saya merasa
gagal. Suami yang sudah bekerja keras memanen dan mengangkut berikut mengupas
asam, keringatnya habis dikuras urusan perut dan segala hal lainnya.
Uang
sebesar itu mestinya bisa cukup untuk kami, ternyata ada hal yang terpaksa
dikeluarkan karena sebelumnya tidak ada pos anggaran. Gas, pulsa, beras, dan
huut adalah hal yang harus diutamakan selain belanja dapur.
Saya
bikin pos anggaran dari uang 450 ribu rupiah itu:
Asam
% 450.000
1.
Sosial 5% 22.500
2.
Dana darurat 10% 45.000
3.
Biaya hidup 40% 180.000
4.
Tabungan 30% 135.000
5.
Gaya hidup 15% 67.500
Tapi ternyata saya khilaf melakukan pencatatan pengeluaran secara detail. Makanya, ketika ada uang 50 ribu yang hilang dari dompet untuk tabungan saja jadi bingung. Ke mana memangnya? Anak dan suami tidak akan lakukan hal itu karena diselipkan di buku tabungan. Sedang di rumah banyak anak kecil yang suka main dan saya ceroboh taruh dompet di lemari tidak terkunci. Semoga saja mereka tidak ambil uang orang. Semoga kami beroleh ganti yang lebih baik lagi.
Belajar
dari itu, saya beli buku khusus untuk melakukan pencatatan, tidak di buku lama
bekas Palung karena takut tercecer. Hanya buku tulis biasa dan beberapa amplop
untuk menyimpam pos keuangan. Semoga pencatatan yang saya lakukan bisa lebih rutin
dan bisa meminimalkan kehilangan atau kebocoran. Juga jika ada yang aneh bisa
diketahui.
Alhamdulillah,
hari ini suami kembali kerja. Semoga untuk waktu yang lama di tempat biasa
bareng bosnya. Sepertinya bos pemilik rumah sudah merasa cukup memberi
pelajaran kepada suami, sekaligus kesempatan untuk mengurus kebun di Ciarus agar
bisa fokus pada pekerjaan utama serta tidak khawatir dengan omongan orang lain
yang ingin garap kebun milik keluarga Ipah sahabat saya.
Kami
tidak punya tanah untuk rumah apalagi kebun, namun doakan semoga suatu saat
kelak ada rezeki untuk beli tanah tempat rumah dan kebun serta sawah, agar kami
bisa tenang sebagai keluarga yang sehari-hari bergulat dengan dunia pertanian.
Suami memang hanya buruh kasar serabutan tetapi punya rasa cinta pada keluarga
dan tanggung jawab yang besar.
Salam,
@rohyatisofjan (Twitter dan Instagram)
Cipeujeuh, 30 September-1 Oktober 2019
@rohyatisofjan (Twitter dan Instagram)
Cipeujeuh, 30 September-1 Oktober 2019
#SHSTOktober1 #keluarga #keuangan
#cashflow #caramengaturposkeuangan #poskeuangan
:
---
penghasilan dari asam lumayan Mom. n_n mungkin itu yang terpikir oleh Bapak
BalasHapusBetul, tetapi memanennya tidak mudah dan sangat berisiko, harus naik ke atas pohon dan menggoyang-goyangkannya sampai buah asam berjatuhan dari dahannya. Harus hati-hati sekali.
HapusWah, semangaaatt Mbaaaa
BalasHapusInsyaAllah ada rezeki dari arah yg tdk disangka2
ALLAH MAHA BAIK, Mbaaa
Rezeki bakal datang berkah dan melimpah, aamiiinn
--bukanbocahbiasa(dot)com--
aku pun skrg rempong banget ngatur keuangan, bahkan sampai bikin challenge, gimana caranya smpai bsa nabung
BalasHapusSemangat Mbak... Terima kasih banyak udah ngeingetin saya juga buat lebih telaten mencatat cash flow. Selama ini saya males... jadi pencatatan keuangan amburadul *tutupmuka* Pastinya saya harus berbenah supaya keuangan keluarga tidak kacau.
BalasHapusTerima kasih, sekali lagi.
Semangat! semoga berkah dan insyaALlah dapat rezeki dari jalan yang tak disangka-sangka :)
Mbaaaaa... masha Allah...
