Minggu, 07 Juli 2019

Buzzer adalah Pendengung




BAHASA mampu mengekspresikan kata sifat atau kata kerja untuk apa yang dilakukan kata benda. Katakanlah seseorang (kata benda) melakukan kegiatan (kata kerja) yang membuat pihak lain marah atau tak terima (kata sifat). Atau malah menguntungkan pihak lain sehingga memberi dukungan lebih banyak dari masyarakat luas.


Hal demikian berlaku dalam ranah yang membutuhkan partisipasi massa secara massal, dengan alasan agar tampak atau seakan ramai dukungan. Ranah tersebut biasanya berpusar dalam kegiatan yang menguntungkan pihak tertentu, namun butuh pendukung agar bisa tetap mengada sampai sekarang, bahkan untuk masa cukup lama.

Sebutan bagi pelaku yang mendukung pihak tertentu yang butuh partisipasi massal demi menghimpun jumlah suara bukan lagi fans, karena itu berkaitan dengan perhitungan yang saling menguntungkan. Semacam simbiosis mutualisma

Dalam dunia blog, ada narablog yang butuh pendukung agar situs yang dikelolanya memiliki halaman kunjungan (pageview) ramai dan memberi trafik signifikan demi pemasukan dari iklan atau ulasan. Pendukung tersebut lazim disebut buzzer karena fungsinya untuk memperbanyak.

Buzzer tidak cuma bertandang semata, tetapi mengomentari secara positif seakan iklan rekomendasi bagi pembaca lain. Buzzer juga berperan dalam penyiaran dan promosi pada pihak lain. Yang jelas, buzzer kadang atau kerap bekerja secara terkonstruksi, sistematis namun rahasia. Anda tak akan menyadari perbedaan apakah seseorang buzzer atau bukan dalam ranah narablog.

Buzzer pun merambah dalam beragam bidang yang membutuhkan jasanya agar bisa mengatrol jumlah suara pendukung, atau sekadar melawan pihak lain yang tak sehaluan dan hendak menjatuhkan. Buzzer demikian ada dalam ranah politik.

Yang jelas buzzer semacam itu bagi nonpartisipan politik bisa dianggap biang kerok berisik, sedang bagi saingan politiknya sebagai lawan garis keras dalam pencitraan untuk menjatuhkan pihak lain, sekaligus mengusung maruah jungjungannya.

Bagi masyarakat awam sendiri, buzzer adalah semacam “bayangan” yang sanggup membentuk opini massa secara cepat dalam hal kebenaran atau malah kebohongan, dan itu akan membuat mereka bingung untuk memilih atau terpecah dalam kubu berbeda.

Buzzer sebenarnya suatu pekerjaan yang positif karena berkaitan dengan promosi produk barang atau jasa, atau malah persona agar lebih dikenal khalayak luas. Beberapa teman narablog saya menjadi buzzer dan beroleh penghasilan halal dari itu. Namun dalam situasi politik sekarang ini, peran buzzer terkesan berkonotasi negatif, seperti semacam buldoser yang siap menggilas apa saja demi tujuan utama yang didukungnya.

Buzzer semacam itu dibekali ilmu lebih profesional demi membentuk opini publik. Maka perang opini menciptakan kelompok-kelompok untuk terlibat dengan kesadaran penuh, maupun digiring begitu saja tanpa sadar hanya karena rasa sentimen dibangkitkan.

Ada buzzer yang galak berkoar di media sosial. Sibuk membela tokoh yang dihujat pihak lain dan balas mencela sang penghujat. Lalu beberapa komentar pendukung di bawahnya entah apakah sesama buzzer pula, sekadar teman yang mendukung demi solidaritas, atau ikut-ikutan.

Ada pula buzzer yang simpatik membela tokoh dukungannya dengan sibuk mengalihkan opini pada nilai positif dari tokoh tersebut. Dia tidak menyerang pihak lain (yang entah apakah buzzer lawan) dengan kata-kata kasar, sebaliknya mencoba membentuk opini yang persuasif.

