Sabtu, 06 Mei 2023

IndiHome bagi Difabel Tuli

IndiHome dan disabilitas


Ketika kehilangan fungsi pendengaran pada umur yang masih sangat belia, sekira 6 tahun dan belum masuk SD, dunia ingar saya yang normal perlahan namun pasti mendadak senyap dari bunyi-bunyi. 


Seakan saya terdampar ke dalam sisi lain planet Bumi yang sunyi, dipisahkan dari penghuni yang berpendengaran normal. Seakan saya orang asing yang terjebak pada tempat yang tidak semestinya berada. Bahkan dalam keluarga saya pun yang telinganya masih normal, ada campur-aduk penerimaan dan penolakan dalam sikap yang kadang membuat saya merasa terpuruk. 

Bunyi adalah sesuatu yang perlahan namun pasti menjauh dari hidup saya sehingga tuli total dan tidak bisa mendengar suara pelan sampai nyaring yang beresonansi dari sekitar.

Demikianlah saya merasa terasing dari kecil sampai dewasa. Menjadi difabel bukanlah keinginan saya, itu juga bukan pilihan, hanya keadaan yang bisa kau katakan garis nasib atau alur takdir yang bisa mengantarkanmu menjadi seperti sekarang. 

Hidup menjadi tidak mudah, bahkan sekadar berinteraksi dengan orang lain. Komunikasi lisan menjadi begitu menyulitkan karena saya tidak memahami reading lip atau oral sign dengan baik.

Saya pernah terpaksa berhenti sekolah selama 3 tahun setamat SD, karena waktu itu tidak ada sekolah umum yang menerima saya ketika mendaftar dan orang tua, terutama ibu, enggan menyekolahkan di SLB karena alasan ekonomi.  

Mengisi waktu dengan membaca apa saja membuat dunia saya yang sunyi lebih bermakna, karena bisa membuka banyak pintu menuju  pengetahuan dan pemahaman yang menakjubkan.

Saya jadi tahu tentang internet dari majalah Intisari lawas yang dibeli di lapak penjual majalah bekas. 

Merasa iri dengan kemajuan negara lain karena teknologi mereka sangat canggih. Bahkan soal komputer, laptop, dam ponsel model awal pun saya tahu bagaimana bentuknya. 

Berpikir suatu saat kelak, entah kapan, bisa merasakan kecanggihan semua teknologi itu.


Pada akhirnya, alur nasib membuat saya bisa mengenal komputer dan internet di rental dan warnet pada tahun 2000, lalu intens sering ke warnet setelah bekerja dan punya penghasilan sendiri agar bisa kirim tulisan ke media massa berhonor.

Waktu itu akses internet tidak secepat sekarang. Di Bandung memang banyak yang cepat, namun ada juga warnet yang lambat. Entah jaringan atau perangkatnya yang usang sampai kena virus.

Internet provider yang saya tahu pada tahun awal kerja di Bandung adalah Speedy dari Telkom Indonesia  karena ada tetangga  yang langganan Speedy. Enak, tuh, doi tidak perlu ke warnet.

Setelah 3 tahun mengembara di Bandung, saya terpaksa berhenti kerja dan pulang kampung. Malangnya akses internet hanya ada di kota kecamatan, harus  "turun gunung" naik ojek. Pernah juga terpaksa ke Bandung sampai Garut kota demi internetan ketika di kecamatan belum ada warnet. 

Saya yang selalu rutin mengakses internet di kota besar, jadi merasa asing karena jarang internetan di warnet. Kekurangan  warnet adalah tidak leluasa untuk menulis dan main media sosial Facebook karena waktu terbatas. Jadi tidak nyaman banget


Ketika Dunia dalam Genggaman Berkat Internet

Manfaat internet bagi difabel



Saya baru tahu dii kota kecamatan ada WIFI Corner, di halaman kantor Telkom Limbangan setelah punya modem dan kebetulan lewat depan bangunan kantor Telkom Limbangan bareng Palung anak pertama saya yang masih semata wayang. Menyesal telat tahu. 

Tempatnya nyaman dan cocok untuk area nongkrong anak muda secara positif, ada satpam yang ramah dan siap membantu. Kita bisa beli kartu WiFi di gardu satpam. Harganya waktu itu masih 3 ribu rupiah dengan batas waktu pemakaian sampai habis. 