BalasHapusterimakasih sudah menulis ini ya mba, banyak hal yang bikin saya malu.
Pertama, saya selalu mengeluh seolah hidup saya paling susah, padahal ada yang lebih menantang hidupnya ketimbang saya.
Suami saya juga gitu mba, beliau kurang pandai merencanakan sesuatu, kurang pandai memutuskan sesuatu karena pola pikirnya nggak mikir ke depannya gimana.
Alhamdulillah ya mba, rezeki Allah ada dari mana saja.
Pun juga terimakasih sharing mengatur pos keuangan.
Saya banget nih, bingung ngaturnya. Sampai-sampai udah 10 tahun nikah belum juga bisa bijak mengatur keuangan huhuhu
Semoga berkah selalu ya mbaaaa sayang :*
Beruntung sekali ya punya teman yang bisa berbagi ilmu. Semoga rezekinya barokah selalu
BalasHapusSemangat Mbak... hahahaha.. jujur saja, soal kesalahan dalam urusan keuangan mah, saya sering banget. Nyonye juga demikian.
BalasHapusCuma, ada kalanya sebagai suami, saya juga tidak mau si yayang khawatir kalau tau detail dan pertimbangan saat melakukan sesuatu atau mengambil keputusan. Terkadang, saya juga terpola untuk "melindungi" dia, bukan karena alasan apa-apa.
Kadang apa yang saya lakukan ternyata salah, tetapi tidak jarang benar.
Kerap tidak memberitahukan secara rinci sesuatu didasarkan bukan karena apa-apa, tetapi karena ada hal yang terpaksa disimpan agar tidak "menyakiti" atau membuat khawatir orang yang kita sayang..
Memang hasilnya, ada semacam miskomunikasi, tetapi terkadang pilihan itu harus diambil..
Yang semangat ya mbak
Semangat Mbak!
BalasHapusKakakku juga pekerja bangunan dan ya alhamdulillah ada aja rejekinya. Ngerti sih bagaimana muter uang buat keluarga. Kudu pinter2 Istri ngatur keuangan. Alhamdulillahnya Kakakku udah gak ngerokok. Kalau kerja dan dikasih rokok, lumayan bisa dijual
Apapun yang terjadi di keluarga, kita sebagai istri harus selalu siap untuk menari solusi.
BalasHapussemangat ya mbak...
insyaAllah kita, perempuan, pasti setrong selalu
Mantap mba bisa serinci itu akupun pengen banget loh atur sedemikian rupa sayangnya aku suka keburu napsu pengen belanja deuh jadi sedih betap borosnya aku sementara mba hebat sekali semoga suami juga berhenti rokok ya mba lumayanlah dana rokoknya buat yang lain :) semangat mba
BalasHapusMasyaAlloh. Terima kasih sudah mengingatkan cash flow. Semoga ada rezeki lain yang datang dari arah tak disangka. Kalau kita yakin rezeki Alloh luas, hitungan matematika dan ekonomi tak ada apa-apanya. Berdoa dan berusaha untuk berolehnya, niatkan dengan bismillah setiap akan mengeluarkan uang sebagai ibadah agar berkah. Semoga Teteh sekeluarga dicukupkan rezekinya. Aamiin.
BalasHapusPersentase pembukuan ini boleh aku modif dan kugunakan ya mba? Selama ini sama aja nih, aku juga asal belanja aja ga pake pengaturan gini. Jadinya uang raib ke pos2 yang harusnya tak usah ada.
BalasHapusAamiin, aku doakan segera punya tanah dan kebun ya supaya bisa ditanami sendiri dan panen senidri juga. AKu pun suka ngaco kok mbak gak pakai pembukuanm harusnya gak boleh begini ya
BalasHapusMasya Allah..luar biasa nih..baru baca blog kayak gini.. saya yg suka benteok antara nabung n keinginan jd malu hati...terima kasih ..semoga rezekinya selalu lancar ya..
BalasHapusPoatingan ini memberikan pencerahan banget Neng. Terutama mengenai cash flow dan pos pos belanja. Saya tidak tahu persentase yang seharusnya malah. Untuk ini berapa untuk itu berapa. Ternyata kalau melihat poin-poin di atas akan banyak sisa. Bisa buat dana darurat yang tiba-tiba nongol.