Ada pula buzzer garis keras yang menjatuhkan pihak lain dengan kalimat yang membuat orang awam bingung apakah itu fakta atau fitnah. Buzzer tersebut terang-terangan menyerang oposisi sekaligus membela tokohnya dengan menyajikan “fakta” keberhasilan pencapaian.

Buzzer-buzzer di atas itu pada dasarnya beroleh kata sifat berisik ketika memasuki ranah politik karena dengungan yang dikeluarkannya memecah masyarakat untuk ikut terlibat, membentuk partisipan setia, bahkan buzzer gratisan tanpa disadari pelakunya.

Yah, buzzer memang bisa menular. Bergantung pada bagaimana sudut pandang. Jika buzzer diindonesiakan, maka pilihan kata dari bahasa Inggrisnya adalah bel listrik (kata benda), bel listrik yang akan berbunyi dengan cara mendengung setelah dipijat agar penghuni rumah sadar ada tamu di luar.

Secara metaforis bunyi buzz demikian dalam ranah peristiwa sekarang ini seakan semacam pengabar, bahwa ada hal penting yang sedang dikoarkan dan harus diketahui banyak orang.**

Cipeujeuh, Desember 2018

#Bahasa #Buzzer #RubrikBahasa #Lingua #Linguistik
Foto edit dari Canva


59 komentar:

  1. Hai mbaknya.....

    Lama gak main ke blog inih, wkwkwkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai, Mas Riza. Ke mana saja? Sini main, main, biar empunya rumah maya ini gak lupa atau merasa dilupakab, ha ha.
      Makasih sudah ninggalin jejak lagi.

      Hapus
  2. Iya dulu sebelum ada google plus tepatnya setelah Gtalk ada google buzz hihi sepertinya pengertian nya sama untuk menyeru ke khalayak ramaiπŸ˜ƒ

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hi hi hi, bahkan lebah mendengung juga dalam komik dituliskan buzz. Jadi ingat kala chat di Yahoo messenger, pertama kali kaget kala ada teman nge-buzz dalam ruang chat soalnya masih gaptek dan baru belajar kenal internet.
      Saya baru tahu dari Kang Sopyan bahwa ada Google Buzz. Hem, ke mana saja saya ini, ya?

      Hapus
  3. Saya mbak klo ditawarin untuk ke ngebuzzer politik mah ogah, meskipun berbayar hehe, tapi kalau berhubungan dengan seminar ataupun usaha orang lain mah hayo aja..btw seneng sekali dapat wawasan tentang buzzer dari mba :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya juga sama, tidak tertarik memasuki ranah politik. Esai di atas itu ditulis kala lagi pengen golput habis kesal banget dengan suasana beranda Facebook yang ricuh karena perbedaan pandangan berpolitik.
      Mending jadi buzzer untuk produk maupun acara, ya. Lebih tenang dan bisa menebar manfaat lewat apa yang kita bagikan.Saya justru bangga jika bisa jadi buzzer yang bisa menebar manfaat lewat informasi positif dan adem..
      Mari jadi buzzer yang asyik.

      Hapus
  4. Awal katanya adalah Buzz dalam bahasa Inggris yang memiliki arti berdengung. Tapi kalau Buzzer artinya bel.
    Buzzers (saya tambahin hurup S) jadi artinya berdengung-dengung.
    Dan komentar Mba di blog saya bisa dianggap sebagai pelakunya yaitu Buzzer. Buzzer memiliki makna berulang-ulang, diulang-ulang, menggema, kalau realitanya seperti di telinga disebut seperti "terngiang". Dan finalnya judul diatas juga sudah Ok, buzzer adalah pendengung. Jadi maukah Mba Rohyati Sofjan menjadi Buzzer untuk blog saya, seperti itu kira-kira kalau mau pakai bahasa ini.
    Sekian... :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih untuk paparannya. Dengan senang hati saya bersedia jadi buzzer untuk blog AndaπŸ™‹πŸ‘

      Hapus
  5. Nah seperti itulah buzzer. Jadi kalau ada blogger yang terbawa emosi ya terlalu. Duit dan duit, itu penunjang utamanya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya, urusam uang bisa menjebak seseorang.
      Saya lebih suka narablog yang idealis dalam bekerja, lebih baik menjadi pengabar kebaikan saja. Memasuki ranah politik itu riskan.

