BAHASA mampu
mengekspresikan kata sifat atau kata kerja untuk apa yang dilakukan kata benda.
Katakanlah seseorang (kata benda) melakukan kegiatan (kata kerja) yang membuat
pihak lain marah atau tak terima (kata sifat). Atau malah menguntungkan pihak
lain sehingga memberi dukungan lebih banyak dari masyarakat luas.
Hal
demikian berlaku dalam ranah yang membutuhkan partisipasi massa secara massal,
dengan alasan agar tampak atau seakan ramai dukungan. Ranah tersebut biasanya
berpusar dalam kegiatan yang menguntungkan pihak tertentu, namun butuh
pendukung agar bisa tetap mengada sampai sekarang, bahkan untuk masa cukup
lama.
Sebutan
bagi pelaku yang mendukung pihak tertentu yang butuh partisipasi massal demi
menghimpun jumlah suara bukan lagi fans, karena itu berkaitan dengan
perhitungan yang saling menguntungkan. Semacam simbiosis mutualisma
Dalam
dunia blog, ada narablog yang butuh pendukung agar situs yang dikelolanya
memiliki halaman kunjungan (pageview)
ramai dan memberi trafik signifikan demi pemasukan dari iklan atau ulasan.
Pendukung tersebut lazim disebut buzzer
karena fungsinya untuk memperbanyak.
Buzzer
tidak cuma bertandang semata, tetapi mengomentari secara positif seakan iklan
rekomendasi bagi pembaca lain. Buzzer
juga berperan dalam penyiaran dan promosi pada pihak lain. Yang jelas, buzzer kadang atau kerap bekerja secara
terkonstruksi, sistematis namun rahasia. Anda tak akan menyadari perbedaan
apakah seseorang buzzer atau bukan
dalam ranah narablog.
Buzzer pun
merambah dalam beragam bidang yang membutuhkan jasanya agar bisa mengatrol
jumlah suara pendukung, atau sekadar melawan pihak lain yang tak sehaluan dan
hendak menjatuhkan. Buzzer demikian
ada dalam ranah politik.
Yang
jelas buzzer semacam itu bagi
nonpartisipan politik bisa dianggap biang kerok berisik, sedang bagi saingan
politiknya sebagai lawan garis keras dalam pencitraan untuk menjatuhkan pihak
lain, sekaligus mengusung maruah jungjungannya.
Bagi
masyarakat awam sendiri, buzzer
adalah semacam “bayangan” yang sanggup membentuk opini massa secara cepat dalam
hal kebenaran atau malah kebohongan, dan itu akan membuat mereka bingung untuk
memilih atau terpecah dalam kubu berbeda.
Buzzer
sebenarnya suatu pekerjaan yang positif karena berkaitan dengan promosi produk
barang atau jasa, atau malah persona agar lebih dikenal khalayak luas. Beberapa
teman narablog saya menjadi buzzer
dan beroleh penghasilan halal dari itu. Namun dalam situasi politik sekarang
ini, peran buzzer terkesan
berkonotasi negatif, seperti semacam buldoser yang siap menggilas apa saja demi
tujuan utama yang didukungnya.
Buzzer
semacam itu dibekali ilmu lebih profesional demi membentuk opini publik. Maka
perang opini menciptakan kelompok-kelompok untuk terlibat dengan kesadaran
penuh, maupun digiring begitu saja tanpa sadar hanya karena rasa sentimen
dibangkitkan.
Ada
buzzer yang galak berkoar di media
sosial. Sibuk membela tokoh yang dihujat pihak lain dan balas mencela sang
penghujat. Lalu beberapa komentar pendukung di bawahnya entah apakah sesama buzzer pula, sekadar teman yang
mendukung demi solidaritas, atau ikut-ikutan.
Ada
pula buzzer yang simpatik membela
tokoh dukungannya dengan sibuk mengalihkan opini pada nilai positif dari tokoh
tersebut. Dia tidak menyerang pihak lain (yang entah apakah buzzer lawan) dengan kata-kata kasar,
sebaliknya mencoba membentuk opini yang persuasif.
Ada
pula buzzer garis keras yang
menjatuhkan pihak lain dengan kalimat yang membuat orang awam bingung apakah
itu fakta atau fitnah. Buzzer
tersebut terang-terangan menyerang oposisi sekaligus membela tokohnya dengan
menyajikan “fakta” keberhasilan pencapaian.