BalasHapussemangaaat selalu yaaa mba. Untuk keuangan kita memang harus disiplin ya mba...dan mungkin dimasukkan juga sekian persen untuk biaya tak terduga mba, di luar biaya social dan dana darurat
BalasHapusApapun pekerjaan yang sedang digeluti sekarang, pengelolaan keuangan itu penting ya, apalagi untuk pekerja buruh bangunan yang pendapatannya bisa harian, mingguan atau bahkan bulanan, jika ngga pinter mengelolanya bisa habis
BalasHapusSetuju mbak, karena mengatur keuangan itu sangat sulit apalagi disandingkan dengan selera atau keinginan. Berapapun penghasilan asal pengaturannya baik maka akan memiliki hasil yang luar biasa.
BalasHapusPaling sedih kalau pas boncos ya Mba
BalasHapusseret juga sedih hehehe, semoga keuangan kita dimudahkan olehNya dan kita pun belajar mengaturnya dengan baik. Semangat kita Mba
hikkss, saya masih selalu gagal juga nih dalam menerapkan cash flow, biasanya sih di awal2 minggu aja rajin catat, selebihnya, udahlah lupa lagi seiring dengan bayar2 tagihan wajib dan belanja bulanan yg pokok.
BalasHapusharus bisa atur keuangan dengan baik juga nih.
Saya mulai melek mengatur cashflow ketika punya anak karena catat
BalasHapusseadanya saja sebelumnya, akhirnya saya instal aplikasi catatan keuangan saja biar cashflow terkontrol. Btw semangat mba mudah2an kondisi keuangannya semakin stabil ya dan profesi blogger mba smakin berkembang :)
Salut untukmu Teh. Tetep semangat!
BalasHapusKalo saya dan suami kebetulan bukan tipe pasangan yang menghitung pemasukan dan pengeluaran dengan rinci dan hanya garis-garis besarnya saja. Namun, perubahan perekonomian kami rasakan justru setelah memiliki asisten dan karyawan sejak lima tahun terakhir. Adaa saja rizki yang datang entah darimana arahnya. Saya yakin, orang-orang yang menggantungkan penghidupan pada kami itulah yang membawa berkah.
Semoga sukses untuk kita semua.
zaman berubah jadi apa jua hal rumah tangga dan kewangan perlu diambil kira
BalasHapusthank you for sharing
Kalau suami saya yang malah lebih jago atur keuangannya ketimbang istrinya ini. Hehe tapi memang mengatur masalah keuangan penting banget. Harus ada pos-posnya seperti yang Mbak ulas di atas. In syaa Allaah rejeki nggak akan kemana Mbak, pasti bisa datang dari arah mana saja. Yang penting kita tetap kudu berdoa, usaha dan jangan lupa tawakal.
BalasHapusMenginspirasi.. terimakasih.. tp sudah di pos saja tetap kadang pusing jg hehe.. krn yang masuk sama yang keluar cukup ada beda. Jadinya masih suka rebutan pos 😅. Aaaahh.. apapun.. semangat kakaaaakkk.. yuk mariii.. 😊
BalasHapusSemangaaaat mba :). Mengatur keuangan memang g akan prnh mudah. Udh bawaan manusia , saat income kecil, ngaturnya bingung. Tp pas income banyak, itu jg susaaaahh :p. Krn pasti keinginan ato kebutuhan meningkat. Padahal harusnya , income naik, tabungan juga hrs naik, bukannya malah keinginan g terlalu ptg. Aku begitu soalnya :p
BalasHapusAku dulu susah juga kok ngatur keuangan. Tp skr ini udh mulai disiplin. Yg pasti gaji datang yg pertama aku lakuin bayar zakat, trf uang utk anak2 asuhku, sisihin tabungan investasi 25%. Barulah sisanya, keperluan sehari2, budget traveling, uang listtik, air, internet.
Aku terbiasa bikin pos2 nya secara detil. Jadi kalo kebutuhan sehari2, itu aku bagi lagi jadi: gaji asisten, belanja basah ke pasar, belanja bulanan di supermarket, uang jajan anak2. Jd ga nyampur semuanya. Intinya sih, disiplin, dan utamakan dulu saving.