      Hapus
  6. Tak pernah terbayang dari blog bisa menjadi buzzer. Alhamdulillah rezeki dari hobi ya mba

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, blog bisa menjadi ladang rezeki sekaligus aman bagi kita yang buzzer karena tidak terlibat dengan politik.πŸ˜€πŸ‘

      Hapus
  7. Yang jelas, kalo mau jadi buzzer ataupun content creator, harus penuh tanggung jawab ya Mba :D Soale saya beberapa kali nemu buzzer yg yaaahh gitu deh, nge-twit seenaknya dewe, kadang menyinggung pihak kompetitor, huffttt
    --bukanbocahbiasa(dot)com--

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, Mbak. Kita mending jadi buzzer positif. Buzzer politik yang nge-tweet seenaknya itu kerap saya jumpai. Saya berhenti.mengikutinya dahak baik dikoleksi.😁

      Hapus
  8. Halo, kakak. Salam kenal ya. Karena suka dengan dunia ngeblog maka aku pun mengenal tentang buzzer. Tapi pemahamannku tentang buzzer masih amat sangat sedikit. Beruntungnya setelah baca ini jadi sedikit membuka wawasanku tentang buzzer.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal juga, terima kasih telah lakukan kunjungan balik.
      Senang tulisan ini bisa membuka wawasan. Saya juga dulunya tidak paham apa itu buzzer.πŸ˜„

      Hapus
  9. Apapun profesinya, baik blogger maupun buzzer tetap punya tanggung jawab dengan tulisan yang dibagikannya di sosmed. Aku udah menikmati hasil kedua profesi tersebut, dan berusaha menjaga nama baik pribadi juga. Nggak asik juga kan kalo tulisan nyinyir ntar dibaca anak-anakku, hihiii

    BalasHapus
  10. Kemarin, saat blogger gathering juga sempat ada sedikit bahasan tentang ini. Kurang lebih sama, lah. Sebetulnya buzzer itu bisa jadi sesuatu yang positif. Tetapi, sejak musim politik, image buzzer jadi agak negatif

    BalasHapus
  11. buzzer punya tanggung jawab yang besar ya mba untuk pastikan bahwa apa yang disebarkan bermanfaat bagi orang lain

    BalasHapus
  12. Kalau aku maunya jadi buzzer yang positif, enggak asal bacot apalagi sebar2 hoax dan sesuatu yang fanatik

    BalasHapus
  13. Menjelang pemilu kemarin saya sangat terganggu dg buzzer2 politik.. Dan berdoa semoga lekas usai..eeh pemilu selesai..tak otomatis buzzer bubar ternyata..hehe..

    BalasHapus
  14. Sungguh pekerjaan zaman sekarang ada banyak sekali yaa..
    Termasuk menjadi si buzzer ini.
    Semoga para blogger senantiasa menjadikan dengungannya yang bermanfaat, tidak menyinggung dan menyebarkan berita hoax.

    BalasHapus
  15. Buzzer memiliki tanggung jawab yang besar yaa, Mba. Karena sejatinya semua informasi yang disebarkan harusnya bermanfaat dan bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya

    BalasHapus
  16. penjelasannya clear banget mba, informasi seperti ini harusnya diketahui banyak orang supaya makna dari pekerjaan buzzer sendiri tepat diaplikasikan. Karena entah kenapa buzzer sering dianggap kurang baik ya, padahal tujujuan pekerjaannya harusnya memang untuk penyebaran informasi yang baik.