Buzzer-buzzer di
atas itu pada dasarnya beroleh kata sifat berisik ketika memasuki ranah politik
karena dengungan yang dikeluarkannya memecah masyarakat untuk ikut terlibat,
membentuk partisipan setia, bahkan buzzer
gratisan tanpa disadari pelakunya.
Yah,
buzzer memang bisa menular.
Bergantung pada bagaimana sudut pandang. Jika buzzer diindonesiakan, maka pilihan kata dari bahasa Inggrisnya
adalah bel listrik (kata benda), bel listrik yang akan berbunyi dengan cara
mendengung setelah dipijat agar penghuni rumah sadar ada tamu di luar.
Secara
metaforis bunyi buzz demikian dalam
ranah peristiwa sekarang ini seakan semacam pengabar, bahwa ada hal penting
yang sedang dikoarkan dan harus diketahui banyak orang.**
Cipeujeuh, Desember 2018
#Bahasa #Buzzer
#RubrikBahasa #Lingua #Linguistik
Foto edit dari Canva
Hai mbaknya.....
BalasHapusLama gak main ke blog inih, wkwkwkwk
Hai, Mas Riza. Ke mana saja? Sini main, main, biar empunya rumah maya ini gak lupa atau merasa dilupakab, ha ha.
HapusMakasih sudah ninggalin jejak lagi.
Iya dulu sebelum ada google plus tepatnya setelah Gtalk ada google buzz hihi sepertinya pengertian nya sama untuk menyeru ke khalayak ramaiπ
BalasHapusHi hi hi, bahkan lebah mendengung juga dalam komik dituliskan buzz. Jadi ingat kala chat di Yahoo messenger, pertama kali kaget kala ada teman nge-buzz dalam ruang chat soalnya masih gaptek dan baru belajar kenal internet.
HapusSaya baru tahu dari Kang Sopyan bahwa ada Google Buzz. Hem, ke mana saja saya ini, ya?
Saya mbak klo ditawarin untuk ke ngebuzzer politik mah ogah, meskipun berbayar hehe, tapi kalau berhubungan dengan seminar ataupun usaha orang lain mah hayo aja..btw seneng sekali dapat wawasan tentang buzzer dari mba :)
BalasHapusSaya juga sama, tidak tertarik memasuki ranah politik. Esai di atas itu ditulis kala lagi pengen golput habis kesal banget dengan suasana beranda Facebook yang ricuh karena perbedaan pandangan berpolitik.
HapusMending jadi buzzer untuk produk maupun acara, ya. Lebih tenang dan bisa menebar manfaat lewat apa yang kita bagikan.Saya justru bangga jika bisa jadi buzzer yang bisa menebar manfaat lewat informasi positif dan adem..
Mari jadi buzzer yang asyik.
Awal katanya adalah Buzz dalam bahasa Inggris yang memiliki arti berdengung. Tapi kalau Buzzer artinya bel.
BalasHapusBuzzers (saya tambahin hurup S) jadi artinya berdengung-dengung.
Dan komentar Mba di blog saya bisa dianggap sebagai pelakunya yaitu Buzzer. Buzzer memiliki makna berulang-ulang, diulang-ulang, menggema, kalau realitanya seperti di telinga disebut seperti "terngiang". Dan finalnya judul diatas juga sudah Ok, buzzer adalah pendengung. Jadi maukah Mba Rohyati Sofjan menjadi Buzzer untuk blog saya, seperti itu kira-kira kalau mau pakai bahasa ini.
Sekian... :D
Terima kasih untuk paparannya. Dengan senang hati saya bersedia jadi buzzer untuk blog Andaππ
HapusMari berkoar-koar yang bukan hoax...
BalasHapusSetuju banget. Koaran kit bukan untuk sebarin hoaks
HapusNah seperti itulah buzzer. Jadi kalau ada blogger yang terbawa emosi ya terlalu. Duit dan duit, itu penunjang utamanya.
BalasHapusYa, urusam uang bisa menjebak seseorang.
HapusSaya lebih suka narablog yang idealis dalam bekerja, lebih baik menjadi pengabar kebaikan saja. Memasuki ranah politik itu riskan.