Saya ditemani Palung yang waktu itu masih kelas 1 MI bawa netbook dan perangkat penunjang, nongkrong di WIFI corner untuk kirim tulisan. Kebanyakan yang nongkrong di san anak sekolah dan kuliahan dengan laptop atau ponsel mereka. 

Seru juga menikmati momen itu, sebab Limbangan termasuk kota kecil yang minim hiburan. Kadang ada tukang jajanan mangkal di halaman. Toilet dan musala bersih juga ada di halaman kantornya.

Wifi corner Limbangan lumayan luas, lho.  Betah di sana tapi kasihan Palung  bosan dan hanya bisa bengong atau iseng mengintip laptop anak sebelah yang main game di komputernya. 

Lalu ketika ada rezeki bisa beli ponsel baru, kehadiran ponsel android mengubah saya, jadi leluasa mengakses internet di mana saja dan kapan saja. 

Alhamdulillah, sinyal lebih baik daripada tahun sebelumnya. Rumah saya yang di lembah landai menghadap bentang pegunungan dikepung ladang jagung dan terpisah dari rumah tetangga, sering kehilangan sinyal ketika masih pakai modem. 

Kirim tulisan dan ngeblog jadi lebih nyaman jika dilakukan di rumah karena bisa sambil mengurus anak berikut urusan rumah tangga lainnya.

Berinteraksi dengan banyak orang di media sosial sampai jejaring WAG (WhatsApp Group) bisa dilakukan di rumah berkat internet  dari provider yang bagus jaringannya.


Kenalan dengan IndiHome


Konten kreator difabel tuli
Bekerja sebagai admin media sosial sambil mengurus bayi



Ada yang tahu apakah  IndiHome itu?

Dalam situsnya dsebutkan IndiHome adalah layanan digital yang menyediakan internet rumah, telefon rumah, dan TV Interaktif (IndiHome TV) dengan beragam pilihan paket. 

Saat ini jaringan IndiHome sudah tersebar di seluruh wilayah Indonesia, dan terus berinovasi  memenuhi kebutuhan internet yang lebih baik bagi masyarakat.

Layanan IndiHome terjangkau bagi beragam kalangan masyarakat. Dengan pilihan harga paket menarik sesuai minat dan kebutuhan. 

Ada yang dengan atau tanpa tambahan Netflix. Rekomendasi banget bagi yang suka nonton. Apalagi  IndiHome bisa digunakan pada 5 atau 7 perangkat sekaligus.

Oh ya, IndiHome itu bagian dari PT. Telkom Indonesia (Persero) TBK sejak 2015. Pada tahun itu Speedy ganti nama jadi Indonesia Digital Home (IndiHome) karena Telkom Indonesia mengubah konsep Speedy menjadi layanan komunikasi dan data, internet, dan TV interaktif.

Maka jangan bingung, ya, karena provider IndiHome yang sudah berpengalaman dan tepercaya merupakan bagian dari perusahaan Telkom Indonesia.

Keren, bukan? Telkom yang memiliki basis layanan telefon Indonesia menggandeng pengembang teknologi komunikasi untuk bersama membangun  rumah berkonsep digital dalam satu paket yang menguntungkan pengguna IndiHome.

Dulu zaman masih SMU, kantor Telkom Limbangan yang terasa keren karena ada mesin telefon kartu pernah saya sambangi bareng dua orang sohib (teman/sahabat) untuk menelefon teman SMP di Bandung pakai kartu punya kakak. 

Ternyata kartunya tidak berfungsi saat dipakai. Bertanya pada bapak petugas tentang kendala kami, ternyata kartunya habis kuota. 🤭

Baiknya bapak itu malah bantu pinjamkan kartunya Untuk menelefon teman saya. Padahal itu hanya telefon iseng tidak penting yang tanya kabar doang sekadar mengajak dua sohib dekat untuk tahu gimana rasanya menelefon pakai telefon kartu, hi hi.

Kenangan banget, mode gabut remaja tahun 1995, itu, ha ha. Saya yang tidak bisa dengar dan bersekolah di sekolah umum sejak SD (Bandung), MTs (kelas 1 Garut), SMP (kelas 2 dan 3 Bandung), sampai SMU (Garut) tanpa alat bantu dengar, dibantu seorang sohib yang meminjamkan telinga untuk menyapa teman lama yang rupanya sekolah. 