    BalasHapus
  17. Wah lebih tahu tentang buzzer setelah baca postingan mbak ini. Tapi junur saja yah saya juga agak risih banget dengn buzzer2 yang muncul menjelang pemiku kemarin, karena mereka seolah saling menyerang dan merasa pilihannya yang paling benar. Padahal sebaiknya sih buzzer itu bisa memberi opini yang baik tanpa menjatuhkan lawan apalagi sampai menggiring opini yang negatif

    BalasHapus
  18. Aku sering diberi gelar buzzer oleh teman temanku walaupun aku sendiri sebenarnya lebih senang dengan istilah influencer hehe walaupun maknanya mirip tapi entah mengapa buzzer cenderung berkonotasi negatif biasanya, karena buzzer sering dipakai untuk menjatuhkan lawan politik juga di musim pemilu, tapi ini hanya opiniku saja barangkali bagi orang lain tidak demikian hehe. Ngomong-ngomong hanya sekedar saran Mba, saya salah fokus sama gambar diawal paragraf ada tulisan "edit by canva" sebenarnya ketika membuat gambar di canva atau media penyedia gambar free copyright (bebas hak cipta) kita tidak perlu memasang credit hehe, ini sekedar saran Mba

    BalasHapus
  19. No komenuntuk buzzer pemilu kemarin. Sebagai pengguna sosmed, kalau membaca yang sifatnya membawa dampak negatif ke diriku secara pribadi, pasti langsung aku block. Lah, daripada bawa pengaruh ke mana-mana.

    Seperti kata Ibuk Hiday di atas, kalau ada job ngebuzzer, aku pilih-pilih juga mau bahas tentang apa. Karena pertanggung jawabannya itu lho. Kalau dulu zaman nabi perang ya pakai senjata, kalau sekarang perangnya di sosmed.

    BalasHapus
  20. Zaman skrng banyak blogger jd buzzer juga ya mbak? Kalau aku ngebuzzer pilih2 yg aku suka, kalau bisa sih gak nyangkut politik atau SARA, kalau gak suka ya gak akan bantu buzzerin. Apalagi kalau yang bertentangan dengan hati nurani :D

    BalasHapus
  21. Sebelumnya aku bahagia2 aja terkenal jd buzzer, tp semenjak ada isu negatif itu duh jadi kyk sedih kalo ada yg salah tanggap. Hahaha..

    Karena orang awam kan gak semuanya berpikiran terbuka

    BalasHapus
  22. wkwkwkwkwkkwwkw (ketawa bebek :D), jadi ingat tulisan di kamar anak saya, yang waktu bayi paling suka diliatin ama si bayi.

    bzzz bzzzzz bzzz bzzzz bzzz alias bee alias lebah hahahaa.

    Tapi lucu juga ya kalau di konotasikan lebah, kok kayaknya mengganggu banget dengan dengungannya hahahaha.

    Saya kadang (KADANG hahaha) juga ambil job buzzer, selama bayarannya setara dengan pekerjaannya.

    Juga liat-liat siapa yang kasih job.

    kalau dari komunitas blogger, biasanya saya ikutan aja berapapun fee nya. biar data saya kecatat di komunitas.

    Tapi zaman sekarang banyak banget personal leader yang menghimpun para buzzer dan membayarnya dengan bayaran yang bikin saya ternganga.

    Well, kalau saya hanya buzzer beneran sih nggak papa kali ya, tapi menurut saya, menerima pekerjaan dengan bayaran yang sungguh kadang gak manusiawi itu sama saja menjatuhkan 'price' kita sebagai blogger.

    Jangan ngeluh kalau kita ditawarin murah mulu, ya kan kebanyakan klien bakalan mempelajari background seseorang sebelum menawarinya job kerjasama.