Tak pernah terbayang dari blog bisa menjadi buzzer. Alhamdulillah rezeki dari hobi ya mba
BalasHapusAlhamdulillah, blog bisa menjadi ladang rezeki sekaligus aman bagi kita yang buzzer karena tidak terlibat dengan politik.ππ
HapusYang jelas, kalo mau jadi buzzer ataupun content creator, harus penuh tanggung jawab ya Mba :D Soale saya beberapa kali nemu buzzer yg yaaahh gitu deh, nge-twit seenaknya dewe, kadang menyinggung pihak kompetitor, huffttt
BalasHapus--bukanbocahbiasa(dot)com--
Betul, Mbak. Kita mending jadi buzzer positif. Buzzer politik yang nge-tweet seenaknya itu kerap saya jumpai. Saya berhenti.mengikutinya dahak baik dikoleksi.π
HapusHalo, kakak. Salam kenal ya. Karena suka dengan dunia ngeblog maka aku pun mengenal tentang buzzer. Tapi pemahamannku tentang buzzer masih amat sangat sedikit. Beruntungnya setelah baca ini jadi sedikit membuka wawasanku tentang buzzer.
BalasHapusSalam kenal juga, terima kasih telah lakukan kunjungan balik.
HapusSenang tulisan ini bisa membuka wawasan. Saya juga dulunya tidak paham apa itu buzzer.π
Apapun profesinya, baik blogger maupun buzzer tetap punya tanggung jawab dengan tulisan yang dibagikannya di sosmed. Aku udah menikmati hasil kedua profesi tersebut, dan berusaha menjaga nama baik pribadi juga. Nggak asik juga kan kalo tulisan nyinyir ntar dibaca anak-anakku, hihiii
BalasHapusKemarin, saat blogger gathering juga sempat ada sedikit bahasan tentang ini. Kurang lebih sama, lah. Sebetulnya buzzer itu bisa jadi sesuatu yang positif. Tetapi, sejak musim politik, image buzzer jadi agak negatif
BalasHapusbuzzer punya tanggung jawab yang besar ya mba untuk pastikan bahwa apa yang disebarkan bermanfaat bagi orang lain
BalasHapusKalau aku maunya jadi buzzer yang positif, enggak asal bacot apalagi sebar2 hoax dan sesuatu yang fanatik
BalasHapusMenjelang pemilu kemarin saya sangat terganggu dg buzzer2 politik.. Dan berdoa semoga lekas usai..eeh pemilu selesai..tak otomatis buzzer bubar ternyata..hehe..
BalasHapusSungguh pekerjaan zaman sekarang ada banyak sekali yaa..
BalasHapusTermasuk menjadi si buzzer ini.
Semoga para blogger senantiasa menjadikan dengungannya yang bermanfaat, tidak menyinggung dan menyebarkan berita hoax.
Buzzer memiliki tanggung jawab yang besar yaa, Mba. Karena sejatinya semua informasi yang disebarkan harusnya bermanfaat dan bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya
BalasHapuspenjelasannya clear banget mba, informasi seperti ini harusnya diketahui banyak orang supaya makna dari pekerjaan buzzer sendiri tepat diaplikasikan. Karena entah kenapa buzzer sering dianggap kurang baik ya, padahal tujujuan pekerjaannya harusnya memang untuk penyebaran informasi yang baik.
BalasHapusWah lebih tahu tentang buzzer setelah baca postingan mbak ini. Tapi junur saja yah saya juga agak risih banget dengn buzzer2 yang muncul menjelang pemiku kemarin, karena mereka seolah saling menyerang dan merasa pilihannya yang paling benar. Padahal sebaiknya sih buzzer itu bisa memberi opini yang baik tanpa menjatuhkan lawan apalagi sampai menggiring opini yang negatif
BalasHapusAku sering diberi gelar buzzer oleh teman temanku walaupun aku sendiri sebenarnya lebih senang dengan istilah influencer hehe walaupun maknanya mirip tapi entah mengapa buzzer cenderung berkonotasi negatif biasanya, karena buzzer sering dipakai untuk menjatuhkan lawan politik juga di musim pemilu, tapi ini hanya opiniku saja barangkali bagi orang lain tidak demikian hehe. Ngomong-ngomong hanya sekedar saran Mba, saya salah fokus sama gambar diawal paragraf ada tulisan "edit by canva" sebenarnya ketika membuat gambar di canva atau media penyedia gambar free copyright (bebas hak cipta) kita tidak perlu memasang credit hehe, ini sekedar saran Mba
BalasHapusNo komenuntuk buzzer pemilu kemarin. Sebagai pengguna sosmed, kalau membaca yang sifatnya membawa dampak negatif ke diriku secara pribadi, pasti langsung aku block. Lah, daripada bawa pengaruh ke mana-mana.