Iya, atuh, itu jam istirahat sekolah dan teman saya jelas sama masuk pagi jadi yang terima telefon anggota keluarganya. 

Iseng banget, nih, kami. Jadi malu sok keren pakai kartu yang rupanya kehabisan isi. 🤭

Sekarang kantor itu telah berfungsi sebagai WIFI corner dengan fasilitas lengkap di halamannya, dan tempat untuk daftar sebagai pelanggan IndiHome di kantornya.

Nostalgiiaan dulu, ah. Da zaman sekarang orang-orang pada menenteng ponsel untuk memudahkan akses komunikasi sekaligus informasi. 

Saya yang difabel tuli membutuhkan bantuan orang lain,  pernah minta tolong ke wartel (warung telefon) atau orang yang lagi antre di depan telefon umum koin  jika harus  memghubungi seseorang. 

Ngenes banget


Sekarang ada anak atau suami yang bisa diminta bantuan jika harus berurusan dengan telefon atau video call. 

Kebanyakan saya pakai pesan teks di WhatsApp sekarang. 😁

Sesungguhnya alat komunikasi bukan hanya jembatan komunikasi semata, teknologi memudahkan difabel tuli macam saya agar disabilitas tidak lagi menjadi hambatan. 

Alat telekomunikasi macam ponsel atau komputer yang ditunjang jaringan internet yang baik, membantu saya untuk lepas dari kungkungan dunia sunyi agar lebih percaya diri dan tidak lagi merasa terjebak dalam stigma tidak berada di tempat seharusnya karena berbeda.

Sungguh saya sangat bersyukur dengan kemajuan teknologi zaman sekarang. Apa yang dipikirkan saat dulu masih remaja ketika membaca kemajuan teknologi negara lain di majalah, ternyata pada akhirnya bisa saya nikmati.

Bukan semata menjadi seorang penikmat teknologi, saya pun bisa menjadi konten kreator di media sosial Facebook, Instagram, Twitter, dan blog pribadi yang menampung tulisan https://www.rohyatisofjan.com/

Saya menemukan hasrat berkat minat menulis. Pada mulanya media sosial macam Instagram hanya dimiliki sebagai syarat ikut  lomba. Kemudian interaksi dengan banyak teman sesama narablog membuat saya  aktif main Instagram hingga menjadi admin sekaligus pendiri komunitas saling follow Instagram Indonesia Saling Follow dengan nama akun @indonesia_saling_follow yang konsepnya berbeda dengan follow loop lain sejak 16 Juli 2019 sampai sekarang. 


Pekerjaan sebagai admin yang fleksibel karena bisa dikerjakan di rumah, membuat saya bisa membangun pertemanan dengan banyak  peserta,  rata-rata mereka  konten kreator profesional maupun masih baru yang harus banyak belajar.

Oh ya, banyak dari mereka yang mengandalkan  internet provider IndiHome Telkom Indonesia sebagai provider andalan untuk menunjang pekerjaan sekaligus akses mobilitas. 

Saya sering takjub pada karya teman-teman pengguna IndiHome, soalnya seru juga menikmati karya mereka, pekerja digital yang serius dan mumpuni. 


Karya teman-teman peserta acara saling follow banyak yang inspiratif dan menarik. Tentunya mereka ditunjang internet yang lancar dari IndiHome, berikut tambahan hiburan bagi yang pilih paket dengan Netfliv bisa bagikan ulasan film atau drama. 


Duh, salut pada kreativitas #AktivitasTanpaBatas versi teman-teman pemgguna IndiHome, karena bisa #BerkontenRiaBersamaIndiHome yang seru  sekaligus bermanfaat.

Berkat @indiHome sebagai #InternetnyaIndonesia, saya bisa belajar dari teman-teman sesama pekerja digital soal wawasan dan cara pandang, bahkan pengalaman sampai hal-hal yang terasa personal pun dibagikan mereka. 

Internet tidak hanya sebagai jembatan penghubung dunia saya yang sunyi senyap dengan dunia luar yang ingar, ada harapan dan keinginan untuk bertumbuh-kembang bahwa disabilitas bukan hambatan untuk maju. Bahwa saya pun sebagai disabilitas bisa menembus batas, batas keraguan, ketidakpercayaan, diskriminasi, dan rendah diri. 