    Tapi itu saya sih, dan saya menghormati teman-teman blogger lainnya yang kebanyakan sekarang beralih jadi buzzer hingga akhirnya mengabaikan blognya :)

    Selain masalah harga, saya juga liat-liat campagn nya, kalau campagn yang menjatuhkan pihak lain saya mah ogah.

    Politik saya ambil dong, selama campagn nya positif, yaitu fokus menaikan pamor klien, bukan sibuk menjatuhkan pamor lawan klien :D

    Ya begitu kira-kira pola pikir saya terhadap dengungan zzzzzzz....bzzzzzzz...bzzzzz hahahaha

    Duh mbaaa, saya jadi meng zzzzz mulu nih gara-gara baca dengungan, padahal kan dengungan nggak melulu zzzz gitu yak wkwkwkwkwwk (eh bebek lagi :D)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Rencana saya juga ingin jadi buzzer, biar cepat kaya lah.

      Hapus
    2. Ah, Mbak Rey. Kita narablog mah lebih baik jadi buzzer yang menghasilkan uang dari produk yang dipromosikan. Dengungan kita bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
      Jangan jadi buzzer urusan politik, deh, bikin runyam saja dan ada hisabnya. Meski dibayar besar nanti malah gak berkah. Mending kita jalani kerjaan tukang promosi lewat blog yang ceria saja. Ha ha.
      Semoga nanti masalah bayaran yang gak manusiawi karena dikit itu tidak lagi menimpa narablo. Nilai tawar itu harusnya jangan segitu. Blog itu ada yang urus dengan cara bekerja serius.πŸ™‹

      Hapus
  23. Era sekarang banyak buzzer2 yang terkadang tidak sesuai dengan apa yang dipromosikannya...Kalau kita tidak teliti bisa kita yang hampa sendiri..πŸ˜„πŸ˜„


    Belum lagi buzzer2 yang dimedsos salin tumpang tindih, Yang membuat orang bingung mana fakta dan realita... Atau kita yang hanya menderita..πŸ˜„πŸ˜„πŸ˜„πŸ˜€

    BalasHapus
    Balasan
    1. Duh, opini yang benar banget, adakalanya yang dipromosikan buzzer hanya bisa membuat kita hampa.
      Sekaligus membingungkan masyarakat awam. Kita yang menontonnya jadi gak nyaman.😁

      Hapus
  24. BUZZER ini dibacanya gimana yah...? Bussser atau Basser...atau BU'ZER...? Dibantu yah.... :)

    Inilah yg saya suka dari blog ini, yakni membahas tentang pengetahuan dari segi BAHASA.

    Artikel kayak gini, bakal saya lahap habisss tulisannnya,soalnya informatif.

    Mungkin kata orang bakal membuat bosan, tapi bagi saya tulisan Mbak Roh ini, sangat menambah pengetahuan sekali.

    Yuk,,,,kapan kapan , bahas tentang " Penggunaan TITIK, KOMA, dan TANDA seru dalam Kalimat ". Biar kami kami bertambah ilmunya.

    Atau Mbak mau mengulas Perihal JAGUNG lagi...? :)

    BalasHapus
  25. buzzer adalah sperti kita para blogger :) harus berkomntar positif dan masukan membangun

    BalasHapus
  26. Aku sih ogah jadi buzzer politik, meskipun honornya segede apa. Aku lebih suka jadi buzzer toko kue. Hahaha!

    BalasHapus
  27. benar sekali mbak, fungsi buzzer membentuk opini, makanya para pemilik kepentingan untuk 'nge-buzz' menyewa orang-orang berpengaruh terhadap 'pengikut'nya misalkan saya artis,

    apa yang disampaikan artis akan di 'iya-in' sama pengikutnya, contoh simpelnya iklan produk, para fans akan berpikir, idolaku saja pakai produk ini, aku ikutan juga lah...

    sekarang buzzer ppolitik pun bisa ditandai dengan threadnya yang berseberangan dengan pihak oposisi

    BalasHapus
  28. apa pun namanya, yang penting kita bertanggungjawab dengan apa yang kita kongsikan di socmed

    BalasHapus
  29. kalau buzzer nya itu seorang blogger pasti damai maan tenang, tapi kalo buzzer politik.. aduduwww,. pusyiinngg.. haha

    BalasHapus
  30. Aku bbrp ambil job buzzer, eit tapi buat brand kecantikan ya, kalau buzzer politik mah ogah, amit2 deh hahahah.