BalasHapusSeperti kata Ibuk Hiday di atas, kalau ada job ngebuzzer, aku pilih-pilih juga mau bahas tentang apa. Karena pertanggung jawabannya itu lho. Kalau dulu zaman nabi perang ya pakai senjata, kalau sekarang perangnya di sosmed.
Zaman skrng banyak blogger jd buzzer juga ya mbak? Kalau aku ngebuzzer pilih2 yg aku suka, kalau bisa sih gak nyangkut politik atau SARA, kalau gak suka ya gak akan bantu buzzerin. Apalagi kalau yang bertentangan dengan hati nurani :D
BalasHapusSebelumnya aku bahagia2 aja terkenal jd buzzer, tp semenjak ada isu negatif itu duh jadi kyk sedih kalo ada yg salah tanggap. Hahaha..
BalasHapusKarena orang awam kan gak semuanya berpikiran terbuka
wkwkwkwkwkkwwkw (ketawa bebek :D), jadi ingat tulisan di kamar anak saya, yang waktu bayi paling suka diliatin ama si bayi.
BalasHapusbzzz bzzzzz bzzz bzzzz bzzz alias bee alias lebah hahahaa.
Tapi lucu juga ya kalau di konotasikan lebah, kok kayaknya mengganggu banget dengan dengungannya hahahaha.
Saya kadang (KADANG hahaha) juga ambil job buzzer, selama bayarannya setara dengan pekerjaannya.
Juga liat-liat siapa yang kasih job.
kalau dari komunitas blogger, biasanya saya ikutan aja berapapun fee nya. biar data saya kecatat di komunitas.
Tapi zaman sekarang banyak banget personal leader yang menghimpun para buzzer dan membayarnya dengan bayaran yang bikin saya ternganga.
Well, kalau saya hanya buzzer beneran sih nggak papa kali ya, tapi menurut saya, menerima pekerjaan dengan bayaran yang sungguh kadang gak manusiawi itu sama saja menjatuhkan 'price' kita sebagai blogger.
Jangan ngeluh kalau kita ditawarin murah mulu, ya kan kebanyakan klien bakalan mempelajari background seseorang sebelum menawarinya job kerjasama.
Tapi itu saya sih, dan saya menghormati teman-teman blogger lainnya yang kebanyakan sekarang beralih jadi buzzer hingga akhirnya mengabaikan blognya :)
Selain masalah harga, saya juga liat-liat campagn nya, kalau campagn yang menjatuhkan pihak lain saya mah ogah.
Politik saya ambil dong, selama campagn nya positif, yaitu fokus menaikan pamor klien, bukan sibuk menjatuhkan pamor lawan klien :D
Ya begitu kira-kira pola pikir saya terhadap dengungan zzzzzzz....bzzzzzzz...bzzzzz hahahaha
Duh mbaaa, saya jadi meng zzzzz mulu nih gara-gara baca dengungan, padahal kan dengungan nggak melulu zzzz gitu yak wkwkwkwkwwk (eh bebek lagi :D)
Rencana saya juga ingin jadi buzzer, biar cepat kaya lah.
HapusHa ha ha, Mas Bumi. ππ
HapusAh, Mbak Rey. Kita narablog mah lebih baik jadi buzzer yang menghasilkan uang dari produk yang dipromosikan. Dengungan kita bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
HapusJangan jadi buzzer urusan politik, deh, bikin runyam saja dan ada hisabnya. Meski dibayar besar nanti malah gak berkah. Mending kita jalani kerjaan tukang promosi lewat blog yang ceria saja. Ha ha.
Semoga nanti masalah bayaran yang gak manusiawi karena dikit itu tidak lagi menimpa narablo. Nilai tawar itu harusnya jangan segitu. Blog itu ada yang urus dengan cara bekerja serius.π
Era sekarang banyak buzzer2 yang terkadang tidak sesuai dengan apa yang dipromosikannya...Kalau kita tidak teliti bisa kita yang hampa sendiri..ππ
BalasHapusBelum lagi buzzer2 yang dimedsos salin tumpang tindih, Yang membuat orang bingung mana fakta dan realita... Atau kita yang hanya menderita..ππππ
Duh, opini yang benar banget, adakalanya yang dipromosikan buzzer hanya bisa membuat kita hampa.
HapusSekaligus membingungkan masyarakat awam. Kita yang menontonnya jadi gak nyaman.π
BUZZER ini dibacanya gimana yah...? Bussser atau Basser...atau BU'ZER...? Dibantu yah.... :)
BalasHapusInilah yg saya suka dari blog ini, yakni membahas tentang pengetahuan dari segi BAHASA.