Sesungguhnya kita setara, banyak hal yang ingin saya lakukan untuk menyuarakan gerakan inklusif. Saya melihat menjadi kreator digital memungkinkan "suara" teman-teman difabel bisa didengar banyak orang 

Disabilitas bukan lagi hambatan untuk bergerak maju, menyingsing lengan baju dengan karya nyata demi asa menyongsong kehidupan masa kini dan esok yang lebih baik. 

Seperti saya, ibu dua orang anak yang menulis, bikin konten, jadi admin, sekaligus jualan sebagai marketer tetap berusaha optimis. 

Bersyukur banget ada IndiHome yang bisa membantu gerakan inklusif agar dikenal, diterima, dan dipraktikkan masyarakat dalam keseharian. IndiHome sebagai provider Indonesia terkenal  telah menyebar luas di banyak wilayah Indonesia dengan harga langganan terjangkau.


Balubur Limbangan, Garut, 5-6 Mei 2023


REFERENSI:

Situs Wikipedia dan IndiHome. 

Gambar dan Infografis edit pakai Canva. 

Foto koleksi pribadi. 


#InternetnyaIndonesia #AktivitasTanpaBatas #BerkontenRiaBersamaIndiHome #LombaBlogIndiHome

8 komentar:

  1. Keterbatasan sebagai difabel bukan halangan untuk berkarya. Apalagi sebagai seorang Ibu yang harus pintar atur waktu. Semangat berkarya selalu, Mbak 💪💪

    BalasHapus
  2. Semangat terus, mba! Bersyukur kita karena ada internet sehingga bisa beraktivitas tanpa batas meskipun memiliki keterbatasan fisik 😊

    BalasHapus
  3. Keberadaan internet provider IndiHome ternyata mendatangkan banyak berkah serta benefit untuk kita, terutama perempuan serta ibu rumah tangga, karena ada banyak aktivitas digital yang bisa dilakukan tanpa harus repot keluar rumah bahkan aktivitas tersebut berpotensi mendatangkan penghasilan tambahan.

    BalasHapus
  4. Internet yang bagus sudah menjadi kebutuhan bagi banyak orang, tak terkecuali kaum difabel. Inovasi yang memungkinkan mereka bisa belajar dari internet. Terima kasih dan sukses selalu

    BalasHapus
  5. Syukurlah sekarang sudah ada smartphone ya mbak. Bisa internetan di mana aja dan ga terbatas dengan waktu seperti di warnet.

    BalasHapus
  6. Dengan adanya jaringan internet stabil, kita jadi bisa lebih produktif ya Mbak. Terimakasih Mbak Rohyati selalu menginspirasi.

    BalasHapus
  7. Ngomongin warnet jadi inget dulu sering mampir buat ngeblog cuma posting cerita curhat. Karena kalau pakai internet rumah kala itu bilingnya mahal sekali. Syukurlah sekarang internet mengalami banyak perkembangan. Internet lebih cepat dan stabil jadi lebih nyaman buat berkonten ria ya mba. Semangat ngeblog kembali ya mba sayang :)

    BalasHapus
  8. Senang banget baca kabar ini. Siapa pun berhak untuk berekspresi dan menyampaikan gagasannya di dunia. Beruntung ada Wifi Corner yang disediakan oleh Telkomsel sehingga Mbak Rohyati bisa berselancar di dunia maya walau tinggal di kota kecil.

    BalasHapus

Terima kasih sudah singgah, silakan tinggalkan jejak komentar sebagai tanda persahabatan agar saya bisa lakukan kunjungan balik. Komentar sebaiknya relevan dengan isi tulisan. Nama komentator tidak langsung mengarah ke URL pos blog agar tidak menambah beban jumlah link pemilik blog ini. Jangan sertakan link hidup dan mati, apalagi iklan karena termasuk spam.Terima kasih banyak. Salam. @rohyatisofjan

Disabilitas Mengelola Komunitas

Arti disabilitas adalah keterbatasan aktivitas dan partisipasi akibat  ketidakmampuan mental atau fisik. Hal itu bisa menjadi stigma dalam m...