    BalasHapus
  31. Paslon sebelah itu kalah ya karena faktor kurang kuat buzzernya. Blogger kurang diperhitungkan.

    BalasHapus
  32. suka sama pembahasannya mbak hehe berhubung aku juga buzzer wkwk

    BalasHapus
  33. Jadi aktivitas blogwalking bagian dari buzzer juga yah. Gitu maksudnya mba ?

    BalasHapus
  34. Sepertinya kebanyakan rekan rekan kita kita ogah jadi buzzer politik padahal duitnya banyak lho. Apakah saya aja yang tidak mendapat tawaran buzzer politik ya? 😁😁😁😁

    BalasHapus
  35. akhir-akhir ini buzzer sering berkonotasi negatif, buku ini cocok jadi refrensi agar lebih paham arti buzzer

    BalasHapus
  36. Yup
    To be honest aku juga pernah dapet tawaran buzzer yang menurutku efeknya nggak baik, sehingga aku tolak

    Waktu jaman pilih 1 atau 2 dulu

    padahal bayarannya gede kwkwkw

    Tapi ya ngga mau aja bikin karya yang merugikan pihak lain, mau yang halal-halal dan aman-aman aja biar berkah

    amiinnn

    BalasHapus
  37. Sekarang ini banyak banget buzzer politik yang bikin sebel karena segala omongannya bikin perpecahan, tapi bapak saya suka banget nonton begituan
    Hadeh....
    Saya yang dengerin jadi ikut emosi jadinya.

    BalasHapus
  38. Buzzer belajaran kayak aku perlu banget ilmu begini ni mbak. Makasih ilmunya mbak :D

    BalasHapus
  39. Aku baru mengenal blog belum setahun tapi aku seneng banget ngeblog, rajin bisa konsisten seminggu sekali dan well sekarang naik tingkat jadi nulis seminggu 2 kali karena ada aja yang minta dibikinin artikel. Ternyata namanya buzzer ya Kak.
    Siap. Siap.
    Makasih ya Kak.

    Semangat blogging! :)

    BalasHapus
  40. Bener banget bun. Terima job buzzer itu kita harus hati-hati. Produk apa yang akan kita kenalkan dan sebaiknya tetap jujur. Karena bisa menggiring opini banget kan

    BalasHapus
  41. Setiap kata memang bisa berarti berbeda di bahasa lain, gak sampe ke bahasa asing... Bahasa daerah pun disini baik disana malah buruk, disana baik disini malah buruk. Memang kalo di Indonesia gini bahasa banyak banget, terbanyak di dunia haha mantap

    BalasHapus
  42. Yaa ampun aku gagal fokus Buzz Lightyear temennya Woody di Toy Story.

    BalasHapus

Terima kasih sudah singgah, silakan tinggalkan jejak komentar sebagai tanda persahabatan agar saya bisa lakukan kunjungan balik. Komentar sebaiknya relevan dengan isi tulisan. Nama komentator tidak langsung mengarah ke URL pos blog agar tidak menambah beban jumlah link pemilik blog ini. Jangan sertakan link hidup dan mati, apalagi iklan karena termasuk spam.Terima kasih banyak. Salam. @rohyatisofjan

Disabilitas Mengelola Komunitas

Arti disabilitas adalah keterbatasan aktivitas dan partisipasi akibat  ketidakmampuan mental atau fisik. Hal itu bisa menjadi stigma dalam m...