Artikel kayak gini, bakal saya lahap habisss tulisannnya,soalnya informatif.
Mungkin kata orang bakal membuat bosan, tapi bagi saya tulisan Mbak Roh ini, sangat menambah pengetahuan sekali.
Yuk,,,,kapan kapan , bahas tentang " Penggunaan TITIK, KOMA, dan TANDA seru dalam Kalimat ". Biar kami kami bertambah ilmunya.
Atau Mbak mau mengulas Perihal JAGUNG lagi...? :)
buzzer adalah sperti kita para blogger :) harus berkomntar positif dan masukan membangun
BalasHapusAku sih ogah jadi buzzer politik, meskipun honornya segede apa. Aku lebih suka jadi buzzer toko kue. Hahaha!
BalasHapusbenar sekali mbak, fungsi buzzer membentuk opini, makanya para pemilik kepentingan untuk 'nge-buzz' menyewa orang-orang berpengaruh terhadap 'pengikut'nya misalkan saya artis,
BalasHapusapa yang disampaikan artis akan di 'iya-in' sama pengikutnya, contoh simpelnya iklan produk, para fans akan berpikir, idolaku saja pakai produk ini, aku ikutan juga lah...
sekarang buzzer ppolitik pun bisa ditandai dengan threadnya yang berseberangan dengan pihak oposisi
apa pun namanya, yang penting kita bertanggungjawab dengan apa yang kita kongsikan di socmed
BalasHapus#54
BalasHapuskalau buzzer nya itu seorang blogger pasti damai maan tenang, tapi kalo buzzer politik.. aduduwww,. pusyiinngg.. haha
BalasHapusAku bbrp ambil job buzzer, eit tapi buat brand kecantikan ya, kalau buzzer politik mah ogah, amit2 deh hahahah.
BalasHapusPaslon sebelah itu kalah ya karena faktor kurang kuat buzzernya. Blogger kurang diperhitungkan.
BalasHapusSependapat mas, saya juga mikirnya begitu :D
Hapussuka sama pembahasannya mbak hehe berhubung aku juga buzzer wkwk
BalasHapusJadi aktivitas blogwalking bagian dari buzzer juga yah. Gitu maksudnya mba ?
BalasHapusSepertinya kebanyakan rekan rekan kita kita ogah jadi buzzer politik padahal duitnya banyak lho. Apakah saya aja yang tidak mendapat tawaran buzzer politik ya? ππππ
BalasHapusakhir-akhir ini buzzer sering berkonotasi negatif, buku ini cocok jadi refrensi agar lebih paham arti buzzer
BalasHapusYup
BalasHapusTo be honest aku juga pernah dapet tawaran buzzer yang menurutku efeknya nggak baik, sehingga aku tolak
Waktu jaman pilih 1 atau 2 dulu
padahal bayarannya gede kwkwkw
Tapi ya ngga mau aja bikin karya yang merugikan pihak lain, mau yang halal-halal dan aman-aman aja biar berkah
amiinnn
Sekarang ini banyak banget buzzer politik yang bikin sebel karena segala omongannya bikin perpecahan, tapi bapak saya suka banget nonton begituan
BalasHapusHadeh....
Saya yang dengerin jadi ikut emosi jadinya.
Buzzer belajaran kayak aku perlu banget ilmu begini ni mbak. Makasih ilmunya mbak :D
BalasHapusAku baru mengenal blog belum setahun tapi aku seneng banget ngeblog, rajin bisa konsisten seminggu sekali dan well sekarang naik tingkat jadi nulis seminggu 2 kali karena ada aja yang minta dibikinin artikel. Ternyata namanya buzzer ya Kak.
BalasHapusSiap. Siap.
Makasih ya Kak.
Semangat blogging! :)
Bener banget bun. Terima job buzzer itu kita harus hati-hati. Produk apa yang akan kita kenalkan dan sebaiknya tetap jujur. Karena bisa menggiring opini banget kan
BalasHapusPendengung yang dibayar.
BalasHapusSetiap kata memang bisa berarti berbeda di bahasa lain, gak sampe ke bahasa asing... Bahasa daerah pun disini baik disana malah buruk, disana baik disini malah buruk. Memang kalo di Indonesia gini bahasa banyak banget, terbanyak di dunia haha mantap
BalasHapusYaa ampun aku gagal fokus Buzz Lightyear temennya Woody di Toy Story.
BalasHapus